Chapter 10

208K 8.3K 101
                                    

Kini Prilly nampak lebih bisa menerima keadaannya setelah kejadian bunuh diri itu. Disatu sisi ia masih teringat akan ucapan Ali terakhir itu. Ali mencintainya?. Prilly tidak percaya semua itu, bukannya Ali selalu mengatakan padanya kalau mencintai Prilly adalah haram untuk Ali, lalu bagaimana bisa Ali mencintainya dan mengungkapkannya malam itu padanya. Prilly masih bisa merasakan kecupan lembut Ali dipelipisnya, malam itu ia bisa merasakan kalau pelipisnya basah karna air mata Ali.

Kenapa Ali menangis?. Harusnya Ali merasa bahagia karena sudah membuat Prilly benar-benar menderita dengan kebutaannya. Menyakiti hati Prilly tiada hentinya hingga puncaknya kesabaran Prilly habis pada hari itu, rasa cintanya berubah menjadi kebencian yang teramat dalam dan semua ucapan Ali kala itu selalu menggerayang dihatinya, memunuhi lubang kesakitannya yang sulit ditutupi lagi dan terjadilah kejadian yang mengakibatkan dirinya buta.




Prilly merasa kosong saat ini, semuanya sudah berakhir. Ia tidak bisa melanjutkan obsesi gilanya untuk memiliki Ali, ia juga wanita biasa yang ingin hidup bahagia dan tentunya bukan hidup bersama Ali karena Prilly tidak pernah merasa bahagia bersama Ali selama 7 tahun itu. Dulu ia masih bisa menahannya karena selalu meyakini kalau Ali pasti bisa menerimanya pada kemudian hari dan mereka akan menjadi keluarga bahagia nantinya tapi nyatanya tidak. Bahkan sebelum kejadian ia jatuh ditangga itu, ia seakan ditampar dengan keras oleh ucapan Ali kalau ia tidaklah berguna untuk Ali, saat itulah ia sadar. Sadar akan siapa posisinya dihati Ali, ia mundur dan merasa lelah dengan semua ini. 7 tahun ia berjuang dan Ali tetap menganggapnya tidak berguna. Ucapan Ali itu membuatnya seakan sadar dan kembali kedalam jalan kenyataannya, kenyataan kalau ia selamanya tidak akan berguna untuk Ali. Lalu untuk apa semua ini dipertahankan?. Cukup sudah wanita tidak berguna dan penuh obsesi gila ini berjuang, ia ingin hidup selayaknya orang-orang, hidup bahagia tanpa ada kesakitan dan kepedihan yang menancapi hatinya.



Suara pintu terbuka membuat Prilly terperanjat, ia nampak was-was, tidak mau kalau yang datang adalah Ali. Entahlah mendengar suara Ali seakan menjadi petir yang mengelegar dihatinya. Ketakutan, kepedihan, kesakitan, sesak seakan merasuki jiwanya, suara Ali adalah suara yang paling mengerikan untuknya. Walaupun saat ini suara Ali begitu mendayu lembut padanya tetap saja ia takut, takut kalau Ali menyakitinya lagi. Menyakiti dengan ucapannya yang akan menambah luka dan lubang semakin banyak dihatinya.




"Prilly, kamu udah bangun" suara Randy membuat Prilly menghela nafas lega, ia tersenyum lalu wajahnya nampak mengadah mencari-cari Randy, semuanya masih nampak gelap untuk Prilly, sia-sia saja kepalanya mengadah mencari sosok Randy karena pada akhirnya yang ia temukan semuanya pasti gelap dan kosong.




"Randy, kamu dimana?" Prilly bertanya sambil menggerak-gerakkan tangannya mencari-cari Randy.




Randy tersenyum, ia berjalan kearah ranjang Prilly. Duduk disampingnya lalu mengambil tangan Prilly yang bergerak mencarinya.




"Aku disini" kata Randy lembut, ia mengelus puncak kepala Prilly dengan penuh kasih sayang dan iba.




Prilly tersenyum "Aku mencarimu, kamu dari mana saja? Kenapa ninggalin aku?" rajuk Prilly mengerucutkan bibirnya kesal.




Randy terkekeh geli, ia menghela nafas sejenak lalu tersenyum penuh arti.


"Tadi aku habis membicarakan tentang operasi matamu bersama Dokter, mereka bilang kamu bisa kembali melihat. Setelah diteliti ternyata kamu hanya perlu operasi memperbaiki saraf mata kamu yang terganggu. Operasinya akan dilaksanakan besok, pihak rumah sakit sudah mempersiapkan operasi maksimal untuk kamu, aku yakin kamu pasti akan sembuh" ucap Randy bahagia yang membuat senyum Prilly merekah.




CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang