Bab 7

11 1 0
                                    

Tangisan Pilu.

Mama Rosa masih bergulat dengan Bara untuk mempelajari bahasa gaul anak jaman sekarang. Bara mengajari dengan sabar tante Sean, mama Rosa.

"Wah Bara terimakasih lho ya. kamu ngajarin tante gampang banget buat dipelajari nya." Bara tersenyum sopan dan mengangguk patuh.

"Maka nya Rosa betah kalau belajar sama kamu. Tulisan kamu saja rapi dan enak dilihat. Boro-boro tulisan nya Rosa. tentor homeschooling nya aja sampai muntab ngajarin dia." Lanjut tante Sean memuji kepandaian Bara.

Lah, ini ibu-ibu baru gue ajarin udah dipake aja dah. Batin Bara.

Bara tersenyum kikuk. Sembari ia merapikan tempat pensilnya, ia juga mencari buku bergambar power rangers yang merupakan buku tugas kimia nya. Ternyata telah kandas.

"Kenapa nak?" Bara menatap tante Sean ragu. "Anu tante, buku tugas saya ketinggalan di kelas." Jawab Bara sopan.

"Tante kalau gitu saya pamit dulu. Salam buat Rosa tan." Pamit Bara sembari menyalami tangan mama Rosa. "Assalamualaikum tan."

Tante Sean mengangguk dan membiarkan Bara menstater motor matic kesayangan nya melaju kearah sekolah Bara.

=0=

Bara mengijakan kaki nya lagi di lantai khas SMA Jayabaya. Berjalan santai menyusuri lorong kelas sebelas. Hanya sayup-sayup teriakan anak basket yang masih tersisa dan beberapa anak eskul musik yang berkeliaran dengan gitar yang mereka bawa.

Sesekali Bara tersenggol berkali-kali karena mereka tak tau itu ada Bara. Bara mengedikan bahunya malas.

Sampai di depan kelasnya. Bara menatap kelasnya yang tertutup rapat. Bara dengan cuek nya membuka pintu tersebut dan tak sengaja melihat dua insan manusia yang hampir melakukan kegiatan tidak senonoh.

"Astagfirullah. Pergi lo berdua!" Cecar Bara sambil menutup matanya rapat-rapat. Mereka bedua lari terbirit-birit.

Bara geleng-geleng. Bara tak habis pikir dengan generasi jaman sekarang yang mulai gila. Belum muhrim aja udah berani berduan.

Bara menatap pintu yang terbuka lebar sambil berdecak heran. "Masih ada yang bodoh ternyata." Ucap nya pelan sembari menyisir seluruh meja dan laci yang ada.

Bara mencari-cari buku tugas kimia yang ternyata sudah kandas.

"Lah gue ngerjain apa entar? Ya Rabb." Bara putus asa dan keluar dari kelas.

Baru berjalan meninggalkan kelas, Alan Syahreza datang berlawanan arah dengan Bara dengan Maya heran.

"Ngapain lo Bar? Jama segini masih ngapel di sekolah." Tanya Alan yang langsung memutar badan dan berjalan bersama Bara menuju tempat parkir.

Bara tiba-tiba mengingat sesuatu.

Bara menatap sinis Alan. "Buku tugas gue mana?" Alan mengernyit tak paham. Bara tambah mendengus. "Emm... Bar, gue ntar minjem soal yang nyari pH campuran sama penggaraman ya, entar pulang sekolah gue balikin. Sudah paham mas Alan?" Alan menyengir tanpa dosa saat melihat Bara menirukan dengan wajah kesal.

"Iye ini gu--" Alan terdiam sebentar. Bara yang di belakang Alan ikut berhenti menatap Alan kesal.

"Lo ngap--" Alan menutup mulut Bara. "Diem dulu elah." Bara pasrah saja saat dirinya dibawa Alan mendekati ruang tari yang berdekatan dengan tempat parkir.

"Lo denger nggak?" Tanya Alan menatap Bara yang diam saja mendengarkan dan menatap lamat-lamat lorong di depannya.

Alan mencebik kesal dan manampar punggung Bara kencang. "Heh, lo denger enggak sih nying? Itu ada yang di anu." Bara menatap datar Alan. "Iya gue denger."

Bara masih mendengarkan teriakan lantang yang ada di dalam ruang tari yang bercampur dengan tangisan seseorang di dalamnya.

"Gak usah sok lo. Mentang mentang nomor Wahid lo bisa nindas kita hah? Otak lo ada enggak sih?"

"Bagus nya gue dimana sih? Gue masih belajar juga."

"Gue kasih tau ya sama lo. Gue benci lo. Lo udah ngerebut apa yang pengen gue punya. Nyadar dong."

"Iya lo harus nya nyadar. Nari lo masih kayak anak TK. Kampungan banget anji--"

Saat Alan mendengar Lamat lamat teriakan itu, seketika hening. Bara hilang dari samping nya. Alan tau. Alan lantas menghampiri Bara yang sudah diambang pintu ruang tari dengan tatapan dingin nya.

"Keluar." Ucap Bara datar. Dua perempuan itu melepas genggaman rambut perempuan yang ada di belakang mereka dan keluar.

Alan melongok sebentar. "Sasmitha?! Lo nggak papa Sas? Apa nya yang sakit?" Tanya Alan panik. Bara memutar bola matanya malas dan pergi meninggalkan ruang tari itu.

Alan mencebik kesal. "Gue anterin balik ya Sas?" Tawar Alan yang dijawab Sas anggukan kepala.

❇❇❇

A

oooo 😅

Anggep aja mulmed itu mukanya Bara pas liat Alan sok manis ke Sasmitha ya.

Selamat hari senin, 20 Maret 2017 ini.

Setelah lama hibernasi. Lontong kembali lagi. Setelah banyak tugas dan ulangan dan yang lain lain.

Disela liburan ujian sekolah para kakak kakak kelas 12. Lontong hadir kembali.

Jangan lupa Vote, coments, dan lain lain 😄😄😄.

Semangat ujian buat yang kelas 12 dan kelas 9.

Salam cinta dari lontong 😘

20 Maret 2017.

InnocenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang