HIDUP BARU SI KEMBAR

3.8K 217 0
                                    

Sehari setelah pelantikannya, Kaisar mengambilalih nasib Kwon. Sebagai realisasinya ia mengunjungi langsung Kwon di istana dingin. Ia ingin bicara berdua dengan Kwon sambil membahas nasib Kwon selanjutnya. Kwon menerima rajanya itu dengan dingin. Maklum saja, ia terkurung di tempat dingin itu juga karna orang yang harus ia panggil Baginda itu. Kwon merasa tertindas karna orang yang membawanya ke kesengsaraan justru malah sekarang naik tahta. Tan menyuruh semua pengawalnya untuk menunggu di luar. Ia merasa tidak nyaman dengan hardikan pelayannya itu dengan sikap Kwon padanya. Tan sendiri merasa biasa saja karna merasa sikap Kwon itu wajar ia tunjukkan. Karna seandainya ia diposisi Kwon pun, ia akan melakukan hal yang sama.

"Ku dengar kau sama sekali tidak menyentuh makananmu. Apa kau berniat bunuh diri?", tanya Tan. Kwon tidak menanggapi orang nomor satu di negrinya itu. Ia tetap diam dan berwajah dingin dengan muka setengah pucatnya. "Makanlah dulu, lihat wajahmu itu. Sudah seperti hantu saja. Hm makanlah", ujar Tan sambil mengarahkan makanan yang ada dihadapannya mendekat ke Kwon. Kwon tetap tak bergeming meski yang menyuruhnya adalah Kaisar. Tan geram dan langsung menyuapkan makanan itu ke arah bibir Kwon. Lagi-lagi Kwon tidak bergeming dan hanya menutup bibirnya rapat-rapat. "Baiklah jika kau tak mau makan. Setidaknya beritahu aku apa yang kau inginkan…". "Kembalikan aku ke padepokan. Aku ingin menjadi prajurit lagi".

Tan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Itu tidak mungkin…". "Kenapa? Kenapa tidak mungkin? Kau pemimpin negri ini! Semua ada dalam kuasamu! Kenapa kau tidak bisa mewujudkan keinginan itu?". "Karna semua orang sudah tahu bahwa kau adalah seorang wanita…". Kwon terbelalak. Ia memandangi dirinya sendiri dan meremas pakaiannya. "Ya, semua orang sudah tahu bahwa kau adalah wanita. Sekarang kau pikir saja jika kau kembali ke padepokan. Kau hanya akan menyengsarakan Dalyan dan Padawan Lang saja. Selain itu, aku juga tidak suka melihat wanita menjadi pekerja kasar seperti itu. Meski aku tahu kau bisa dan terlatih, tapi kau tetap tidak bisa lari dari kodratmu sebagai wanita".

"Kau membocorkan rahasiaku? Kau mengumumkan identitasku yang sebenarnya?". "Tidak, kaulah sendiri yang berusaha lari dari kenyataan. Secerdas apapun kau menutupi segalanya, semua akan terbuka dengan sendirinya". Kwon bergetar ketakutan. Entah darimana asal ketakutan itu, yang jelas ia sampai tidak berani menatap Kaisar di depannya. "Jadilah pelayanku, jika kau ingin Dalyan dan keluarganya selamat…". Air mata Kwon menetes di pipinya. Ia sangat ragu menerima tawaran ini. "Tolong jangan buat… reputasiku menjadi Kaisar yang baru hancur gara-gara keinginan konyolmu itu. Kau tahu, mengabdi tidak harus menjadi seorang prajurit. Kalian masih bisa sama-sama mengabdi meski dijalan yang berbeda… dan juga dengan nyawa yang masih ada…".

Tan berdiri dari duduknya. "Sekarang terserah padamu. Kau ingin keluarga jauhmu itu tetap hidup dengan melayaniku, atau mati membeku di istana ini…". "Kau raja yang kejam!". "Hmm kata kejam itu terlalu kasar. Aku lebih suka kata tegas… pikirkan baik-baik, jangan sampai mengambil tindakan bodoh". Kwon menatap Tan lekat-lekat sebelum Tan menghilang dari balik pintu. Kwon menangis sejadi-jadinya. Meski bagi orang menjadi dayang tidaklah buruk, tapi bagi Kwon itu sama saja dengan neraka. Hidupnya sudah terpatri dengan militer. Panah dan pedang sudah menjadi senjatanya, bukan teko dan cawan. Jika ia memilih melayani Kaisar, itu artinya ia benar-benar tidak bisa ke padepokan bahkan menjadi prajurit lagi, termasuk untuk bertemu dengan Dalyan lagi, hampir tidak mungkin nampaknya. Kwon mengamuk dan membanting semua peralatan makan yang ada di depannya. Semua pecah dan berceceran di lantai. "Brengsek kau!", begitu hardiknya. Ia mengobrak-abrik seluruh yang ada di istana dingin itu. Kwon betul-betul marah. Ia merasa direndahkan dan dijerumuskan. Mana mungkin ia bisa memilih diantara pilihan yang dilema ini?

"Aku senang jika rakyat memberikan respon positif kepada Kaisar yang baru, bukan begitu Kaisar?", ucap Ibu Suri yang pagi itu mengunjungi Kaisar untuk menyampaikan selamat atas respon baik masyarakat menyambut rajanya yang baru. "Anda benar, Yang Mulia Ibu Suri". "Semoga ini menjadi awal yang bagus bagimu…". Kaisar hanya tersenyum tipis menanggapi doa Ibu Suri itu seraya mengamini dalam hatinya. "Baginda! Baginda!", teriak Kasim Jang dari luar yang langsung membuka pintu sebelum Kaisar mengijinkannya. "Kasim Jang!". "Yang Mulia Ibu Suri… ampuni hamba Baginda! Hamba tak pantas menerima belas kasihmu…". "Bangunlah, katakan apa yang membuatmu berteriak-teriak tadi…". Kasim Jang mengangkat wajahnya, "Baginda… Baginda harus ke istana dingin sekarang juga!".

Empress KwonWhere stories live. Discover now