Bab 4

59 2 0
                                    

Tak Sesuai Ekspetasi

Di depan gerbang SMA Jaya Baya, seperti pasar kaget pasca bulan puasa. Ramainya luar biasa. Dari yang berjilbab sampai yang rok panjang mereka diketatkan.

Dari yang bajunya masih rapi sampai yang sudah keluar kemana-mana. Dari yang celana panjang mereka normal sampai yang tidak normal.

Tapi di sinilah Bara. Tempat parkir sepeda motor. Dia masih berputar-putar mencari motor kesayangannya hilang kemana. Helmnya pun tak nampak.

Sebenarnya helm punya Bara itu warnanya jarang yang punya. Coklat susu, tapi kenapa ikutan menghilang. Bara menghela nafas lelah. Sudah tak punya uang, motorpun ikut-ikutan ilang.

"Nyari apaan Bar?" Bara sedikit terlonjak saat melihat Alan di sampingnya yang sudah lengkap dengan jaketnya.

Setelah hilang rasa kagetnya Bara menjawab. "Motor gue ilang"

Alan mencebik dan meminta kunci motor temannya ini.

"Bara, motor lo itu model baru bukan model lama. motor lo ilang pun lo tinggal pencet ini remot" jelas Alan sambil memencet tombol remot yang ada bersama kunci motornya.

Tut Tut.

Mereka berdua mengedarkan pandanganya sekeliling area parkiran, dan mencobanya sekali lagi. Tatapan mereka jatuh ke motor yang ada di depan mereka. Seolah mengejek si pemilik dan temannya.

Memang kampret.

"Lah, kambing motor lo ada di depan kita pas" Alan menjitak kepala Bara lalu ia pergi untuk mengambil motornya.

Entah, di sini yang goblok Alan, apa Bara yang emang polosnya minta dicangkul. Kita tak paham.

=00=

Bara sudah sampai di rumah dengan selamat pas dengan azan Ashar berkumandang. Bara memang jago ngebut.

Depan rumah nampak sepi. hanya ada 2 motor matic. Bara memarkir motornya dengan apik di samping dua motor tersebut.

Bara memgucap salam dan ternyata rumah sepi. Bara melempar tasnya ke sofa ruang tamu dan melepas sepatu dan kaus kakinya. Setelah itu Bara mengerjakan ibadah kewajiban umat muslim ketika sudah mendengar azan berkumandang.

Bara setelah selesai duduk dengan santai sambil membuka dompetnya lagi dan mendapatkan satu struk lagi.

"Ya Allah, ngapain juga gue beli kiranti?" Gerutu Bara sambil menjambak rambutnya.

Ariana yang dari kamarnya menatap adik bungsunya tertawa sendiri. Ana mendekat dan meletakan kepalanya ke pangkuan adiknya.

Ariana lebih tepatnya, menjadikan paha adiknya menjadi bantal.

"Kenapa sih Bar?" Tanya Ana sambil mendongak menatap wajah polos bin tolol adiknya satu ini.

"Na, gue cowo tulen ya? Kok gue beli pembalut sama pelancar haid gini sih?" Ucap Bara yang masih serius memandangi struk pembayaran tersebut.

Ana tertawa pelan dan menyentil dagu adiknya kencang sampai Bara mengaduh.

"Lo, itu polos apa bego sih Bar, di rumah ini cewe cuman dua, ya pasti itu lo disuruh mama atau gue suruh. Oh, atau lo disuruh cewe lo ya? Duileeh adiknya kakak udah gede"

InnocenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang