ch 2. anak pembunuh

1.7K 136 27
                                    

Park Chan-Yeol

Seorang anak laki laki yang terlahir dari ayah seorang pembunuh dan ibu seorang pelacur. Itulah yang akan dikatakan orang orang saat kau bertanya siapa itu park chanyeol.

Tapi tidak.
Bukan seperti itu.

Orang orang salah mengira karna mereka tidak tau. Ketidaktahuan yang menyebabkan si kecil park diperlakukan bahkan lebih kejam dari binatang.

Miskin?

Heol. Untuk orang tua yang berprofesi sebagai pembunuh, mana mungkin tidak memiliki gunung emas di bank bukan? Kalian bisa bayangkan berapa uang yang kalian dapat saat memisahkan jiwa manusia dari raganya. Memuaskan dahaga keserakahan manusia bertahta tinggi. Cih.

Ya. Tn. Park memang punya segudang emas di bank. Tapi sejak awal kepemilikan itu berdasarkan nama anaknya. Park chanyeol.

Jadi, bisa dibilang, chanyeol itu...

Kaya.

Ngomong ngomong soal Tn. Park, akan kuceritakan sedikit tentang beliau, rahasia kecil yang hanya chanyeol simpan seorang diri.

-sarang?-

Membunuh adalah sebuah kata kerja bunuh yang diberi awalan mem- yang artinya suatu tindakan atau perbuatan menghilangkan nyawa seseorang dengan cara sengaja atau tidak. Dan pelakunya dinamakan pembunuh.

Tn. Park -ayah chanyeol- adalah salah satunya. Ya beliau adalah pembunuh.

Ahh.. Tapi sepertinya itu terlalu kasar untuk pekerjaannya. Oke ganti kata. Tn. Park adalah seorang eksekutor.

Tn. Park sebenarnya bergabung dengan tim kepolisian namun tak berpangkat polisi. Kenapa? Sebab beliau tidak mengikuti prosedur sebagai polisi.

Jadi ceritanya, saat itu Tn. Park adalah seorang pejuang tanah air yang kebetulan memiliki bakat menembak yang sangat akurat. Ia ditemukan oleh kepala polisi distrik perbataan saat hendak mengecek daerah tersebut.

Saat itu, Tn. Park dengan mata tajamnya mengetahui adanya musuh di arah jam 2 dari sang kepala polisi. Di ambilnya pistol dari saku belakang sang kepala polisi. Dan secara tiba tiba ditembakannya sebuah peluru yang tepat menembus kepala musuh.

Kepala polisi terkejut -tentu saja-. Sedikit banyak ia berterima kasih pada Tn. Park dan mengajaknya ke markas kepolisian. Sejak saat itulah mereka bersahabat.

Dilakukan oleh Tn. Park beragam tes untuk menjadi polisi. Ya, dan berhasil. Bahkan saat simulasi menembak ia mendapatkan poin melebihi rekor juru tembak mereka. Bisa dibilang, Tn. Park semacam deadshoot kedua.

Saat pertarung jarak dekatpun Tn. Park dapat dengan mudah menjatuhkan lawannya. Pertarungan dengan alam telah memberinya berjuta pengalaman dalam bertarung. Tentu saja hal ini begitu mudah baginya. Mudah juga kepolisian menjadikannya seorang kapten atau lebih.

Mungkin.

Tapi yang namanya manusia, iri adalah sifat yang datang sesuka hati. Atasan kepala polisi yang bertugas merekrut, tidak suka dengan bakat alami Tn. Park. Ia takut posisinya terancam melihat kemampuan Tn. Park. 

Dicarinya kekurangan Tn. Park. Seringaian puas tak henti hentinya tertampang memuakkan diwajahnya. Kemudian dengan wajah muka duanya, ia berkata ia tak bisa menerima Tn. Park karna beliau tidak memiliki riwayat pendidikan. Bakat alaminya memang menyilaukan, tapi tanpa riwayat pendidikan? Tentu menyalahi aturan perekrutan anggota kepolisian saat ini.

Tn. Park hanya terdiam maklum. Selama ini ia hanya otodidak dalam belajar. Tak pernah duduk si bangku sekolah sekalipun bukan untuk menuntut ilmu. Riwayat pendidikannya benar benar dari alam dan jalan. Tak ada sertifikat tanda lulus sama sekali.

Tapi jangan salah.

Ia memang tak memiliki sertifikat tanda lulusnya, tapi ia dapat membaca dan menulis. Dengan sangat lancar. Sama seperti lulusan berpendidikan diluar sana. Kemampuannya untuk berbicarapun patut diacungi jempol. Saat bernegosiasi dengan orang lain, ia mampu menggunaka keahlian berbicarannya sehingga hampir tak ada satupun negosiasi yang ia tangani gagal.

Well, mungkin bukan takdirnya menjadi polisi. Itulah yang dipikirkan Tn. Park.

Tn. Park berencana untuk melanjutkan perjuanganya tanpa sepengetahuan polisi. Tapi, sahabatnya, si kepala polisi, mencegahnya. Ia menawarkan Tn. Park menjadi pasukan tersembunyi. Tim eksekutor sebutannya.

Tim eksekutor ini tugasnya adalah membunuh orang jahat yang berkeliaran diluar sana. Bukan sembarang orang jahat, tapi orang yang benar benar harus dihukum. Dan mayat terekseskusi tersebut aka segera di bereskan kepolisian tanpa mau membuka kasus di depan media.

Mafia?

Ya.. Mungkin sejenis. Tapi beda. Tim eksekutor ini lebih baik walaupun terbilang sama mengerikannya saat melakukan pembunuhan.

Tn. Park menerima tawaran itu dan 20 tahun sudah profesi tersebut disandangnya. Hanya sebagian anggota kepolisian yang tau ditambah istrinya tercinta. Ny. Park.

Semua cukup baik sampai Tn. Park gagal mengeksekusi seorang mafia bermarga Kang. Tn. Park tewas dengan kepala, badan, dan anggota geraknya berlubang. Dan ditemukan polisi dan dinyatakan sebagai musuh. Karna kepolisian distrik tersebut tidak mengetahui identitas asli -sebagai tim eksekutor- Tn. Park.

Meninggalkan seorang istri dan anak.

Sedih. Of course. Hal itu membuat nafsu makan sang istri hilang. Termenung selama berjam jam. Hingga tak merawat tubuhya sama sekali. Seperti mayat hidup.  Ia depresi.

Sang istri yang sangat sedih akan kepergian suami tercintanya itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya- tertabrak sebuah mobil saat hendak menghampiri anaknya yang berusia 3 tahun.

Dengan mata kepalanya sendiri si anak melihat ibunya tercinta bersimbah darah di tengah jalan. Ia hanya terdiam kaku. Takut dan panik.

Tapi ia sadar akan sesuatu. Sekarang ia yatim piatu. Tak memiliki siapa siapa.

Ya. Anak itu bernama park chanyeol.

Tbc

sarang? (chanbaek)Where stories live. Discover now