BULAN YANG MEREDUP

2.5K 187 8
                                    

Kwon kembali ke kediamannya dengan gontai. Langkahnya lemas bahkan berjalannya pun tertunduk. Ia benar-benar lemas. Begitu banyak kejutan hari ini. Bahkan untuk melangkahkan kakinya ke teras kediamannya pun ia tidak kuasa. Ia terduduk lemas di teras kediamannya. Dayang Tal menghampiri Kwon dan membimbingnya masuk. Dayang Tal juga menyuguhkan teh hangat untuk Kwon agar perasaannya lebih tenang.
"Dia sudah tahu semuanya, Bi..". Dayang Tal mengangguk pelan dan dari wajahnya tersirat keprihatinan melihat kedua saudara kembar ini. Ia meraih tangan Kwon seraya berkata, "Putri Chana akan segera mengerti... Anda bersabarlah".
"Aku telah menyakitinya... Aku sudah menyakitinya...". Kwon menangis pecah. Dayang Tal merangkul Kwon lembut dan menenangkannya.

Dayang Tal memberitahu Kwon bahwa tadi ketika ia mencari Chana, Chana tiba-tiba kembali dengan wajah masam dan langkah tergesa. Ia langsung mengurung dirinya di kamar dengan membanting pintunya. Dayang Tal sudah mencoba untuk membujuknya keluar kamar karena ia ingat bahwa Chana belum mengisi perutnya dengan apapun seharian ini. Dan bahkan hari sudah senja begini Chana masih tidak mau membuka pintu kamarnya. Kwon mengetuk pintu kamar mereka bedua pelan. Ia tahu Chana pasti ada di dalam, mengurung diri dan menangis sejadi-jadinya. Kwon yang mempunyai keterampilan bela diri langsung mendobrak pintu kamarnya karena Chana tidak kunjung membuka pintu. Chana tidak kaget pintu kamarnya didobrak begitu mengingat Kwon memang memiliki keterampilan bela diri. Chana duduk menghadap meja yang membelakangi Kwon.
"Makanlah.. Kau belum mengisi perutmu sama sekali..", pinta Kwon lembut.
"Lalu kau apa? Sudah makan enak dan santai bersama Kaisar, Calon Permaisuri?"
"Chana.."
"Kau mau bilang apa? Kau mau menjelaskan padaku bahwa ini semua bukan kemauanmu begitu? Kau dan dia.... Sama tidak bergunanya.."
"Chana, aku berusaha untuk mengembalikan posisimu di hati Kaisar. Namun jalan ini memang bukan aku yang mau. Aku tidak punya pilihan lain dan aku memang tidak bisa memilih"
"Aku tidak percaya bisa bersaudara dengan perempuan penjilat spertimu.."
"Kasar sekali ucapanmu Chana!"
"Ingatlah, apa yang kau lakukan padaku lebih kasar daripada apa yang aku ucapkan barusan".
Kwon mendekat ke Chana dan menyentuh pundaknya, "Chana.. Kenapa..".
"Jangan sentuh aku!", sentak Chana sambil menepis sentuhan Kwon.
"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu itu! Aku tidak sudi!". Hati Kwon semakin sakit melihat respon kasar Chana. Chana berubah menjadi orang yang tidak ia kenal.
"Aku mempertaruhkan nyawaku untuk kembali kesini dan merebut cintaku! Ya memang benar impianku adalah menjadi seorang Permaisuri dan aku berjuang keras untuk itu. Kau tahu berapa banyak nyawa yang aku korbankan untuk itu? Bahkan aku juga menempatkan ibu angkatku dalam bahaya dan kau tahu kan... Ibu angkatku mati sia-sia karena aku! Aku sudah berjuang sampai sekarang dan kau... Kau hanya perempuan sampah yang mengatasnamakan takdir untuk merebut semua yang seharusnya menjadi milikku!".

PLAK! Satu tamparan keras melayang ke wajah Chana.
"Kau begitu picik, Chana.."
Chana tak bergeming setelah ditampar Kwon dengan keras.
"Kau... Bukan bertujuan untuk membersihkan namamu. Kau.. Berniat balas dendam pada Ibu Suri.."
"Sudahlah, kau tidak perlu menjadi mausia yang munafik. Di negri ini mana ada orang yang menolak gelar permaisuri? Kau bisa membuat dunia bertekuk lutut di hadapanmu dengan gelar itu. Jika kau menolaknya, kau sungguh munafik".
"Chana. Kau..."
"Sekarang pilihlah, aku yang pergi atau kau yang pergi?".
"Chana! Aku tahu kau sangat kecewa sekarang.. Tapi apakah perlu berbuat demikian?"
"Hanya pilihlah!!", teriak Chana membentak.
Kwon semakin merasa tertekan. Chana sudah kehilangan akal sehatnya. Jauh didalam hatinya, Kwon tidak mau terjadi apa-apa pada Chana. Ia satu-satunya yang berharga sekarang. Ia adalah adiknya. Untuk sekali lagi, perasaan Kwon diuji.
"Tetaplah disini, aku yang akan pergi.."
Kwon berbalik dan meninggal Chana di kamar itu. Kwon berjalan menjauhi kediamannya entah tidur dimana dia malam ini. Ia tidak punya tujuan yang penting ia menjauh dulu dari Chana. Itu agar Chana juga merasa tenang.

Akhirnya Kwon memberhentikan kakinya pada perpustakaan khusus Kaisar. Dulu Kaisar berpesan bahwa perpustakaan ini bebas untuk Kwon singgahi. Hanya Kwon dan Kaisar saja yang boleh masuk ke perpustakaan itu. Ia memilih ke perpustakaan Kaisar karena jika ia kembali ke ruangan pemberian Kaisar ia menduga pasti pemimpin kerajaan itu sudah sigap menunggunya disana. Batinnya sekarang perlu diistirahatkan, untuk itu lah dia membutuhkan tempat yang sunyi. Ia berharap kesunyian bisa membawa ketenangan pada jiwanya. Hari ini begitu panjang pagi Kwon. Banyak sekali kejutan-kejutan yang diluar perkiraannya. Ditambah lagi kejutan-kejutan itu merundung masalah yang cukup pelik. Pada awalnya jika Kwon boleh berharap keterpaksaan ini jangan lah diambil hati oleh Chana apabila Chana mengetahui ini semua. Kwon berharap Chana sekali lagi bisa mengerti meskipun pasti susah baginya. Namun masalah ini juga susah untuk keduanya. Si kembar itu sedang diuji kekuatannya.

Empress KwonWhere stories live. Discover now