Abinaya 4 - Manis

39K 2.3K 51
                                    


Part 4 - Manis

***

Rutinitas sehari-hari Naya setelah menjadi pacarnya Abi adalah menerima setiap ajakan Abi. Dan pagi ini seperti biasa, Abi akan menjemput dan mengantar Naya berangkat serta pulang sekolah. Tidak ada interaksi di antara mereka di dalam mobil.

Selalu seperti itu tiap paginya.

"Kamu kok diam, sih?" Abi sejak tadi memperhatikan Naya. Ada yang aneh dari pacarnya. Seperti ada yang disembunyikan.

"Perasaan kamu aja kali. Aku kan emang pendiam, kalem, manis lagi!" ujar Naya percaya diri. Abi hanya tertawa mendengar ucapan pacarnya itu.

"Ada-ada aja. Kalau itu aku tau, tapi ini kamu nggak kayak biasanya loh, Ay!"

"Sok tau!" cibir Naya sambil menjulirkan lidahnya.

"Dasar hidung datar," ujar Abi balas dendam. Ia senang sekali mengganggu pacarnya.

"Dasar cowok manja!"

"Enak aja, aku kan manjanya sama kamu aja."

"Bodo!"

"Kamu mau aku manja sama yang lain? Aku sih bisa aja," ancam Abi. Naya langsung menoleh ke arah Abi dengan wajah yang sangat sangar. Coba aja kalau Abi tidak menggoda Naya, mungkin sekarang Abi sudah tertawa melihat wajah Naya.

Bilang saja kalau Naya cemburu.

"Sana aja. Aku juga bisa cari cowok yang lain kok," kata Naya. Kini giliran Naya yang akan balas dendam kepada Abi.

Entahlah, perjalanan mereka menuju sekolah selalu diawali dengan pertengkaran seperti ini. Mereka itu pasangan yang aneh. Belum bisa dibilang akur.

"Sebelum kamu cari cowok lain, kamu udah tergila-gila sama aku." Abi terlalu percaya diri memarkan keahliannya dalam menggoda Naya.

"Sok kegantengan," cibir Naya lagi. Sementara Abi tidak menjawab cibiran Naya. Ia hanya tersenyum sambil membelai lembut pucuk kepala Naya.

"Ih, Abi! Nanti jadi berantakan," gerutu Naya dengan tingkah Abi. Abi senang sekali mengganggu Naya. Senang membuat Naya mengeluarkan segala cibirannya. Abi juga senang kalau Naya sebal kepadanya. Karena semua itu dilakukan agar Naya tetap terikat padanya.

Walaupun begitu, Abi terkadang bermanjaan pada Naya. Entahlah, Abi senang segala ekspresi dari raut muka Naya.

Sekarang mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Sebelum mereka turun, tiba-tiba Rini -sahabat Naya- mengetuk kaca jendela di samping Naya. Naya langsung menurunkan kacanya.

"Ada apa?" tanya Naya.

"Turun bentar, gih," ujar Rini. Naya langsung melirik Abi. Abi segera memegang tangan Naya.

"Biar aku bukain pintunya dulu," ujar Abi. Kemudian ia keluar dari mobil dan membuka pintu untuk Naya.

"Bi, aku pinjam Naya bentar, ya!" belum sempat Abi menjawab, tiba-tiba Naya sudah ditarik dan dibawa pergi terlebih dahulu oleh Rini.

Abi merasa kesal dengan sikap Rini. Selalu saja mengambil jatah berduaannya dengan Naya.

Padahal menurut Rini itu sebaliknya. Abi-lah yang membuat Naya terlihat jauh darinya.

Abi langsung mengambil ponselnya dan segera mengirimkan pesan kepada Naya.

Abintara : Ay, bilangin tuh sama Rini jangan narik kamu kayak gitu

Abintara : Aku kan masih kangen, masa kamu dibawa pergi gitu

Sementara Naya hanya tersenyum melihat isi pesan dari Abi. Memang Naya sudah terbiasa dengan sikap Abi yang berlebihan seperti itu.

Nayashabika : Biarin aja ah, lagian kan dia baru kali ini kayak gitu, Bi.

Abintara : Iya emang baru sekali, tapi kalau keterusan nanti kebiasaan

Nayashabika : Gitu aja dipermasalahin

Buat Abi hal seperti itu adalah masalah besar. Tidak boleh ada yang bisa mengambil Naya dari sisinya. Sekalipun sahabatnya. Abi tidak suka.

Abintara : Istirahat aku jemput. Jangan pergi duluan

Naya tidak membalas pesan dari Abi, semakin ia membalasnya sudah dipastikan mereka akan berantem. Tapi menurut Abi, Naya harus membalasnya.

Abintara : Ay

Abintara : Ayaaaaaaang

Abintara : Hidung pesekkkkk

Abintara : Gembulll, boooo

Abintara : Ayaaaaaaangnya aku

Abi akan terus mengirim spam kepada Naya sampai Naya membalasnya. Abi menunggu balasan dari Naya. Tapi tidak ada hasilnya.

Abintara : Dibaca kek pesannya Ay

Abintara : Aku ke kelas kamu sekarang kalau gitu. Balas gak?

Akhirnya mau nggak mau Naya harus membalas pesan dari Abi, daripada ia harus melihat wajah Abi sepagi ini. Kenapa sih Abi selalu memepermasalahkan hal kecil seperti ini menjadi rumit.

Nayashabika : Apa sih, Bi?

Abintara : Panggil sayang dulu

Nayashabika : Ini masih pagi, Bi

Abintara : Nggak ngaruh. Panggil sayang dulu

Nayashabika : Apa sayang?

Abintara : Kangen

Nayashabika : Dasar, ketemu pas istirahat aja

Abintara : Yay! Oke, aku nanti ke kelas kamu.

Setelah itu, Naya langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas. Dia tidak akan meladeni pesan dari Abi lagi.

"Ada apa?" tanya Naya pada Rini yang sejak tadi masih saja diam setelah aksi culiknya tadi.

"Mau cerita," rengek Rini. Ia bahkan menampilkan wajah sedihnya pada Naya. Di sekolah ini, Naya-lah sahabat Rini. Hanya kepada Naya ia berbagi semuanya.

Tapi, Rini merasa Naya mulai menjauh darinya karena berhubungan dengan Abi. Rini berusaha memaklumi semuanya. Karena ia tahu siapa Abi.

Tapi entah kenapa kali ini, Rini tidak bisa membendungnya sendiri. Ia mmebutuhkan Naya untuk mendengarkan segala ceritanya.

"Ada apa?"

"Aku nginap di rumahmu, ya?"

Naya melongo mendengar permintaan Rini.

TBC

Yassss! Part 4 sudah publish, ehehehe...

Ini yg mau lihat castnya ABINAYA..

Terima kasih buat kalian yg masih stay sama cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih buat kalian yg masih stay sama cerita ini. Apalagi cerita Arsensha jugaaaak hehehe, 😘😘😘

🍋 ABINAYA (END) 🍋 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang