#13. Perang Antar Kepentingan

14 1 0
                                    

    “APA YANG KAMU LAKUKAN?” Anggrek marah besar.

     “Anggrek...” gumam Aeza.

     “Akhirnya lo balik juga.” Rio bangkit.

     “Kenapa kamu membakar panti asuhan tempatku dulu tinggal?!” Anggrek kelihatan sangat marah.

     Aeza dan Hime terkejut.

     Beberapa saat yang lalu, Anggrek menghilang dari hadapan Aeza. Rupanya ia pergi ke panti asuhan tempatnya dulu untuk merayakan 20 tahun berdirinya panti asuhan tersebut. Sedari pagi semua anak dan staf sibuk mendekorasi dalam panti. Semua itu dibiayai oleh Anggrek.

     Acara dimulai saat sore. Namun beberapa menit setelah mulai, Anggrek baru sampai disana. Sesampainya disana Anggrek dibuat shock karena panti asuhan tempatnya berteduh selama belasan tahun itu mengalami kebakaran hebat. Anggrek melihat hal yang ganjil, api yang menjilat panti asuhan itu berwarna hitam. Ia segera kesana dan mengamankan semua orang dan meminta mereka untuk mengungsi sementara.

     “Gue sengaja melakukan itu. Supaya lo bisa fokus melakukan apa yang sedang lo kerjakan saat itu juga. Lo pikir gue nggak tau, selama latihan atau ngumpul kalo lo sering ngilang gak jelas kemana? Gue tau semua!” jawab Rio tenang.

     “Sengaja? Kamu bilang sengaja. Kamu pikir aku bakalan menurut sama kamu kalau kamu membakar tempat anak-anak yang tidak mempunyai orang tua?”

     Anggrek melempar lagi bola hijau namun lebih besar.

     “Kuhabisi kau.” bisik Anggrek. Matanya mulai menyala ungu.

     “Coba saja. Jongos tetaplah jongos.” tangan Rio diselimuti api hitam.

     Aeza dan Hime mulai maju namun dihadang tangan Anggrek.

     “Kalian bantu yang lain saja. Aku ingin menghabisi dia sendirian.”

     “Hmm... jangan kalah ya.” Hime dengan senyum sinisnya.

     “Aku akan berusaha.”

     Anggrek menoleh ke mereka dan tersenyum.

     Mereka pergi membantu yang lain.

     “Sial, Putra sekarang makin kuat.” gumam Aldi.

     “Ayolah, gak ada yang bisa nyerang gue apa?” ujar Putra sombong. Melayang di udara dan kedua tangannya diselimuti kilatan petir.

     “Jangan terburu-buru, kita butuh rencana.” kata Surya.

     “Surya selalu berpikir seperti biasa. Jangan kelamaan, nanti keburu ditembak Belanda!” ejek Putra. Membuat bola kilat diatas telapak kanannya.

     “Apa?”

     Putra tak bisa menggerakkan tangan kanannya yang hendak melempar petir. Seluruh lengan kanannya membeku saat ia melihatnya dan terkejut.

     “Ugh, sial!” Putra menepis beberapa tembakan bola api dengan lengan kirinya.

     “Butuh bantuan?” tanya Hime saat datang menghampiri mereka disusul Aeza.

     “Cih. Lagi-lagi pamer.” gumam Surya.

     Aeza terus mengeluarkan angin beku seperti badai salju kearah Putra dan semakin besar. Gerakan Putra semakin melemah dan sebagian kecil tubuhnya membeku.

     “Angin esnya kemana-mana. Gue akan bantu supaya tetap disekitar Putra.”

     Surya merentangkan tangannya dan muncullah angin kencang yang melapisi angin es Aeza yang tak karuan berbentuk kubah agar tak kemana-mana.

Mazna X Adara [Air Dan Api] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang