ch 4. special abilities

196 19 3
                                    

Panah. Check. 

Busur.  Check.

Sarung tangan. Check.

Chanyeol sedang mempersiapkan alat alat bertarungnya.  Yup!  Ia akan bertarung melawan papan panahan yang berjarak 10 m darinya.

Pipi sedikit gembilnya tertarik membentuk senyuman bangga akan dirinya.  Tentu saja bangga, karna ini adalah keahliannya. 

Chanyeol melepaskan kacamata bulat yang melekat di wajahnya dan meletakkannya ke dalam tas. Memejamkan matanya sebentar berkonsentrasi.  Detik berikutnya,  matanya yang tajam bak elang mendarat pada sebuah titik merah pada tengah papan panahan. 

Fokusnya terpusat pada satu titik.  Diambilnya panah dan ia pasangkan pada busur di tangannya.  Menarik pelan namun kuat.  Sedetik kemudian panah tersebut melesat dan menacap pada titik merah itu. 

Senyuman yang beberapa menit lalu terkembang,  hilang digantikan raut tegas dari wajahnya.  Menunjukkan ekspresi dingin dan tak tersentuh tergambar jelas disana.  Ia kemudian mengambil satu anak panah lagi dan menembakkan pada sasaran yang sama. 

Kraaakk. 

Anak panah kedua milik chanyeol melesat dan membelah anak panah pertama miliknya.  Hal itu membuat sudut bibir chanyeol tertarik sedikit. 

Usianya masih 12 tahun.  Minggu depan ia akan masuk ke salah satu sekolah menengah pertama di daerahnya.  Namun keakuratan dalam menembak,  sungguh tak menunjukan usianya. 

Kraaakk

Anak panah ketiga miliknya kembali membelag anak panah sebelumnya.  Kali ini senyumnya terkembang sempurna.  Puas dengan dirinya.  Tangannya terkepal menunjukkan rasa senang yang ia tahan. 

Chanyeol kemudian duduk dan meminum air mineral yang ia bawa sebelumnya.  Ia menatap langit dan tersenyum. 

'Ayah,  ibu,  kalian bisa melihatnya?  Aku telah berkembang.  Dan aku akan semakin kuat dan semakin kuat lagi.  Aku berjanji! '

Ucapnya dalam hati.

Srak..  Srakk.. 

Telinga lebar chanyeol yang cukup sensitif mendengar bunyi gesekan antara alas sepatu dengan rumput di sekitarnya.  Ia segera memposisikan busur dan menarik panah,  mengarahkan pada arah suara itu berasal.  Bersikap waspada. 

Dari balik semak semak,  muncullah seorang laki laki berperawakan gagah namun cukup berumur. Beberapa helai rambutnya memutih namun tak menyusutkan aura dominansiannya. 

"Reflek yang bagus chan.  Padahal aku memakai alas kaki peredam suara kali ini" ujar orang itu. 

"PAMAN LEE! " kaget chanyeol.  Ia turunkan alat bertarungnya dan berhambur memeluk paman sekaligus gurunya itu. 

"Aku pikir siapa paman.  Karna memang terlalu mencurigakan!  Sudah kubilang,  datang dengan normal jangan mengendap endap seperti itu" chanyeol memukul perut pamannya. 

"Akh" -itu suara chanyeol yang tangannya di kunci oleh paman lee saat ia memukul perutnya. 

"Aku ingin mengetahui sikap waspadamu" kaki paman lee mundur menghindar dari serangan chanyeol yang tiba-tiba melepas kunciannya. 

Kaki chanyeol ia ayunkan untuk menendang sang paman namun berhasil ditahan dengan menggunakan tangan.  "Tapi bukan seperti itu paman. Kau membuatku takut" chanyeol masih menyerang paman lee dengan gerakan gerakan yang ia tau. 

Dan paman lee masih menghindarin serangan serangan chanyeol disela sela percakapan mereka. "Kau takut chan?" -tanya paman dengan nada meremehkan.

Chanyeol memutar matanya kesal sambil terus berkonsentrasi menyerang pamannya dengan tangan kosong.

Ya,  mereka sedang -latihan- bertarung. 

Paman lee dan chanyeol kenal beberapa tahun lalu saat paman lee berkunjung ke rumah Tn. Park.  Ia adalah orang kepercayaan Tn.  Park dalam team eksekutor.  Ia sempat diberikan kepercayaan untuk menjaga anaknya.  Dan ya,  paman lee menganggap chanyeol benar benar seperti anaknya. 

Saat itu ia melihat chanyeol sedang melempar batu untuk mengambil buah yang ada di atas pohon.  Hal yang biasa dilakukan anak anak.  Namun ada hal aneh dibaliknya yang membuat paman lee terkejut. 

Setiap buah yang jatuh,  hanya chanyeol lempar dengan satu batu.  Benaknya berpikir,  apakah itu sebuah keberuntungan?  Tapi,  keberuntungan hanya datang sekali.  Bukan berkali kali seperti yang ia lihat. 

Di sampingnya ada seorang gadis cilik berambut hitam berpakaian warna kuning tersenyum senang melihat banyaknya buah yang chanyeol dapat. Beberapa saat kemudian seorang laki laki berpakaian formal mendekati mereka dan menarik si gadis untuk pergi. 

Gadis itu melambaikan tangannya dan tersenyum manis. Paman lee melihat ekspresi chanyeol yang terbengong kagum memandang gadis itu dengan telinga yang memerah.  Ah,  ia tau.  Cinta monyet. 

Chanyeol menyukai gadis itu.  Dasar anak kecil.  Pikirnya.

"Chan,  ada baekhyun" ucap paman lee bohong. 

"Hah?  Apa? " bingung chanyeol.  Fokusnya teralihkan.  Dengan cepat paman lee melakukan gerakan penguncian hingga chanyeol terjerembab.  "Akh" erang chanyeol yang tidak siap dengan gerakan paman lee yang tiba tiba. 

"Fokus bocah" ucap paman lee dengan tertawa puas. 

Chanyeol kesal dengan telinga yang memerah. Setelah ia dilepaskan paman lee,  ia membungkuk hormat kepada sang guru. 

"Maaf,  guru.  Saya lengah" ucap chanyeol dengan hormat.  "Puas?!" sedetik kemudian berubah ketus kembali. 

Paman lee terbahak melihat kelakuan chanyeol.  Ya.  Anak ini sungguh menarik.  Park chanyeol. Kau akan menjadi bintang nak. 

"Baiklah,  ambil ini" paman lee melempar sembuah pisau mainan ke arah chanyeol. 

"Pertahananmu lumayan.  Tapi itu tidak cukup.  Sekarang,  kita berlatih mengendalikan pisau. Kau siap?" ucap paman lee mengambil pisau mainan yang lain. 

Chanyeol tersenyum dan bersemangat. Hal baru.  Ia akan mencoba hal baru.  Senangnya.

"SIAP PAMAN"

TBC.

NB :
maaf ya baru puffy lanjutkan huehuehue.  Maaf juga bila kurang panjang /bow/
ciayooo!!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sarang? (chanbaek)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang