3. Other Matter That Matters

676 45 6
                                    

Athanasius menatap hampa kalender di depannya.

Sudah 18 tahun.

Pada tahun 2203, ia menerima tugas untuk membesarkan dan mendidik dua anak kembar yang disimpan di dua kontainmen yang berbeda, bersama Rhiannon Braith, teman kerjanya. Kini dua anak tersebut telah berumur 18 tahun. Rasanya belum terlalu lama, pikir Athanasius sambil tertawa pahit. Umurku saja baru 38 tahun.

Bukan tugas biasa, sebenarnya. Dua anak kembar itu memiliki kelainan langka. Rambut dan mata kiri mereka  berubah putih di umur 40 hari akibat suatu kerusakan kromosom di tubuh mereka. Itulah alasan mereka ditahan di dalam kontainmen—untuk berjaga-jaga andaikan ternyata kelainan itu berbahaya. Apalagi yang ditakutkan manusia modern zaman sekarang, selain senjata biologi dan wabah penyakit?

Tidak seperti dokter-dokter lain yang menganggap dua anak itu penting karena kelainan mereka, Athanasius dan Rhiannon justru menyayangi mereka layaknya anak mereka sendiri. Biar saja orang lain mau berkata apa. Toh sampai sekarang Zoe dan Bion tidak protes apa-apa mengenai penyekapan mereka. Setiap hari, baik Athanasius maupun Rhiannon memeriksa setiap buku yang akan dibaca anak asuh mereka, memastikan tidak ada bahan provokatif di dalamnya.

Namun sekarang mereka 18 tahun. Mereka bisa berubah kapan saja.

Athanasius mendesah.

.

.

Athanasius berumur 38 tahun kurang 2 hari, berambut hitam seleher, berwajah persegi, berbibir tipis, bermata cokelat, dan memiliki bekas luka di kelopak mata kanannya. Selebihnya, dia adalah pria umur 30-an biasa. Namanya yang panjang sering disingkat Athan oleh sebagian orang. Ia bertempat tinggal di lantai 7 Departemen Kesehatan, di sebuah kamar minimalis kecil yang berseberangan langsung dengan pantry. Tidak banyak hal mengagumkan terjadi di kehidupannya semenjak pasangan Akakios itu mati.

Athan tidak punya keluarga. Tidak seperti Rhiannon, ia menetap di gedung departemen ini karena tidak ada sanak saudara yang bisa menampungnya. Di usianya yang nyaris kepala empat, ia belum memiliki istri, apalagi anak. Mungkin itu juga lah yang membuatnya mudah bersimpati dengan Zoe dan Bion.

Sementara Zoe dan Bion sendiri.... Sebenarnya, Athan ingin bersikap acuh tak acuh. Tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka mengenai orang tua kandung mereka, tidak menghiraukan keinginan mereka untuk bertemu keluarga asli mereka, tidak mengangguk ketika ditanya apa Athan mengenal orang tua mereka, dan hal-hal seperti itu. Namun sekarang mereka 18 tahun. Titik kedewasaan; titik “aku-bukan-anak-polos-lagi”. Mereka akan bertanya pertanyaan yang lebih mendalam dibandingkan dari mana bayi dihasilkan atau apa yang disebut mimpi basah. Athan harus bertebal-tebal muka. Dia harus kebal.

Jam 10.30, jadwal kunjungan pertama ke kontainmen Bion. Masih sekitar satu setengah jam lagi.

Dengan gusar, dilangkahkannya kakinya meninggalkan kamar.

.

.

Well I’m not paralyzed

“Athan.”

But I seem to be struck on you

“Athan! Sst, Athan.”

I wanna make you move

“Athaaan. Hei. Sst.”

Because you’re standing—hah?

“Athanasius! Astaga. Belum sadar juga?”

Pria itu tersadar dari lamunannya. Air dalam cangkir kopinya telah penuh. Ditariknya benda itu dari bawah keran dispenser yang secara otomatis mematikan aliran airnya. Pantry hari ini benar-benar hening, sampai-sampai ia nyaris ketiduran sambil berdiri.

Twisted Wind [on hold]Where stories live. Discover now