Chapter 24

178K 5.9K 131
                                    

Pada malam hari, saat Ali tertidur dengan lelap sambil memeluk tubuh Prilly erat-erat, memberikan kehangatan sekaligus perlindungan. Prilly yang awalnya tidur dengan pulas tiba-tiba saja membuka matanya, matanya mengerjap lalu dia mendongak, menemukan Ali yang masih tidur dengan nyenyaknya. Ia melirik jam di dinding yang sudah menunjukan pukul 1 malam, ia mendesah terbangun saat tengah malam seperti ini karena tenggorokannya yang terasa kering.

Dengan gerakan pelan dan hati-hati Prilly mencoba keluar dari pelukannya Ali, tidak berniat membangunkan Ali yang masih tertidur. Namun sedikit gerakan saja ternyata dapat membangunkan Ali dari tidurnya, mata Ali mengerjap dan menemukan Prilly yang berusaha keluar dari pelukannya, keningnya menyeringit.

"Sayang, ada apa?" suara Ali pelan dan serak masih setengah mengantuk, dan kemudian Prilly mendongak dengan raut wajah menyesal membuat keningnya semakin menyeringit.

"Aku membangunkan Kakak, ya? Maaf" bibir Prilly mengerucut, manik matanya gelisah sekaligus merasa bersalah.

Ali tersenyum lembut, "Ada apa? Kamu perlu sesuatu?" tanya Ali lalu di kecupnya kening Prilly dengan lembut.

Hati Prilly menghangat, senyumnya tercetak seketika. "Aku haus" rengeknya manja.

Ali terkekeh kecil, merasa gemas melihat Prilly saat ini, di kecupnya bibir Prilly yang mengerucut dengan menggoda dan cepat. Lalu kemudian ia beranjak mengambilkan segelas air putih yang berada di samping ranjang, di letakkan di atas nakas. Sedangkan Prilly tidak bisa menyembunyikan senyum meronanya karena perlakuan Ali.


"Ini minum" Ali membantu Prilly untuk duduk, dengan lembut dia menyandarkan punggung Prilly pada kepala ranjang, lalu di berikannya segelas air putih pada Prilly yang di sambut oleh Prilly dengan senyuman terima kasih. Setelah isi gelasnya gosong, ia kembali memberikannya pada Ali yang langsung di letakkan kembali di atas nakas oleh Ali.

"Sudah? Ayo tidur lagi" Ali hendak membawa Prilly berbaring kembali namun Prilly menggeleng membuat kening Ali mengkerut.

"Kenapa?" tanya Ali lembut, matanya masih menahan kantuk namun ia tetap tersenyum teduh pada Prilly. Ketika melihat Prilly diam saja sambil memainkan jari-jari kakinya, Ali langsung mengerti, senyumnya semakin mengembang, merasa lucu melihat Prilly karena masih segan mengatakan keinginannya saat ini. Kejadian ini bukan kali ini saja terjadi, bahkan sudah berkali-kali setiap tengah malam dan Ali selalu dengan senang hati mengabulkannya.

"Kakinya pegel, ya? Sini Kakak pijitin" dengan lembut Ali membaringkan tubuh Prilly, setelah itu ia duduk di samping kaki Prilly, penuh perhatian Ali memijit kaki Prilly, sesekali ia menatap Prilly sambil tersenyum lembut lalu kembali fokus untuk memijit kaki Prilly.

Sedangkan Prilly tidak bisa menahan senyum senangnya. Ali adalah suami siaga, walau Prilly tidak pernah mengatakan keinginannya langsung Ali selalu peka dan selalu mengerti. Tidak peduli jam berapapun, kapanpun, di manapun, dalam kondisi apapun, Ali selalu dengan senang hati memanjakannya. Istri mana yang tidak senang saat hamil mempunyai suami seperti Ali, semua wanita hamil pasti sangat bahagia memiliki suami seperti Ali.

"Masih pegel, sayang?" Ali bertanya lembut sambil tersenyum yang di balas gelengan sambil tersenyun dari Prilly, ia kembali duduk dari tidurnya dan menatap Ali dengan lekat.

"Kenapa?" dengan lembut Ali mengelus pipi Prilly, tatapannya teduh dan menghangatkan hati.

"Kakak aku---" Prilly nampak ragu mengungkapkan keinginannya.

"Iya, sayang. Katakanlah" penuh perhatian Ali menyampirkan anak rambut yang menghalangi kening Prilly kesela telinganya.

"Aku---" Prilly menggigit bibir bawahnya, masih ragu. Sedangkan Ali tersenyum namun keningnya menyeringit.

CRY WEDDINGWhere stories live. Discover now