40

1K 19 0
                                    

HAN HAN terkejut. Belum dia menjawab atau apa mendadak saja ketua Hek-i Kai-pang itu menyerangnya. Tongkat bergerak dan langsung menusuk ulu hati, suaranya tak terdengar tapi ketika dekat mendadak menderu.

Itulah bukti tenaga sinkang yang hebat yang dimiliki ketua Hek-i Kai-pang ini. Namun karena Han Han melihat gerakan itu masih lambat, tentu saja dengan mudah dia berkelit maka sang ketua membentak dan menerjang lagi. Gerakan Han Han ketika mengelit tadi seakan begitu mudah dan mengentengkan serangannya.

"Haittt.... des-dess!"

Han Han meloncat dan tongkatnya akhirnya menghajar tanah. Hebat dan kuat tenaga Hek-i Kai-pangcu itu karena tiba-tiba tanah berlubang, batu hancur dan kerikil atau pasir-pasir kecil berhamburan. Namun karena dua kali serangan itu luput dan Hek-i Kai-pangcu marah bukan main, para muridnya melihat dan menonton pertandingan itu maka pengemis ini tiba-tiba berkelebat dan menyerang Han Han dengan ilmu silat Hek-tung-sin-hoat (Silat Sakti Tongkat Hitam), bergerak dan menderu dan tongkatnya itu naik turun mengejar Han Han.

Kemana pun pemuda itu pergi selalu tongkat membayangi dan siap menyentuh. Han Han mengerutkan kening dan berseru agar ketua Hek-i Kai-pang itu sabar dulu, tak digubris dan si pengemis malah membentak dan mempercepat gerakannya. Ketua Hek-i Kai-pang ini marah karena Han Han dapat mengelak semua serangannya sambil bicara, padahal dia sudah memperhebat serangannya itu. Dan ketika kakek ini kalap dan tongkat dihentak dengan pengendalian tenaga sakti tiba-tiba tongkat terlepas dan terbang menyambar Han Han dengan pengerahan sinkang istimewa.

"Ah!" Han Han berseru keras. "Kau nekat dan keras kepala, pangcu. Baiklah, aku terpaksa menangkap tongkatmu dan maaf!" lalu ketika Han Han mengeluarkan Hui-thian-sin-tiauwnya, Rajawali Terbang Ke Langit tiba-tiba tubuh pemuda itu lenyap ke atas.
Tongkat kehilangan sasaran dan Hek-i Kai-pangcu terkejut, tentu saja tertegun dan berhenti. Tapi begitu tongkat berhenti dan tidak bergerak di udara, sang pengemis terbelalak karena tak menemukan lawannya itu tahu-tahu Han Han muncul lagi dan menyambar dari atas ke bawah.

"Krekk!" Tongkat tiba-tiba terpotong dua.

Han Han telah menangkap dan menjepit senjata ketua Hek-i Kai-pang itu dengan dua jarinya, patah dan tentu saja lawannya berteriak kaget. Dan ketika Han Han membuang patahan tongkat itu dan sudah turun lagi ke tanah maka pemuda itu menjura dan menyatakan penyesalannya. Gebrakan diakhiri begitu singkat!

"Maaf, sudah kukatakan tadi, pangcu. Aku tak ingin bertanding dan dengarkan kata-kataku dulu. Aku bukan membela temanku, melainkan membela siapa yang benar dan melawan siapa yang salah. Katanya anak buahmu memulai keributan ini dulu, Hwa-cici diganggunya di rumah makan. Dan tentang kekasih..."

"Bedebah jahanam!" pengemis itu tiba-tiba membentak, tak menunggu Han Han menyelesaikan kata-katanya. "Kau sudah berani mematahkan tongkatku, anak muda. Dan ini tantangan mati hidup untukku. Mampuslah.... wut!" dan sebatang tongkat lain yang sudah menyambar dan dicabut kakek ini tiba-tiba menderu dan menghantam pemuda itu dengan hebat.

Hek-i Kai-pangcu malu dan gusar bukan main melihat tongkatnya dipatahkan Han Han, padahal disitu banyak anak-anak murid yang menonton. Maka begitu dia mencabut tongkat cadangan dan dengan senjata ini dia menerjang pemuda itu, menusuk dan membabat maka Han Han tak dapat meneruskan kata-katanya lagi karena kakek itu sudah menyerangnya kalap.

Dia sebenarnya melihat bahwa kakek ini cukup lihai, sayang terlalu angkuh dan tinggi hati, mungkin karena kedudukannya sebagai ketua itu. Dan ketika Han Han harus mengelak dan menghindari lagi serangan tongkat terbang, karena Hek-i Kai-pangcu penasaran melanjutkan serangannya tadi maka apa boleh buat Han Han pun mengeluarkan Hui-thian-sin-tiauwnya lagi. Hanya dengan ini dia dapat menundukkan kakek itu, karena begitu dia bergerak tiba-tiba saja dia lenyap dan hilang dari pandangan mata. Dan ketika si pengemis terkejut karena lagi-lagi dia kehilangan sasaran, Han Han tahu-tahu muncul lagi dan menyambar tongkatnya maka untuk kedua kali tongkat itu dikeletak patah.

Naga Pembunuh - BataraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang