06. Masih Ingat?

1.8K 175 27
                                    

"Dan, please, gece!" Fabian terlihat frustrasi karena melihat adiknya yang masih berleha-leha di atas sofa. Lihat! Bahkan dengan nyamannya dia memejamkan mata. "Ayah! Semalam Aldan-mmph!"

Aldan yang semula masih merebahkan diri di atas sofa, langsung bangun dan membekap mulut Fabian. Kepalanya pusing karena pergerakan yang tiba-tiba. Sial! Semalam Aldan memang pulang dini hari karena sempat tertidur dan begitu terbangun, sudah tiba di depan pagar rumahnya. Terima kasihlah kepada Ghana yang setia mengantar, bahkan menungguinya sampai terbangun.

Semula, Aldan berpikir jika dia sudah aman dari Gio, secara kedua orang tuanya itu pasti sudah tertidur lelap. Begitu masuk ke rumah, tiba-tiba saja Fabian nongol dari arah dapur dan melihatnya dengan penampilan yang acak-acakan: salah satu lengan bajunya dibiarkan menutupi sampai pergelangan tangan sedangkan yang lainnya tergulung sampai siku, ditambah dengan rambut super acak-acakan ala orang bangun tidur. Fabian yang sudah mengetahui busuknya kelakuan Aldan, langsung mengira kalau Aldan kembali lagi ke klub dan tidur dengan perempuan-perempuannya.

Aldan membantah tuduhan Fabian yang bilang kalau dia tidur dengan perempuan. Jelas, karena dia tidur dengan lelaki. Tentu, dia tak sebodoh itu berkata jujur kepada kakaknya. Beruntung, kakaknya itu bersedia tutup mulut. "Mau gue sumpel pakai sempak, lo!"

Fabian melepaskan telapak tangan Aldan dari mulutnya. "Gue ada kelas pagi. Dan lo malah asik rebahan, sialan!"

"Bacot!" Aldan memakai tas, mengambil sepatu dan menentengnya. "Gue pake sepatu di mobil aja." lalu berjalan menghampiri mobil Fabian dan masuk terlebih dulu.

"Heh, adik kurang ajar!" Fabian menyusulnya, lalu duduk di belakang kemudi. Begitu menoleh, dia mendapati Aldan tertidur dengan jaket yang menutupi sebagian wajah dan badannya

Karena iseng, Fabian mengambil ponsel, lalu membuka aplikasi kamera. Begitu tangannya menyentuh wajah Aldan-membenarkan posisi wajahnya supaya Fabian tidak repot-repot bangun dari duduknya-sang empu wajah langsung menahan tangan kakaknya itu. "Jangan ganggu macan kalau lagi tidur," katanya dengan mata terpejam, lalu menepis tangan kakaknya itu dengan kasar.

Fabian meringis, "Tenaga lo boleh juga." gagal sudah memfoto sang adik tercinta yang sedang tidur di dalam mobilnya. Fabian menaruh ponsel di dashboard dan menjalankan mobil.

"Masih untung gue nggak berubah jadi singa. Kalau sampai berubah, habis lo!"

¶_¶


Dengan alasan tidak enak badan, Aldan menitip absen pada Darren untuk tidak mengikuti jam pelajaran pertama. Setelah lelaki berbandana itu setuju, Aldan langsung menuju UKS. Beruntunglah ternyata UKS sedang sepi. Berjalan menuju bangsal, Aldan merebahkan tubuhnya di atas sana. Dia melepas kacamata, lalu meletakkannya di atas nakas.

Aldan memiringkan tubuh menghadap tembok, matanya terpejam, lalu jatuh ke alam mimpi.

Mungkin sekitar empat puluh menit, atau mungkin enam puluh menit (?) Aldan tertidur, lalu terbangun karena mendengar suara orang bernyanyi. Alisnya menyernyit, masih dalam keadaan terpejam. Aldan mengingat, apakah UKS sudah berubah menjadi kamar mandi? Mengingat ada seseorang yang bernyanyi, yang Aldan akui suaranya lumayan bagus.

Begitu berbalik, dia mendapati makhluk berbandana sedang duduk memunggunginya di samping bangsal dengan telinga tertutup earphone. Aldan berniat mengambil kacamatanya di atas nakas, tepat di sebelah Darren terduduk. Oh, bahkan kursinya menyentuh kaki nakas. Begitu tangannya terulur, Darren tersentak kaget. Dia bangkit dari duduknya dan menjauh dari bangsal. Earphone yang semula menutupi telinganya, kini sudah bertengger di leher.

"Alamak! Gue kira lo setan!"

Aldan memakai kacamata. "Ngapain lo di sini?" alih-alih menghiraukan Darren, Aldan malah balik bertanya.

Double A [BXB STORIES]Where stories live. Discover now