53

1K 22 0
                                    

Chu-goanswe terkejut. Dia menoleh dan melihat datangnya anak panah itu, mengelak namun kalah cepat. Dan ketika panah menancap di pundaknya dan jenderal itu mengerang maka Cong-ciangkun tiba-tiba berteriak agar menujukan serangan panah ke arah laki-laki ini, yang ternyata jenderal Chu.

"Bunuh dan serang dia. Itu ternyata Chu-goanswe!"

Wi Hong terkejut. Pasukan kerajaan tiba-tiba melepaskan panahnya ke arah jenderal ini. Chu-goanswe menggerakkan gendewanya namun sebatang panah kembali menancap, maklumlah, hujan panah memang demikian banyaknya. Dan karena laki-laki itu orang yang amat penting dan Wi Hong mendapatkan pikiran baik untuk masa depan anaknya kelak maka nyonya inipun berkelebat dan terbang menghalau hujan panah itu, pedangnya diputar secepat kitiran melindungi jenderal Chu.

"Heii, selamatkan Chu-goanswe. Kita harus pergi, dari sini, Liong-ji. Cukup dan bawa teman kita keluar!"

Giam Liong terkejut. Chu-goanswe atau Chu Kiang itu roboh terguling. Dia tadi menolong temannya tapi diri sendiri ternyata menjadi korban. Dan karena ibunya bergerak melindungi jenderai itu sementara hujan panah semakin gencar, tak mungkin ibunya bekerja sendirian maka Giam Liong mengeluarkan bentakan mengguntur yang membuat orang-orang disitu jatuh terpelanting.

"Minggir, kalian enyahlah..!" dan Giam Liong yang bergerak mengayun tangannya ke kiri kanan tiba-tiba disusul jerit atau pekik ngeri dari pelepas-pelepas panah, yang terjengkang dan tewas seketika karena hujan golok kecil menancap di tenggorokan mereka.
Giam Liong menyapu tigapuluh pemanah dimana mereka itu tentu saja menerima kematian, teman-temannya yang lain pucat. Lalu ketika mereka terkejut dan mundur menjauh, Giam Liong telah mengibaskan lengannya kesana-sini maka pemuda itu telah menyambar Chu-goanswe sementara ibunya disuruh membawa si pendek gempal, Papan Besi yang pingsan itu.

Balik, lawan memberi jalan dan sekali dua melepas serangan tak berarti maka rombongan ini keluar dan meninggalkan tempat berdarah itu.

Giam Liong telah dikenal sebagai Naga Pembunuh dan pemuda yang berdiri di balik pejuang-pejuang itu sungguh hebat sekali. Wajah dan rambutnya yang kemerahan sungguh terasa lebih menyeramkan daripada mendiang ayahnya dulu. Pemuda itu seperti iblis haus darah yang ingin mencari korban. Dan karena Golok Maut juga ada di tangan pemuda itu dan tak satupun senjata yang sanggup menandingi akhirnya Giam Liong bersama pengikut-pengikut Chu-goanswe lolos dari istana.

Mereka terus melarikan diri ke selatan dan Giam Liong membawa teman-temannya ke hutan. Mereka mandi keringat namun pengalaman itu sungguh menggembirakan.

Orang-orang ini bersorak-sorai meluapkan kegembiraannya. Tapi ketika mereka memasuki hutan dan disitu Giam Liong berhenti, ibunya mengangkat tangan tinggi-tinggi ke atas maka kelelahan atau rasa capai yang sangat tiba-tiba mengusik teman-teman Chu-goanswe ini.

"Berhenti, kita beristirahat disini!"

Aneh, orang-orang Itu mengeluh. Mereka gemetar dan menjatuhkan diri di rumput. Teman atau kawan yang tewas dan luka diletakkan disitu, hampir bersamaan dengan tubuh mereka sendiri yang roboh lunglai. Dan ketika Wi Hong meletakkan pula tubuh si Papan Besi sementara puteranya meletakkan Chu-goanswe maka ibu dan anak bekerja cekatan.

"Aku tidak membawa obat-obatan untuk sedemikian banyak orang. Kalian saling menolong saja dan yang ringan supaya menguatkan hati sedikit dan menolong yang lain!"

Orang-orang itu mengangguk. Mereka bangkit lagi karena Giam Liong maupun ibunya tidak beristirahat. Mereka malu hati dan tentu saja harus bergerak lagi. Dan ketika semua menolong dan merawat teman-teman sendiri, Giam Liong telah mencabut tiga batang panah yang menancap di tubuh jenderal itu maka disana ibunya juga mencabut beberapa batang anak panah yang menancap di tubuh si pendek gempal.

Naga Pembunuh - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang