Chana mulai memotong ranting-ranting yang terlihat gundul dan menanam kembali yang tidak sengaja tercabut. Ia juga mencabut rumput-rumput liar dibawah tanaman bunga melati itu agar tidak mengganggu perkembangan tanamannya.
"Bunga yang cantik...", ucap seseorang tertahan. Chana mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang tadi berucap itu. "Kwon..", lanjut orang itu. "Yang Mulia...". Seseorang yang mengagetkan Chana tadi adalah Tan. Tapi Tan sepertinya salah memanggil Chana dengan Kwon. Chana tersentak. Dalam batinnya ia bertanya apakah ia sudah pergi terlalu lama hingga untuk membedakan dirinya dan Kwon bahkan orang yang ia cintai itu tidak mampu?
"Aku sudah menunggu lama, Kwon. Lakukan tugasmu jika kau sudah selesai..", ucap Tan kemudian meninggalkan Chana yang ia kira Kwon itu. Chana terduduk lemas. Bagaimana bisa lelaki yang amat ia cintai tidak bisa mengenalinya bahkan ketika mereka sudah tidak lagi berjauhan? Dimana cinta itu? Cinta yang dulu memabukkan itu? Dimanakah? Bisa secepat itu menghilang.

Tan kembali ke ruangannya. Didalam Kwon sudah menunggu dengan berbagai makanan tersaji di depannya. Tan terkejut. Ia menyadari yang tadi ia temui adalah Chana bukan Kwon. Kwon tersenyum lalu menarik Tan untuk segera duduk di meja makannya.
"Maaf membuatmu menunggu...", ujar Kwon sambil meletakkan jamur tiram di mangkuk nasi Tan. Tan langsung terlihat gusar. Ia merasa tak enak hati pada Chana karena salah menyebut nama. Meski sudah terpisah lama, kenangan masa lalunya dengan Chana tidak bisa begitu saja terhapus. Walaupun sekarang jika ia ditanya siapa yang lebih ia cintai tentu saja ia menjawab Kwon. Menyakitkan bagi keduanya, Tan dan Chana. Tan tidak ingin dinilai menjadikan Kwon sebagai pelampiasan, namun dirinya jauh dalam hatinya tidak bisa lagi mencintai Chana seperti dulu. Semuanya hanya akan saling melukai tapi mau bagaimana lagi. Perasaan tetaplah perasaan, hanya Tuhan lah yang bisa membalikkannya.

Kwon sengaja mati-matian menjaga perasaan Chana pada Tan. Kwon memang mulai tertarik dengan Tan akibat banyak waktu yang mereka habiskan bersama, hanya saja Kwon tahu diri bahwa dirinya adalah orang baru yang menggantikan posisi Chana di hati Tan. Logika itu ia pegang betul sejak ia menyadari perasaan Tan yang sebenarnya padanya. Karena itulah Kwon selalu tidak menjawab ketika Tan melamarnya apalagi sekarang Chana sudah hadir didekat mereka seakan menjadi cambukan bagi Kwon untuk mengingatkan dirinya agar lebih menjaga jarak dengan Tan tanpa Tan sadari jika dirinya berusaha menjauh. Berulang kali Kwon harus membohongi Chana demi melayani Tan di ruangannya. Bahkan ketika Tan ingin ditemani melihat bintang dari plataran utama istana ia harus mengendap-ngendap agar Chana tidak terbangun. Ia juga harus bangun lebih pagi dan kembali mengendap-ngendap agar Chana tidak terganggu, bahkan waktunya untuk mendampingi Tan berkutat dengan dokumen-dokumen harus ia kurangi untuk menjaga agar Chana tidak curiga. Kwon rela melakukan itu semua agar semua rencananya bisa lancar. Kwon juga berpesan agar Dayang Tal menjaga telinga Chana dari semua rumor yang berhubungan dengan dirinya dan Tan. Berat rasanya, bahkan Kwon seperti tengan menyiksa dirinya sendiri. Tapi baginya adiknya adalah yang terpenting. Ia satu-satunya keluarga yang Kwon miliki. Harganya lebih berharga dari apapun meskipun Kwon tahu Chana akan mengalah jika ia menceritakan semuanya. Lebih baik jika Kwon terus merahasiakan hubungannya dengan Tan.

Kaisar dan jajaran beberapa gubernur lainnya mengadakan pertemuan pagi itu. Pertemuan itu diawali dengan Kasim Jang yang menyampaikan bahwa Provinsi Hainan telah mengirimkan beberapa hadiah pada istana sebagai kehormatan dan rasa syukur rakyat Hainan. Hadiah itu berupa bahan makanan, beras, emas, kain, dan beberapa perhiasan. Sementara hadiah khusus diberikan pada Kaisar yaitu berupa mahkota desain baru untuk Kaisar kenakan sehari-hari. Kaisar sangat senang dengan hadiah-hadiah pemberian itu.

"Hadiah kalian adalah peletup semangatku untuk terus melindungi kalian semua..", ucap Kaisar.

"Kaisar.. Izinkan kami perwakilan dari Serikat Dagang Ming untuk menyampaikan sesuatu...", ucap Zhao Yun seorang perwakilan dari Serikat Dagang Ming.
"Silahkan.."
"Ini sudah hampir memasuki usia pemerintahan Yang Mulia yang ke empat tapi agaknya Yang Mulia masih belum menunjukkan tanda-tanda untuk memilih calon permaisuri. Kami khawatir rumor negatif tentang Yang Mulia semakin menjadi-jadi, untuk itu-".
"Siapa bilang aku masih belum mununjukkan tanda-tanda akan menikah?", balas Kaisar dingin.
"Jadi... Apakah benar Yang Mulia akan menikahi dayang yang selama ini dirumorkan itu Yang Mulia? Apa itu benar?". Sejenak seisi ruangan menjadi riuh karena jawaban Tan.
"Awalnya aku tidak mau membahas perihal ini disini, namun biang-biang gosip disana telah menyebarkan berita bohong yang jahat. Maka disinilah aku akan mempertegas semuanya...". Semuanya makin riuh dan terkejut. Suasana yang mengejutkan itu juga meliputi Kwon yang duduk disebelah kanan Kaisar dan bertindak sebagai pelayan. "Jangan... Jangan Tan, kumohon..", batin Kwon.
"Aku akan menikahi Dayang Kwon secepatnya setelah aku mengatakan ini...". Kwon mengangkat wajahnya kaget. Pernyataan Tan begitu mengejutkan. Bukan para gubernur yang ia khawatirkan tapi Chana. Bagamana jika ada salah seorang dayang yang menyampaikan ini padanya. Tidak, bagaimana jika sebenarnya ia sedang bersembunyi di ruangan itu dan mendengar ucapan Kaisar yang barusan. Lebih gila lagi, mungkin saja Chana bertanya pada Kasim Jang setelah ini atau menepatkan salah seorang kepercayaannya dalam ruangan ini untuk spionase apa rencana Kaisar kedepannya. Pikiran negatif mulai menghantui Kwon.
"Seorang dayang?! Bagaimana bisa Yang Mulia.. Anda... Anda..".
"Benar, aku akan menikahi seorang dayang, lalu kenapa?"
"Yang Mulia, mohon anda pikirkan lagi. Jika Yang Mulia menikah dengan seorang dayang, apa kata orang-orang diluar sana. Dan juga, hamba khawatir beberapa gubernur yang memihak pada anda akan menurunkan kepercayaannya pada anda. Coba Yang Mulia pikir apa untungnya menikahi seorang dayang? Ia tidak bisa memperkuat hubungan anda dengan beberapa daerah yang juga mendirikan kerajaan-kerajaan kecil".
"Zhao Yun, kau sudah mulai lancang menggurui sekarang...?", ucap Kaisar begitu dingin.
"Semuanya kita akhiri disini. Kalian bisa keluar...".

Chana kembali merawat tanaman bunga melatinya. Ia lihat tanaman itu sudah sedikit kering maka ia memutuskan untuk mengambil sedikit air di telaga guna menyegarkan tanamannya. Di dekat telaga itu ia menjumpai beberapa dayang yang sedang mencuci kain. Chana tersenyum dan melanjutkan tujuannya.
"Dia pasti Putri Chana. Jika Dayang Kwon ia pasti menyapa kita..", ucap seorang dayang yang berpawakan kurus dan pendek.
Chana mendengar ucapan dayang itu dan bergegas menyapa mereka. Belum sempat ia menyapa sekumpulan dayang itu, dayang yang berawakan sedikit berisi yang ada disamping dayang kurus itu berkata, "Berarti ia benar Putri Chana? Wah kasihan sekali ya. Dulu ia hampir menikah dengan Kaisar tapi digagalkan oleh mendiang Ibu Suri. Sekarang ia digagalkan oleh saudara kembarnya sendiri! Bahkan ketika aku hendak kemari tadi banyak kasim-kasim yang bergunjing. Kabarnya dalam pertemuan Kaisar dengan beberapa gubernur hari ini, Kaisar bilang akan menikahi seseorang dari kalangan dayang, pasti Dayang Kwon. Wah ternyata rumor itu tidak main-main ya!".
"Menikah? Semendadak itu? Apakah dayang itu sudah mengandung keturunan Kaisar sampai-sampai Kaisar terburu-buru untuk meminangnya?"
"Jika dayang itu mengisi posisi Permaisuri dan bukannya Selir, beberapa orang pasti akan membuat keributan". "Ya, benar. Kekacauan akan terjadi. Sudah menjadi tradisi kan jika pernikahan dijadkan sebagai senjata politik untuk memperkuat sebuah negara? Yah seperti pernikahan dinasti. Seperti itu...". "Pejabat-pejabat itu sama saja menumbalkan putri-putri mereka untuk memperkuat pemerintahan!". "Ya, kau benar".
Jleb! Seperti ada sesuatu benda yang keras, berat, dan tajam menghantam hati Chana dan meremukkannya seketika. Tan, orang yang ia cintai akan menikah dengan orang lain dan orang lain itu adalah kakaknya sendiri. Jadi kakaknya sendiri selama ini menyembunyikan kebenaran ini darinya. Dibelakangnya ia merebut Tan dari sisinya. Ia berlagak seperti tidak ada hal apapu yang terjadi. Sungguh menyakitkan mendengarnya apalagi mendengar kebenaran itu dari orang lain. Penderitaan yang Chana rasakan sepertinya belum berakhir. Sayatan yang membentuk luka yang ia terima ternyata belum sampai pada ujungnya. Pisau yang menyayat itu masih akan bergerak melebarkan sebuah luka yang menganga.

Chana berlari kencang. Kali ini tujuannya adalah Tan. Ia ingin mendengar semuanya dari Tan. Tan harus menjelaskannya sendiri padanya. Kalau perlu kakaknya harus ada disana juga agar semuanya bisa ia cerna dan ia bisa kembali berpikir jernih menerima ini semua. Semua jawabannya harus ia dapatkan saat itu juga.

Kwon sendiri bergegas mencari Chana. Ia harus menghalau Chana sejauh mungkin dari Kaisar agar Chana tidak terluka. Ia menuju kediaman mereka, namun tidak ada Chana disana. Hanya ada Dayang Tal yang membersihkan perabotan. Kwon bertanya pada Dayang Tal tentang keberadaan Chana. Dayang Tal menjawab jika Chana pergi merawat tanaman bunga melati yang ada di plataran kediaman mereka. Dayang Tal lalu keluar untuk memastikan, namun Chana memang tidak ada disana. Ia melirik alat penyiram tanaman disisi plataran, namun ternyata tidak ada. Kwon langsung menyimpulkan bahwa Chana mungkin ke telaga istana untuk mengambil air. Sesampainya di telaga Chana tidak ada pula disana, tapi alat penyiram tanaman itu tertinggal disana. Kwon lalu menanyakan Chana pada sekumpulan dayang yang masih ada disana. Salah satu dari dayang itu menjawab jika Chana langsung berlari kencang secara tiba-tiba.
"Kalian pasti mengatakan sesuatu padanya. CEPAT KATAKAN PADAKU APA YANG KALIAN UCAPKAN PADANYA!!!", jerit Kwon karena tidak ingin membuang-buang waktu.

Disanalah Chana berada, berhadapan dengan Tan orang yang dicintainya. Dengan mata berkaca-kaca, Tan sama sekali tidak tergerak untuk menanyakan apa yang terjadi padanya. Baginya Tan sudah berubah menjadi orang lain.
"Chana..."
"Apa itu benar..? Kau.. Akan menikahi seorang dayang? Apakah itu adalah Dayang Kwon.. Kakakku sendiri?"
Tan terdiam sesaat, lalu mengangguk.
"Kenapa?! Dari ribuan wanita kenapa harus kakakku?!", ucap Chana dengan histeris dan berteriak.
"Aku... Mencintainya".
"Cinta? Cinta katamu? Lalu aku bagaimana? Apa artinya kenangan masa lalu kita? Apa artinya semua kata cintamu itu? Apakah sekarang... Sudah tidak ada artinya lagi?", ucap Chana diiringi air mata yang meleleh dipipinya.
"Perasaan manusia itu seperti lautan. Ada waktunya untuk pasang dan ada waktunya untuk surut. Cintaku adalah sebuah perahu dilautan itu. Aku bisa membuatnya untuk semakin menjauhi pantai atau semakin mendekati pantai tapi aku tidak bisa membuat perahu itu memilih akan dimana perahu itu berlabuh..."
Menyakitkan. Pernyataan Tan itu menyakitkan bagi Chana.
"Aku selalu menunggu waktu dimana kita bisa bersama tanpa adanya sebuah penolakan dari siapapun. Dulu Ibu Suri sangat menentang pernikahan kita. Tapi sekarang kenapa ketika penentangan itu tidak ada kau justru tidak bisa menjadi milikku?"
"Jadi kau datang kemari tidak murni untuk membersihkan nama Selir Agung tapi memang untuk melenyapkan ibuku, begitu?"
"Tidak... Bukan begitu..."
"Chana, aku tidak bisa menikahimu karena perasaanku padamu telah pudar, terlebih lagi kau bukan anak kandung dari Selir Agung.. Menikahimu ataupun menikahi Kwon sama-sama tidak membawa keuntungan bagi istana. Tapi Kwon memanglah rumahku. Disana lah aku harus meletakkan hatiku. Hanya dialah yang mampu melindungi hatiku. Aku bahagia bersamanya...". "Cukup! Aku tidak mau mendengar apapun lagi darimu.."

Empress KwonWhere stories live. Discover now