11

274 43 17
                                    

Motor itu berhenti di Rumah Sakit Pancasila, yang berada di tengah-tengah perkotaan. Rachel turun dari motor, diikuti Gerald. Mereka masuk kedalam rumah sakit itu. Rachel membawa banyak buah yang sudah disusun rapi ditempat yang lucu. Aroma rumah sakit yang sangat menyengat, apa lagi ciri khas obat-obatannya. Banyak orang mondar-mandir kesana-kesini. Menunggu diruang tunggu rumah sakit itu. Ditambah dokter, dan suster yang berjalan kesana-kesini dengan cepat.

Gerald dan Rachel berjalan ke meja resepsionis. Gerald bertanya kepada suster itu, siapa tahu kamar rawat Bryan sudah dipindahkan oleh papanya. Ya tepat, suster itu mengatakan kamarnya berada dilantai 2, nomor 307. Mereka langsung berjalan ke lift. Memencet lantai 2.

Ting! Lift berhenti dilantai 2. Mereka berjalan kekamar nomor 307. Tepat diruang tunggu kamar no 307, orang tua Bryan berada disana sedang menunggu. Gerald berjalan didepan Rachel untuk memulai pembicaraan. Kedua orang paruh baya itu sadar Gerald berada disana. Mereka berdiri, Gerald langsung menyalam tangan orangtua itu. Rachel ikut menyalam orangtua itu.

"Sore Om, Tan." salam Gerald. Rachel tak berani berbicara sedikitpun. Ia hanya tersenyum.

Claudia dan Edward tersenyum, "Siang Nak Gerald. Ini siapa?" tanya Edward.

Gerald melirik Rachel, menyuruhnya memperkenalkan diri. Rachel tersenyum, "Saya Rachel Om, Tante. Oh iya, ini buat Bryan." Rachel memberikan buah itu kepada Claudia. Dengan senang hati Claudia mengambil buah itu. "Wah, makasih ya sayang."

Rachel tersenyum sambil mengangguk. Claudia dan Edward berfikir. Claudia tersenyum mengingat nama yang disebut anaknya saat kemarin malam adalah nama perempuan didepannya. "Saya ayahnya Bryan, panggil aja Om Edward." ucap Edward sambil tersenyum.

Rachel tersenyum sambil mengangguk. Claudia memegang pipi Rachel. Tampaknya Claudia suka dengan Rachel. "Kamu pacarnya Bryan ya?" tanyanya sambil tersenyum.

Gerald tersenyum jahil, ia langsung saja menceplos. "Iya Tan, Rachel pacarnya Bryan."

Rachel menjadi malu, ia menabok lengan Gerald. Claudia tertawa. "Kalian mau jenguk Bryan ya?" tanya Claudia kepada Gerald dan Rachel.

"Iya, Tan." jawab mereka berdua seraya.

"Ya sudah masuk saja, Bryannya juga sudah bangun." kata Claudia sambil memegang bahu Rachel.

Rachel mengangguk sambil menunduk. "Kita permisi dulu ya, Om, Tan."

"Iya,"

Gerald membuka pintu kamar itu. Masuk diiringi Rachel dibelakangnya. Tampak Bryan sedang beristirahat dengan setumpukan kertas diatas tubuhnya. Rachel dam Gerald berjalan menghampiri tempat tidur Bryan. Rachel melihat muka Bryan yang banyak sekali luka-luka itu. Ia memegang wajah Bryan yang tidak terkena luka itu.

Tak lama kemudian air mata mengalir dipipi Rachel. "Kok Bryan bisa begini?" tanyanya dengan suara gemetar.

Rachel duduk ditempat duduk samping Bryan. Gerald berdiri disamping Rachel lalu mengelus pundak Rachel. "Dia dihajar sama temen-temen abang lo kemarin malem."

Rachel melirik Gerald dengan tatapan bingung. "Maksudnya? Bang Dion yang nyuruh itu?"

Gerald mengangguk," Iya. Tapi gue tahu, abang lo lakuin ini untuk menjaga lo. Abang lo nggak mau lo nangis gara-gara dia. Jadi itu wajar saja,"

Faire L'amour (#Wattys2017)Where stories live. Discover now