#4. Membuka Kartu Tertutup

20 0 0
                                    

     Tiga orang yang terdiri dari satu perempuan dan dua laki-laki bersama menuju sekolah mengendarai masing-masing motor bertangki depan.

     Beberapa menit sebelum sampai sekolah, mereka berhenti dan melihat banyak anak dari sekolah lain menghadang jalan lima puluh meter dari mereka.

     “Serangan fajar sepertinya.” ucap yang perempuan sambil membuka helm. Ia berada di tengah.

     “Boleh lah olahraga dikit pagi-pagi.” ucap Aldi yang memiliki postur tinggi kurus. Ia berada di samping kanan perempuan itu.

     Sementara Ivan yang berbadan tinggi gemuk hanya diam dan mematikan mesin motor.

     Mereka maju belasan meter dari motor yang terparkir.

     “Satu, dua... seraaang!!” teriak satu anak dari sekolah lain. Ia dan komplotannya maju berbarengan.

     “Siap?” tanya yang perempuan. Menengok ke kedua temannya.

Di parkiran sekolah...

     “Kira-kira siapa aja ya kak yang waktu itu dideket jatuhan batu itu?” tanya Aeza penasaran. Mematikan mesin mobil.

     “Yang jelas sih ada belasan, tapi gue gak inget pasti siapa aja. Ayo buruan.”

     “Hei. Bareng dong.” teriak seseorang dibelakang mereka. Itu mereka bertiga yang tawuran tadi.

     “Pada kusut seragam lo semua.” kata Hime. Melihat sekilas penampilan mereka.

     “Serangan fajar. Diserang sekolah lain.” jawab perempuan ber nametag Indry Devita.

     “Terus lo bertiga menang?”

     “Kita nggak bakalan sampe sekolah kalo kalah.”

     “Eh iya, mau nanya dong. Kalian waktu itu ada di deket lokasi batu jatuh gak pas kemping?” tanya Aeza.

     “Kita ke kelas aja dulu. Gue tau lo berdua ngalamin sesuatu kan?”

     “Jadi Hime bisa mengendalikan api, sementara Aeza bisa mengendalikan air?” tanya Indry serius di bangku belakang dengan Aeza dan Hime saat jam istirahat.

     “Iya. Sementara lo?” tanya Hime.

     “Gue... gue bisa berubah jadi macan kumbang. Mata gue juga berubah kayak mamalia buas itu.”

     “Serius?” Aeza tak percaya.

     Indry mengangguk.

     “Selain itu, luka gue juga bisa sembuh dengan sendirinya.”

     “Kedua temen lo?” tanya Hime lagi.

     “Aldi punya kecepatan lari yang kenceng banget. Sementara Ivan badannya bisa berubah jadi berlian. Badannya jadi super keras.”

     “Terus siapa lagi yang udah lo liat?”

     Gadis tomboy itupun menjelaskan yang ia tau.

     Pertama ia melihat Lily, si gadis penyendiri yang dianggap aneh oleh setiap anak karena selalu membawa boneka porselen kecil dan terkadang berbicara sendiri dengan boneka tersebut. Tampilannya tak jauh berbeda dengan Mawar, hanya saja Lily lebih pemalu. Dia dapat menggunakan telekinesis, menggerakkan objek tanpa menyentuh tangannya, melainkan dengan pikirannya.

     Dia juga dijuluki “Tiga Srikandi Bunga.” karena sering menjuarai lomba fisika tingkat kota hingga internasional bersama Mawar dan Melati. Namun julukan itu memudar ketika si kembar membenci Lily dan bubar jauh sebelum mereka mendapat kekuatan ajaib.

     Lalu ada Putri. Gadis berjilbab yang sifatnya kalem seperti Aeza namun terkesan cuek. Ia dapat mengendalikan, bahkan menumbuhkan segala hal yang berhubungan dengan tanaman atau tumbuhan. Putri bisa menumbuhkan pohon kecil apapun setinggi dirinya dan langsung berbuah yang sudah matang. Ia sangat benci dengan seseorang yang merusak tumbuhan dan membuang sampah sembarangan, bahkan Putri bisa mendengar dan mengerti apa yang tumbuhan ucap yang tak bisa didengar manusia biasa. Pupil matanya berubah menjadi hijau daun.

     Surya. Si tukang tidur yang terlihat malas namun sangat pintar. Kabarnya Yuko juga menyukai Surya karena sifatnya yang ramah. Dia bisa mengendalikan angin sesuka hatinya. Warna pupilnya hijau limau.

     Dharma dan Lara. Mereka dapat julukan “Pasangan Jadul.” Karena memang mereka berpacaran dan gaya dandanannya baik di sekolah maupun saat jalan bareng terkesan kuno. Seperti di film-film era ’70 an. Wajah Dharma juga tak terlalu culun dan tak termasuk dalam kategori kutu buku. Sementara Lara semua pakaian yang berkancing dikancingi semua. Terlebih saat mereka jalan-jalan. Mengendarai vespa klasik. Dharma mengenakan kemeja panjang kotak-kotak, sementara Lara mengenakan gaun terusan model A dan model rambut ikal sebahu pada jaman itu membuatnya terlihat sangat jadul. Kebiasaan Lara sangat berbeda dengan gadis kebanyakan, ia suka menggosokkan bibir dan mulutnya dengan sirih atau biasa disebut ‘nyirih’ seperti nenek-nenek.Tempat favoritnya hanya museum dan tempat bersejarah. Kabarnya mereka juga seperti Indry bisa menjadi hewan juga namun ia belum tau pasti hewan apa. Indry pernah mengintip mereka berubah menjadi hewan legenda. Namun salah satu dari mereka ada yang berubah menjadi naga yang panjang seperti ular.

     “Itu aja sih yang gue tau. Selebihnya gue gak tau siapa lagi.”

Mazna X Adara [Air Dan Api] (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang