Chapter 11 : Secret

Start from the beginning
                                    

Shitty old man!

Jeonghan hanya bisa membatin kasar ketika mereka masih terdiam. Semata karena ia menunggu jawaban ayahnya itu. Dan mereka menciptakan suasana yang bisa dibilang sangat tak nyaman.

"Jeonghan, sebaiknya-"

"Aku tak akan pulang sebelum kita berbicara."

Wajah Jeonghan yang akhirnya terangkat menunjukkan perasaannya. Ia sadar sejak tadi air matanya terus mengalir. Dan ia ingin ayahnya tau bagaimana perasaannya saat ini.

"Appa tidak merindukanku ya?"

Nada suaranya yang melembut dalam pertanyaannya menunjukkan keputus asaan yang nyata. Jeonghan tak sesenggukkan, tapi matanya panas karena air matanya yang tak berhenti mengalir walaupun ia diam.

"Appa... appa merindukkanmu Jeonghan. Setiap saat."

"Lalu... kenapa Appa meninggalkanku sendirian setelah Eomma meninggal?"

***

Seungcheol sudah menguap untuk kesekian kalinya. Ia bahkan tak tahu berapa lama lagi ia dapat bertahan. Matanya benar-benar sudah tak bisa dibuka. Mungkin ia sudah jatuh tersungkur karena mengantuk jika saja ia tak mendengar suara pintu yang terbuka.

"Sudah selesai?"

Jeonghan hanya terdiam ketika ia keluar dari rumah itu. Lagi-lagi ia tak mendengar suara Seungcheol. Membuat Seungcheol menatapnya bingung. Mungkin ia syok, begitu batinnya. Dengan cekatan ia memegang tangan Jeonghan dan menariknya dalam pelukan. Berusaha menenangkannya.

Entah apa yang dipikirkan Jeonghan saat itu. Sehingga Seungcheol tak pernah bisa menebaknya. Hanya kecupan di puncak kepala Jeonghan yang ia rasa akan menyalurkan rasa simpatinya. Hingga ia sadar, lelaki di pelukannya itu nafasnya mulai teratur. Mungkin tertidur.

"Kurasa ia lelah. Dia memaksakan dirinya kemari."

Seungcheol menoleh ketika ia menyadari suara berat yang tak lain milik ayah Jeonghan. Ia sedikit canggung dengan keadaannya saat ini.

"Ketika ia tidur, ia sangat manis kan?"

Sesuatu yang Seungcheol tak mungkin tak setuju. Ia mengangguk. Membenarkan perkataan ayah Jeonghan. Sebelum ia sadar dan melihat bekas air mata yang mengering di pipinya.

"Mengapa ia menangis?"

"Saya tak bisa jelaskan. Biar dia yang berbicara sendiri. Sudah saatnya untuk dia mempercayai orang lain."

Seungcheol hanya bingung saja. Ia tak mengerti maksud perkataan ayah Jeonghan. Tapi ia memang ingin tau apa yang terjadi. Walaupun ia harus menunggu entah berapa lama hingga Jeonghan mau membuka mulutnya untuk bercerita.

"Saya tau siapa anda. Dan reputasi anda. Anda pun pasti tau siapa saya. Atau setidaknya, untuk siapa saya bekerja. Tapi saya berterima kasih pada anda. Tolong jaga Jeonghan. Sepertinya ia memercayai anda, Tuan Muda."

Perkataan yang tiba-tiba di lontarkan oleh ayah Jeonghan seperti sesuatu yang aneh bagi Seungcheol. Tentu ia tau untuk siapa ayah Jeonghan bekerja. Itu sebabnya sejak tadi ia berhati-hati. Tapi untuk seseorang seperti itu berterima kasih padanya, itu hal yang tak wajar baginya.

"Kenapa anda berterima kasih? Apakah anda tak bisa menjaga Jeonghan lagi?"

"Tugas saya sudah selesai. Dan itu sebabnya saya mohon kepada Tuan Muda untuk menjaganya."

Mendengar kata-kata itu, Seungcheol terdiam. Ia segera membalikkan badan dan menggendong Jeonghan di punggungnya. Dibantu ayah Jeonghan. Ia jelas mengerti apa maksud orang itu. Itulah yang menyebabkannya mengangguk dengan mantap dan berjalan menjauh. Menyisakan hanya suara pintu yang tertutup sedikit keras.

Roulette 「COMPLETE」Where stories live. Discover now