6. The Evil Escaped!

511 35 3
                                    

Keesokan harinya, jam 06.30 menjelang malam.

"Hanya itu rencanamu?"

"Hanya itu yang kubisa. Hei, ayolah...."

"Oke. Xan71-1, kau tahu tugasmu apa. Bor4-33, jaga-jaga di Night Love. Akan lebih bagus kalau saudaramu ikut dengan kami. Dem—"

"Saudaraku, heh? Yang benar saja. Dia mana bisa diajak kerja sama; hobinya nongkrong di bar seharian."

"Terserah, lah. Dem20-2, St1-34, Z6-50, kita satu tim. Tujuan kita adalah mengembalikan para pemegang 'takhta' ke posisi terhormat mereka."

.

.

Sore yang mendung. Saat ini, Firguno sedang sibuk membuat isi ulang persediaan teh di dispenser. Robot itu perlu memesan sekilo daun teh baru dari bank makanan (ya, terkadang tempat ini lebih mirip lumbung makanan modern daripada Departemen), karena stok daun teh sudah habis. Zoe memerhatikan kerja Firguno dengan teliti.

Firguno bisa menakar daun teh dengan tepat hanya dengan cangkir transparan dan kecerdasan buatannya, tetapi dia tetap saja robot. Terkadang Firguno bisa mogok, korslet, atau berhenti bergerak tanpa alasan yang jelas. Biasanya Dokter Ree yang akan mendorong robot itu keluar kontainmen—mustahil tukang mekanisnya yang masuk ke dalam. Untung sekarang Firguno sehat-sehat saja.

"Firguno," panggil Zoe, meskipun ia tahu robot itu tidak akan merespon. Robot itu tidak dinamai "Firguno" oleh pembuatnya, melainkan kode J150... dan serentetan angka tak bermakna di belakangnya, yang tidak akan repot-repot dihafal Zoe. "Hei, Firguno. Menurutmu aneh, nggak, mitologi Yunani itu? Dewa-dewanya tukang selingkuh semua!"

Firguno masih tidak memedulikannya. Zoe yakin Dokter Ree pasti sudah menggeleng-geleng padanya seandainya dia ada di sini.

"Zeus hanya punya satu istri, tapi... pacarnya banyak. Dan Hera benar-benar cemburuan. Mungkin aku lebih suka Hades dan Persephone," monolognya masih berlanjut. "Eh, entahlah.... Dewa-dewa yang tinggal di Dunia Orang Mati lebih keren, kayaknya. Thanatos, Charon.... Eh, Charon! Yang mengemudikan perahu kematian. Menurutmu mereka bakal menaruh koin di mulutku, saat aku mati nanti? Kuharap tidak. Aku lebih suka berkelana di pantai sungai Styx selama seribu tahun daripada langsung ke Dunia Orang Mati."

Si robot dengan cueknya membuatkan teh untuk Zoe dari dispenser yang telah terisi. Tidak memedulikan ocehan si gadis bermata putih sebelah, karena nama-nama dewa Yunani memang tidak ada dalam log sistemnya.

Zoe mendesah. "Kau tidak mengerti aku bicara apa, iya, 'kan? Kau cuma robot."

"Nona Zoe, minuman Anda telah siap," Firguno memberitahu. Tidak menggubris sedikit pun keluhan "majikan"-nya. Robot itu meminggirkan posisinya ketika Zoe berjalan ke meja makan, menghadapi secangkir teh manis hangat. Teh itu berbau obat.

Dengan kesal, Zoe meminum tehnya.

.

.

"Tolonglah, Elene.... Kau bisa jaga X-7A sebentar untukku, 'kan? Bisa, 'kan?"

"Maaf, Ree. Tapi keputusan Gubernur sudah jelas, 'kan; hanya kau atau Athanasius yang boleh menjaganya. Lagipula hanya suara dan sidik jari kalian saja yang bisa diterima kointanmen itu."

"Tapi—ah. Aku baru ingat. Biar kukirim rekaman suaraku ke sana, oke?"

"Rhiannon! Kau gila. Aku bisa dipecat, tahu. Lagipula, kau juga pernah beberapa kali meninggalkan X-7A dan segalanya baik-baik saja. Anak itu terkunci di kontainmen, ya ampun. Harus berapa kali kubilang?"

Twisted Wind [on hold]Where stories live. Discover now