01. Kembali

2.9K 224 31
                                    

"Happy birth~day
Happy birth~day
Happy birth~day Adril...."

Tepuk tangan meriah menghiasi ruangan bergaya vintage. Di mana dress code yang digunakan laki-laki berwarna biru sedangkan perempuan berwarna merah muda.

"Adril, tiup lilinnya!"

"Jangan lupa wishnya!"

"Kuenya jangan lupa, Dril!

Sang empunya pesta, Adrilina Zaneta, tertawa mendengar teman-temannya yang begitu antusias. Dia menuntaskan dengan cepat acara tiup lilinnya, tidak lupa disertai dengan wish. Tepuk tangan meriah kembali meramaikan suasana di ruangan berukuran 10 × 25 meter, kala Adril meniupkan lilin dengan angka 17 di atasnya.

Sekarang, mereka berinisiatif bernyanyi untuk mengiringi Adril memotong kue ulang tahun bertingkat tiga, yang dipenuhi krim berbentuk bunga di setiap sisi kuenya. Suapan pertama ditujukan kepada kedua orang tuanya.

"Semoga menjadi anak yang berbakti, ya, Sayang." sang ibu mencium kening putrinya yang sudah remaja, lalu disusul sang ayah.

Adril tersenyum, "Amiin!"

"Suapan kedua buat siapa, Dril?" salah satu teman lelakinya berteriak dari tengah, tempatnya berdiri. "Buat gue aja deh!" perkataannya mendapat sorakan dari para tamu yang hadir.

"Yang pasti buat orang spesial!" kata Adril sembari menatap laki-laki di barisan terdepan dengan kaus putih yang dibalut blazer dark blue untuk memenuhi dress code pesta ini. "Aldan!"

Teman-temannya menyoraki Aldan, yang hanya dibalas dengan dengusan. Dia sama sekali tidak mengerti, kenapa dirinya selalu menjadi yang spesial untuk beberapa teman perempuannya.

Ghana menyenggol bahu Aldan, "Samperin aja," bisiknya.

Aldan berdecak, "Nyusahin sepupu lo." tapi kakinya melangkah, mendekati Adril. Ia tersenyum kaku, "Selamat ulang tahun, ya."

Adril tersenyum, meletakkan potongan kuenya di atas meja, lalu memeluk Aldan. "Makasih, ya!"

Ingin rasanya memutar kedua bola mata kalau saja di hadapannya ini tidak ada kedua orang tua Adril. Aldan tersenyum kepada mereka berdua.

"Suapin dong!" salah satu temannya berteriak. Jika Aldan tebak dari suaranya yang cempreng, itu pasti Nino. Cowok dengan mulut kompor.

Adril melepaskan pelukannya. "Pasti!" diambilnya potongan kue yang sebelumnya diletakkan di atas meja, memberikan suapan kedua kepada Aldan. Tepuk tangan meriah kembali memenuhi ruangan ini.

Nino, lelaki dengan mulut kompor bersiul, "Kapan pacarannya, Bosq?" layaknya api, perkataannya disambar cepat oleh beberapa teman yang lainnya.

"Iya, Dan, kapan ditembak? Cantik gitu, yakin mau dianggurin?"

Aldan tak mengacuhkan perkataan kedua temannya, tersenyum menjadi pilihan terbaik saat ini. "Gue balik ke sana, ya?"

Adril menekuk wajahnya masam, meskipun begitu, gadis yang saat ini merayakan sweet seventeen-nya tetap mengangguk.

"Payah lo!" kata Ghana

"Berisik!" Aldan berjalan melewati Ghana. Rasanya, ingin cepat pulang dan rebahan di kasur kesayangan.

"Dan, mau ke mana lo?" Ghana berjalan mengimbangi Aldan. "Ngambek, Mas Bro?"

"Capek!" Aldan mendaratkan bokongnya di salah satu sofa panjang, diikuti Ghana yang duduk di sebelahnya.

"Gue ambilin minum, ya." tanpa menunggu persetujuan Aldan, Ghana langsung bangkit dari duduknya untuk mengambil minuman.

Sambil menunggu Ghana kembali, Aldan menyandarkan kepalanya pada pinggiran sofa, matanya terpejam. Belum ada lima detik, matanya kembali terbuka karena merasakan getaran panjang di saku celananya. Ia mengambil ponsel, melihat nama Fabian terpampang di ID caller, lalu mengangkatnya.

Double A [BXB STORIES]Where stories live. Discover now