change?

5.3K 95 1
                                    

"Gittha?"

Karena terburu-buru, Gittha tidak sengaja menabrak tubuh seseorang. Tubuhnya hampir saja terjatuh kalau saja laki-laki itu tidak menahannya. Gittha yang menutup matanya langsung terkejut saat membuka matanya.

"Eh, ma- maaf." ucap Gittha sambil menundukan kepalanya dan ia pun langsung pergi meninggalkan laki-laki itu.

Laki-laki berjas hitam itu hanya memasang wajah bingungnya sambil melihat tubuh Gittha yang semakin hilang dari pandangannya.

"Itu Gittha kan?" gumamnya. Ia tampak berpikir sebentar lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Sedangkan Gittha terus mempercepat langkahnya, ia tidak tahu harus melangkah ke arah mana yang jelas ia harus pergi sejauh mungkin dari tempat itu. Dalam langkahnya ia sempat berpikir, barusan saat ia bertabrakan tubuh dengan laki-laki, sepertinya ia kenal dengan orang itu.

Tapi siapa?

Gittha terus berpikir keras,"Siapa ya? Aduh kok keknya gue gak asing sama mukanya. Sebentar," Gittha menghentikan langkahnya,"Gibran." ucapnya lirih.

Ia ingat dengan wajah dan suaranya. Walaupun dulu sedikit cempreng tapi ia yakin laki-laki itu Gibran. Laki-laki yang dulu sempat buat Gittha jatuh cinta sekaligus sakit hati.

Entah mimpi apa semalam ia bisa bertemu dengan Gibran dan ia bertemu di tempat yang sama dengan Ashfriel.

Tiba-tiba ponsel milik Gittha berbunyi, Gittha merogoh tasnya dan melihat nama yang tertera di layar poselnya.

Mas Revan is calling.

Langsung Gittha pun mengangkat panggilan.

"Iya halo, mas?" ucap Gittha sambil menutup sebelah telinganya.

"Kamu dimana sih?"

"Aku di parkiran samping kiri dari pintu keluar kafe."

"Yaudah tunggu diem disitu, jangan kemana-mana."

Baru saja Gittha ingin menjawab 'iya' namun sambungan diputus sepihak oleh Revan.

"Galak betul." gerutu Gittha yang padahal tidak ada yang mendengar selain dirinya.

Tidak lama menunggu, Revan pun datang dengan wajah dinginnya.

"Cuek banget mukanya." ucap Gittha dalam hati.

Tapi belum sampai di tempat Gittha berdiri, langkah Revan terhenti dan ia merogoh sakunya untuk mengeluarkan ponselnya.

Lama ia sibuk dengan ponselnya, akhirnya Gittha menghampiri Revan.

"Kamu dari mana aja sih?" tanya Gittha namun Revan masih sibuk berkutit dengan ponselnya

Gittha pun heran, sepenting apa sih urusan dia sama yang ada di ponselnya sampai-sampai Revan tidak menyadari keberadaannya.

"Rev?"

"Ah iya? Kenapa?" Revan merespon ketika Gittha menggoyang-goyangkan telapak tangannya di depan wajah Revan. Tapi ucapan yang Revan lontarkan tak sesuai dengan pertanyaan Gittha barusan.

Gittha pun semakin curiga, kenapa Revan jadi begini? Aneh. Tadi pagi ia masih biasa-biasa aja namun pas pulang kuliah ia hilang entah kemana dan tidak memberi kabar pada Gittha.

Gittha yang tadinya ingin minta penjelasan dari Revan jadi malas lagi untuk bicara padanya. Ia rasa Revan tidak fokus padanya. Pikirannya melayang entah kemana.

"Hm. Gapapa. Abaikan." ucap Gittha acuh. Setelah itu tidak ada obrolan yang ada Revan hanya memerhatikan sekitar.

"Yaudah, sekarang kita ke mobil." ajak Revan dan Gittha hanya mengangguk setuju.

Gittha dan Revan jalan beriringan namun tidak bergandengan tangan. Tidak biasanya.

Gittha berjalan sesuai arah Revan yang juga berjalan dan tidak lama mereka pun sampai di depan mobil mereka yang terparkir tidak jauh dari kafe itu.

Gittha dan Revan pun masuk ke dalam mobil. Tidak ada suara dari keduanya dari awal mereka berjalan sampai sekarang. Revan pun mulai mengeluarkan mobilnya dan ia mulai melajukannya.

Suasana hening mengisi dalam mobil. Revan maupun Gittha keduanya tidak ada yang berniat untuk membuka percakapan, Revan sibuk berkonstrasi memerhatikan jalan, sedangkan Gittha? Gittha hanya menatap kosong ke arah jendela yang memperlihatkan jalanan yang membawanya entah kemana dan pikirannya saat ini pun juga kosong. Yang ia pikirkan adalah 'kenapa Revan berubah jadi dingin lagi? Ditanya juga cuma bengong aja. Kayak ada yang aneh. Mau nanya cuma ya gitu. Hm, nanya gak ya?'

Gittha hendak membuka mulutnya, tapi tiba-tiba mobil berhenti dan Revan langsung keluar dari mobil.

Revan menghentikan mobilnya di depan mini market. Entahlah untuk apa ia ke sana.

Rasanya Gittha ingin menangis tapi ia tidak bisa. Ia tidak bisa menangis di depan umum. Dan ia hanya bisa menahannya dan itu membuat tenggorokan dan dadanya terasa sakit.

Tidak lama kemudian Revan datang dengan botol mineral di tangannya. Revan pun langsung duduk kembali di kursi pengemudi.

"Kamu mau?" dua kata itu keluar dari mulut Revan. Ia membalikan badannya ke arah Gittha yang masih menatap ke arah jendela. Dan Gittha hanya memberikan gelengan sebagai jawaban.

Setelah itu Revan kembali menghadapkan tubuhnya ke depan dan mulai melajukan mobilnya.

"Maafin aku Gitt, aku belum bisa cerita sama kamu. Pikiran aku masih kalut dan kalau aku ngobrol sama kamu aku takut salah ngomong atau salah bertindak dan aku takut itu malah buat kamu sakit hati dan ngejauh dari aku. Aku gak mau kayak gitu. Maafin aku Gitt." batin Revan.

Namun diam-diam tanpa sepengetahuan Revan, air mata Gittha mulai mengalir di pipi kirinya. Gittha sudah berusaha agar tidak jatuh air matanya namun ternyata ia gagal dan sekarang ia takut kalau sekarang ia akan terisak.

***

Helluuuu... Test? Hmm i'm back... Djk aku bingung mau ngomong apa.. Cuma mau bilang maaf ya late update pisan.. Dan maaf ceritanya aneh atau ga masuk satu alur..

Cuma mau bilang makasih sama kalian yang udah mau baca dan vomment cerita ku..

Hmm sekali lagi maaf dan terima ksih yaa semua:'))))

Couple DoctorWhere stories live. Discover now