Chapter 34

215K 7.4K 931
                                    

Ali tertidur dengan gelisah, pelipisnya berkeringat, tangannya meraba-raba kesamping, ketika tidak menemukan yang dia cari dahinya menyeringit lalu dengan cepat matanya terbuka.

"Sayang..." mata Ali terbuka dengan lebar, ia bangkit dari tidurnya, turun dari ranjang, kemudian mencari-cari keberadaan istrinya.

"Sayang..." Ali membuka pintu balkon kamarnya. Kosong. Tidak ada Prilly disana. Dia mulai gelisah.

"Sayang kamu dimana?" Ali dengan cepat keluar kamarnya, kakinya melangkah lebar-lebar, kepalanya mengadah kemana-mana. Demi Tuhan! ini sudah tengah malam dan istrinya sedang hamil besar, yang tenaganya sudah mulai lemah. Ali semakin gelisah dibuatnya.

"Sayang... Prilly, Kamu dimana?" suara Ali sedikit kencang, langkahnya semakin cepat.

"Kakak.." suara rintihan itu membuat langkah Ali terhenti, jantungnya berdebar-debar dengan kencang.

"Prilly..." gumamnya dengan nada pelan, cemas, dengan cepat kilat ia berlari menuju asal dimana suara Prilly terdengar.

"Kakak,tolong..." Prilly merintih kesakitan sambil memegangi perutnya dengan keringat yang bercucuran ketika matanya menangkap Ali yang sedang berlari menuju ke arahnya.

"Sayang, kamu... astaga ketubanmu..." Ali panik ketika dirinya sudah berada di dekat Prilly dan matanya langsung menangkap kaki Prilly yang basah oleh cairan bening dan membasahi lantai. Ia kemudian dengan sigap menggendong Prilly, membawanya dengan tergesa-gesa namun sangat hati - hati.

"Sakit..." Prilly meremas pangkal lengan Ali, matanya tertutup menahan sakit.

"Tahan sayang, kita segera kerumah sakit" Ali mengucup dahi Prilly sejenak, memberikan kekuatan kemudian dengan sangat sigap ia bergerak dengan cepat.

****

Ketika sudah sampai dirumah sakit, Ali segera membawa Prilly ke ruang persalinan. Tidak lama kemudian dokter dan para susterpun datang.

"Sakit..." Prilly tidak henti-hentinya merintih menahan sakit. Ali yang sedari tadi setia berada di samping Prilly dia semakin erat menggenggam tangan Prilly. "Bertahanlah, sayang. Demi anak kita" katanya dengan nada lembut sambil mengelus dahi Prilly. Ia menoleh menatap dokter Vira "Vir, cepat!" Katanya tergesa.

Dokter Vira mengangguk, ia mengarahkan para suster untuk bergerak dengan cepat. Semua perlengkapan untuk persalinan segera disiapkan. Diruang itu terasa menegangkan sekali ditemani oleh rintihan kesakitan dari Prilly.

Dokter Vira memeriksa kondisi Prilly, memastikan kalau pasiennya ini sudah siap untuk melahirkan, tidak lama, ia langsung menggunakan sarung tangannya, ia menoleh menatap Ali dan mengangguk.

Seakan mengerti Ali mengangguk, ia menatap Prilly. "Aku percaya kamu kuat, kalau kamu kesakitan kamu boleh cakar aku, cubit aku, atau jambak aku, terserah kamu, asal sakit kamu bisa hilang. Aku ada disini untuk kamu dan anak kita" kemudian dikecupnya dahi Prilly dengan lembut, penuh cinta, menyalurkan kekuatan.

Kemudian dengan terampil dan cekatan dokter Vira beserta para suster membantu proses persalinan Prilly, semua terasa begitu menegangkan karena kondisi Prilly yang tidak stabil.

Ali harap-harap cemas, digenggamnya tangan Prilly semakin erat, dikecupnya berkali-kali. Bibirnya tidak henti-hentinya berdoa, memohon keselamatan untuk istri beserta anaknya. Melihat perjuangan Prilly melahirkan buah cintanya, Ali tak kuasa, perasaannya campur aduk saat ini, tidak terasa matanya berkaca-kaca, dadanya membuncah.

Hingga pada akhirnya suara tangisan bayi memenuhi ruang persalinan. Suaranya begitu menggema, menyejukkan hati, begitu membahagiakan. Dan saat itulah Ali mendongak menatap bayinya yang masih berlumuran darah di dalam gendongan dokter Vira, seketika buliran bening haru jatuh membasahi pipinya.

CRY WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang