9. Fake Sense of Security

381 27 10
                                    

Bion membiarkan tangannya dipasangi gelang stainless steel yang kaku. Gelang itu dibuat dengan kasar, di salah satu titiknya memiliki mesin penunjuk identitas kecil. Itu berarti ia harus meninggalkan identitasnya sebagai X-7B untuk selamanya. Bukan berarti tidak suka, sih.

Ia sudah membuang visornya di terowongan. Kelihatannya gadis "kembaran"-nya juga melakukan hal yang sama, karena sekarang Morpheus sedang memasangkan gelang stainless steel lain ke tangan si gadis. Segera setelah kerumitan kecil itu selesai, Morpheus menarik tangan kedua saudara itu ke atas kepala. Mesin pemindai di kanan-kiri dinding segera menganalisis gelombang yang dipancarkan gelang-gelang tersebut. Terdengar bunyi biip pelan, kemudian pintu raksasa di ujung lorong membuka perlahan. Sebuah ruangan penuh cahaya segera menyambut mereka.

Wow.

Itu satu-satunya kata yang dapat menggambarkan ruangan di balik pintu tersebut. Ruangan itu besar dan tidak bersudut, dikelilingi proyektor-proyektor tiga dimensi dan pintu-pintu raksasa, atapnya tinggi dan terang. Seolah diimpor langsung dari No Devil Lived On. Tidak seperti kontainmennya yang berbau cairan pembersih lantai, ruangan megah itu berbau peppermint. Bion menghirup napas berulang kali.

"Ayo," desisan pelan Morpheus mengagetkannya. "Kalian menghalangi jalan masuk."

Dengan ragu, Zoe dan Bion melangkah masuk. Mereka terhenyak mendapati lantai ruangan ini juga dilapisi karpet tebal sehingga tidak terdengar suara ketak-ketuk yang tajam ketika mereka berjalan. Morpheus melepaskan jas putihnya di gantungan mantel, memperlihatkan seragam leatherette yang juga dikenakannya. Hermes dan Iris masing-masing menuntun Bion dan Zoe ke dalam, sementara Deimos mengawasi koridor tempat mereka masuk tadi.

Dua di antara sejumlah pintu raksasa di ruangan itu terbuka. Kelompok kecil itu menoleh. Seorang wanita berambut merah pendek terlihat dari balik pintu sebelah kiri, disusul seorang pemuda berambut pirang pucat di sebelahnya. Di pintu yang berseberangan, dua orang pria berjalan keluar sambil mengobrol pelan. Salah satu pria itu teralihkan perhatiannya oleh kehadiran Zoe dan Bion di dalam ruangan.

Keduanya segera tahu siapa pria itu.

"Dokter Athan," panggil kedua remaja itu bersamaan. Athan terpaku. Pria itu beralih menatap si pemuda pirang, dan ekspresinya malah semakin mengeras.

"Twisted Wind lengkap juga, akhirnya," ujar Morpheus tenang. "Tentara kiriman si Adrastos itu payah. Sepayah otaknya."

"Kelihatannya, ada Charon dan Hypnos juga, heh," Iris ambil suara. Ditatapnya si pemuda pirang dan pria di sebelah Athan berganti-ganti. "Oh, well. Selamat datang di markas!"

.

.

Dengan tatapan kaku dari Athan dan senyum sumringah dari si perempuan berambut merah, yang katanya namanya Mnemosyne atau Mnemie, mereka berjalan-jalan mengelilingi markas.

"Ini daftar anggota yang paling terakhir memasuki markas," Mnemie menunjuk sebuah proyeksi layar yang terpasang di dinding. "Terhubung langsung dengan mesin pemindai di sana itu. Tidak ada yang spesial, sih; selain mengidentifikasi kami dengan kode kami."

"Nama-nama dewa-dewi?" Zoe bertanya. Mnemie mengangkat bahu.

"Kau paham juga akhirnya. Kami tidak mau menggunakan kode dari Departemen. Lagipula, kode itu bisa melacak keberadaan kami. Jadi...hanya digunakan saat dibutuhkan saja."

"Kalian punya kode buat kami?" Bion menyela. Matanya menyipit pada kalimat selanjutnya. "Apollo dan Artemis?"

"Tepat!" wanita itu menyeringai ke arahnya. "Oh, itu bukan hanya kode. Itu nama asli yang diberikan orang tua kalian. Zoe dan Bion itu hanya nama seederhana dari dokter-dokter departemen," diliriknya Athan di sampingnya. "Dua-duanya berarti "kehidupan"; Bion seperti dalam imbuhan Bio-. Yah, Artemis dan Apollo jauh lebih bagus...."

Twisted Wind [on hold]Where stories live. Discover now