BAB 2

50.1K 2K 24
                                    

Anissa tersenyum senang dan melihat semua orang bergembira, pasalnya hari ini adalah hari pertunangannya dengan Wira Atmajaya – kekasihnya selama hampir 5 tahun. Ia menggerakkan tubuhnya dan menikmati alunan musik, sesekali melihat sepupu dan keponakan kecilnya berlarian kesana kemari.

" Nissa.. Kau tampak gugup?" tanya Kakak Perempuannya – Anidya. " Ini baru bertunangan, bagaimana kalau mau menikah?" ejek Kakaknya.

" Mbak Nidya, apa sih? Jangan mengejekku jika belum merasakannya.."

" Kau merendahkan Mbakmu ini? karena mentang – mentang dapat calon dulu!" kesal Nidya.

Nissa langsung memeluk lengan Kakaknya, " Jangan marah Mbak, Nissa bercanda kok, Nissa doakan cepet dapat jodoh.." senyum Nissa mengakhiri kalimatnya.

" Iya. Minta doanya saja. Tapi, Mbak bener – bener ikhlas kalau kamu menikah duluan.."

Kepala Nissa menggeleng, " Ayah kan tidak setuju.."

" Iya. Tradisi keluarga.. Tapi kamu harus kuat Iman ya, dan doakan Mbak bisa cepat ketemu jodoh.."

Nissa mengangguk berkali – kali, lalu " Apa keluarga Wira belum datang?"

Kening Nidya berkerut, lalu melirik sekilas jam tangannya, " Iya, Ya.. sudah jam segini.. Mbak cek kedepan dulu ya.."

******

Bulir air mata turun dan mata indah Nissa. Ia menerawang jauh melihat orang berlalu lalang menyiapkan pernikahan kakaknya, sepertinya baru kemarin Kakaknya meminta doa agar bisa cepat bertemu jodoh.. Buru – buru Nissa menghapus air matanya, ia berbalik dan melihat Kakaknya berdiri tidak jauh dari tempatnya.

" Mbak Nidya? Kok Mbak keluar sih?"

Nidya melangkah mendekati Nissa, menariknya masuk kedalam kamarnya. " duduk.." pinta Nidya.

Nissa duduk disamping Nidya, " Ada apa? Kakak butuh sesuatu?"

" Kamu teringat masa itu?"

Nissa sedikit etrkejut dengan pertanyaan Nidya. " Mbak Nissa ngomong apa?"

" Kalau kamu jawab begitu, tandanya kamu masih mengingatnya.."

" Mbak.. ini sudah 2 tahun berlalu.."

" Dan kamu belum bisa move on? Lalu bagaimana dengan Bos mu itu, siapa Namanya, anak temen Ayah Pak Restu?"

" Malik.." cetus Nissa.

" Iya, Malik.. kemarin dia mengantarmu, lagi pula dia juga anak dari temen Ayah juga kan?"

" Mbak mau bilang, Malik cocok sana Nissa.."

Kepala Nidya mengangguk, " Mbak akan bilang ke Ayah.."

" Mbak Nidya, Nissa sama Malik hanya sebatas bos dan sekretaris. Tidak lebih.."

" Kamu yakin?"

Nissa menghela nafas, bukan hanya bos dan sekretaris, melainkan dirinya hanya pemuas nasfsu bagi Malik, dan bodohnya lagi, dia sudah mengetahui itu dari dulu namun hati, jiwa dan raganya sudah dia serahkan pada Malik. " Sudahlah. Mbak harus make up sekarang, ijabnya nanti sore kan?"

Nidya tahu, adiknya mencoba mengalihkan pembicaraan, namun dirinya juga tidak bisa memaksa Nissa, dia tahu Nissa sangat terpukul akan pertunangannya yang gagal dulu. "Kamu keluar cari periasnya, bilang Mbak sudah siap.."

" Iya.." Nissa berdiri dan keluar dari kamar Nidya.

******

Nissa menangis haru saat proses Ijab Kabul Nidya selesai. Perasaan senang, sedih, bercampur menjadi satu. Kakaknya sudah jadi milik orang lain.. Air matanya tidak mau berhenti menetes, Nissa menutup mulutnya berusaha meredam isak tangisnya, karena tidak bisa menahan isaknya, kepala Nissa menunduk dan ia terkejut, mendapati seseorang mengulurkan sapu tangan padanya. Dengan cepat Nissa mendongak dan mendapati wajah Zian, yang tak lain adalah sahabat dari Kakak Iparnya sendiri.

SWEET PASSION [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang