10

273 45 3
                                    

Aldo membopong Rachel sampai dimobil. Meletakan dibangku mobil dengan hati-hati agar lukanya tidak terbentur apapun. Aldo segera berlari kepintu sebelah kanan.
Aldo membantu Rachel memasangkan sabuk pengaman. Seketika mata mereka bertemu, bertatapan sekitan 5 detik. Rachel pun langsung bereaksi dengan memalingkan wajahnya.

Aldo kembali ketempatnya, memasang sabuk pengamannya.
Aldopun mulai melajukkan mobilnya.

Sesekali Aldo melirik Rachel. Memastikan agar ia tetap tenang."Kaki lo nggak papa, Chel?" tanya Aldo. Rachel menatap Aldo, lalu ia senyum.

"Gak papa kok, Do."

"Ohh.." Aldo kembali fokus ke jalan.

Setelah sampai dirumah. Aldo dengan cepat membukakan pintu penumpang tempat Rachel duduk, lalu Aldo mengangkat Rachel sampai ke pintu. Sebenarnya Rachel tidak perlu diperlakukan seperti ini, karena ini hanya luka biasa. Tapi menurut Aldo ini membuatnya khawatir. Dion membuka pintu utama dirumah itu. Ia melihat Rachel dibopong oleh teman cowoknya.

Aldo tersenyum memberikan salam. "Selamat sore bang. Ini Rachelnya." kata Aldo seakan badan Rachel tidak berat sama sekali.

"Adek gue kenapa? Cepet bawa ke sofa!" Aldopun masuk kedalam rumah Rachel. Ia melihat rumah Rachel yang indah, tersusun rapi dengan hiasan-hiasan ternama. Aldo membawa Rachel sampai kesofa. Lalu ia meletakkan Rachel disofa dengan lembut.

Rachel menjelaskan kepada Dion."Gue gak papa kok bang. Cuma jatuh doang."

"Ohh. Ini siapa?" tanya Dion jahil. Dion melihat Aldo seakan ada hubungan rahasia diantara Rachel dan Aldo. Aldopun salah tingkah.

"Gue Aldo. Temen Rachel, bang." kenal Aldo sambil tersenyum.

"Thanks ya udah bawa adek gue kesini." kata Dion sambil menepuk pundak Aldo.

Aldo tersenyum. "Rachel gue balik ya.. Jangan lupa dibersihin tuh lukanya."

"Ohh ya udah. Thanks ya."

"Iya.. Bang gue balik ya."

"Yoi." Aldo berjalan keluar dari rumah Rachel. Lalu ia berjalan menuju mobilnya. Dan mulai melajukkan mobilnya. Sementara itu , Dion diruang TV melirik Rachel seakan ada rahasia yang disembunyikan.

"Chel, tadi siapa lo? Kok perhatian banget?" tanya Dion sambil menaikan kedua alisnya dua kali dengan senyum nakal. Wajah Rachel memerah.

"Apaan sih bang? Cuma temen doang. Jangan natap gue kayak gitu deh."

"Ohh temen doang yaaa."

"Udah deh bang. Gue keatas ya." Rachel berdiri dan berjalan keatas. Rachel masuk kekamarnya. Lalu menutup pintunya.

Ia duduk di pojok dekat balkon sambil menatap langit yang sudah mulai meneteskan air. Ia memeluk kakinya dengan tangannya. Rachel menatap hujan yang membuat Rachel sedih, karena memori dirinya dengan Bryan sepintas lewat dipikirannya. Airmatanya tiba-tiba menetes. Semakin lama semakin deras.
Entah mengapa Rachel sangat amat merasa bersalah karena tidak mau mendengarkan penjelasan Bryan kemarin, juga karena tadi disekolah ia meninju wajah Bryan hingga terluka.

"Bryan... Gue minta maaf karena udah hajar lo, gue minta maaf juga karena nggak mau dengerin penjelasan lo. Gue gak tau kenapa gue bisa sesedih ini. Hiks.. hiks. Lo jadiin gue bahan taruhan. Cewek mana yang nggak sedih." Ia meletakkan kepalanya dikakinya yang dipeluk. Lama sekali Rachel diam didalam kamar. Menangis. Menangis dan menangis. Itu yang bisa dilakukan
Rachel saat hujan semakin deras.

Faire L'amour (#Wattys2017)Onde histórias criam vida. Descubra agora