"Selamat Dokter! Anak anda seorang jagoan yang sangat tampan dan sehat" dokter Vira memberitahu dengan senang. Setelah memotong tali pusarnya, ia kemudian memberikan bayi ditangannya kepada seorang suster untuk dibersihkan.

Ali tersenyum. "Kamu dengar sayang, anak kita sangat tampan, seorang jagoan" suara Ali bergetar, tidak kuasa membendung rasa bahagia yang memenuhi rongga dadanya. Ia kemudian menatap Prilly dengan mata berkaca-kaca, bahagia. Senyumnya merekah, ia menyeka keringat di dahi Prilly. Istrinya tersenyum, walau terlihat begitu lemas sehabis melahirkan namun raut wajah yang sangat bahagia begitu terlihat jelas dari senyum Prilly, matanya berkaca-kaca.

"Terima kasih, sayang, terima kasih" Ali kemudian mengecupi istrinya yang tengah menangis penuh haru.

*****

Waktu berlalu Prilly sudah di bersihkan dari darah persalinannya, saat ini ia terbaring di atas ranjang dengan Ali yang duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dengan penuh cinta dan selalu di hadiahi dengan kecupan. Mereka begitu tidak sabar menungggu bayinya datang. Beberapa waktu yang lalu keluarga Ali sudah di hubungi, dan respon mereka sangat antusias, mereka berjanji akan segera datang.

"Menurut kamu jagoan kita mirip siapa?" Tanya Ali lembut, senyum di bibirnya tidak pernah hilang, ia menatap Prilly penuh kasih sayang.

Prilly tersenyum. "Mirip aku aja, kakaknya jangan" kata Prilly.

Dahi Ali menyeringit, ia terkekeh. "Kok gitu?" Kemudian di kecupnya lengan Prilly. "Kan bikinnya berdua"

Prilly tertawa, pipinya merona. "Iya nanti anak kita nakal kaya kakak" Prilly terkekeh.

Ali menggeleng, ia tersenyum gemas. "Nakal?"

Prilly mengangguk. "Iya nakal" ia menatap Ali dengan senyum lebar. "Nakal...bikin kangen terus. Nanti kalau anak kita mirip kakak yang aku kangenin jadi dua dong nanti.. aduh..." ucapan Prilly terhenti saat Ali mencubit gemas hidungnya.

"Oh... jadi sekarang udah bisa gombal. Belajar dari mana?" Ali tertawa pelan dan begitu gemas melihat istrinya.

Prilly tertawa. "Kan suami aku kang gombal" ia mengedipkan sebelah matanya pada Ali membuat Ali semakin gemas luar biasa. "Sekali-kali istrinya dong"

Dan tawa Ali pecah seketika. Ia menggeleng kemudian mengusap puncak kepala Prilly. "I love you istriku" bisiknya pelan, hampir tidak terdengar, begitu romantis tepat di telinga Prilly.

Prilly tersenyum, ia menoleh menatap Ali. "I love you too suamiku"

Keduanya tersenyum, dan mereka menoleh saat suara decitan pintu terdengar.

"Permisi dokter" seorang suster dengan sopan menyapa, di gendongannya terdapat bayi mungil yang begitu menggemaskan.

Mata Ali dan Prilly berbinar, dengan tidak sabar Ali langsung berjalan menghampiri suster yang belum sempat masuk ke dalam ruangan untuk memberikan bayinya.

"Jagoan..." dengan penuh rasa haru Ali menatap anaknya yang tengah terlelap dengan begitu nyenyak, kemudian dibawanya kedalam gendongannya begitu hati-hati, ia menoleh menatap Prilly yang tengah tersenyum lembut kearahnya. Lalu Ali berjalan segera menghampiri Prilly, senyumnya tidak pernah luntur sama sekali.

"Sayang..." Ali berdiri di samping Prilly kemudian ia duduk di sampingnya.

Mata Prilly berkaca-kaca, terharu, merasa sangat bahagia.

"Aku adzanin dulu, ya" Ali mengelus dahi Prilly lembut. Prilly mengangguk.

Detik berikutnya mata Ali terpejam. Dengan lembut dan sangat khusyu ia mengadzankan anaknya, syair adzan yang berkumandang membuat hati Prilly berdesir, penuh buncahan yang membahagiakan, melihat buah cintanya di dalam gendongan Ali beserta syair adzan yang begitu merdu berkumandang membuat tubuhnya meremang, merasa takjub dan sangat terharu. Tidak terasa butiran bening itu mengalir membasahi pipinya, senyumnya mengembang tidak tertahankan.

CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang