Rachel mengangguk. Gerald benar, Dion melakukan ini untuk membalas perbuatan Bryan. Rachel menghapus air matanya. Dilihatnya tumpukan soal diatas badan Bryan. Tampaknya Bryan sedang mengerjakan soal matematika yang Rachel berikan kepadanya lalu Bryan kecapekan dan tertidur. Rachel mengambil soal itu, lalu melihatnya, membalik kertas-demi kertas. Hampir selesai. Tinggal lembar terakhir, banyak coretan disana. Sepertinya Bryan tidak mengerti dibagian yang ini. Rachel tersenyum terharu, masih bisanya Bryan mengerjakan ini dalam keadaan seperti ini. Rachel menggeleng. Ia meletakan kertas itu dinakas tempat tidur itu. Lalu ia mengambil tangan Bryan, menggenggam tangannya.

Mata Bryan terbuka perlahan. Ia merasa tangannya digenggam kuat dan itu sangat nyaman oleh seseorang. Bryan melihat tangannya digenggam hangat entah oleh siapa. Ia menengok melihat ke sebelahnya. Tampak seorang perempuan sedang duduk menggenggam tangannya dan meletakan kepalanya ditempat tidur.
Gerald yang sadar kalau Bryan bangun ia langsung menyapa. "Hey, udah, bangun lo?"

Mendengar itu, Rachel langsung menatap Bryan. Ya, Bryan sudah bangun. Rachel tersenyum sangat lebar--sangat bahagia, ia segera memeluk Bryan yang sudah duduk ditempat tidur itu. Rachel memeluk erat Bryan. Bryan tersenyum dan membalas pelukan Rachel. Bryan berbisik di telinga Rachel. "Hei, maafin gue ya,"

Rachel sangat rindu pelukan ini. Ia tak kuat marahan berlama-lama dengan Bryan. Jantungnya berdebar sangat kencang. Mungkin akan terdengar oleh Bryan. Ia tersenyum, menjawab, "Iya, gue juga minta maaf ya."

Bryan kembali memeluk Rachel. Gerald yang berdiri disana, menjadi gesah karena ia merasa keberadaannya sangat mengganggu. Tiba-tiba pintu kamar rawat itu terbuka. Teman-teman Bryan masuk dengan meriah. "BRYAN! Lo udah sadar?!" Julio berteriak. Julio mendengus geli melihat temannya itu sedang berpelukan.

Lantas, Bryan dan Rachel melepas pelukannya. Rachel langsung terdiam, wajahnya memerah.

"Eh.... Gue ganggu ya?" Julio, dan Albert berjalan ke tempat tidur.

"Ng...Nggak kok," Rachel tersenyum malu.

Tawa Julio berderai. Ia memegang bahu Rachel sambil tertawa, "Santai Chel. Haha..."

Bryan melihat Julio, terutama tangannya. Bryan lantas mengambil gumpalan tisu, lalu melemparnya kearah Julio. "Woy, nggak usah megang kali!" ucap Bryan.

Julio melepas tangannya, "Ya elah, cemburu aje." tawanya berhenti.

"Udah sembuh lo?" tanya Albert sambil Hi- Five dengan Bryan.

"Udah, Thanks ya udah mau jenguk." ucap Bryan.

"Eh, lo udah jelasin tentang taruhan itu?" Tanya Julio.

Rachel jadi teringat akan hal itu. Bryan melirik Rachel yang berdiri disebelah tempat tidur itu. Ia menarik tangan Rachel. Rachel tersentak, lalu menatap Bryan. Bryan mengacak rambut Rachel. "Gue mau jelasin. Sebenarnya, taruhan yang itu cuma buat dapetin traktiran. Terus nih, mereka bilang kalau misal gue bisa dapetin lo Chel, hadiahnya nraktir mereka makan sepuasnya. Soal gue suka sama lo atau enggak....." Bryan menarik nafasnya dalam-dalam. "Gue bukannya suka lagi--gue sayang banget sama lo Chel, sangat."

Kata-kata itu membuat hati Rachel tersentuh, ia sudah salah sangka atas semuanya. Saat itu juga ruangan meriah, banyak siutan, tepuk tangan. Rachel tersenyum, hatinya sangat senang entah mengapa, jantungnya terus berdebar. Air mata tiba-tiba jatuh kepipi Rachel. Itu bukan air mata kesedihan, itu air mata kebahagiaan.

Faire L'amour (#Wattys2017)Where stories live. Discover now