masa lalunya

Mulai dari awal
                                    

“Kenapa mereka berpisah?” aku tau aku akan semakin terluka ketika mendengar semua ini, tapi lebih baik aku tau dari pada tidak.

“Kayla pergi meninggalkan Bima dengan sepupu Bima yang lebih kaya dari Bima saat itu.”

Aku mengangguk, mengerti dengan keadaan itu. “Bima terpukul dan depresi saat itu, makanya ia bekerja keras sampai seperti ini. sekarang keluarga sepupu Bima itu sudah bekerja dengan Bima dan Bima di atasnya. Dan yang aku dengar mereka juga sudah putus.”

“Makanya Kayla kembali?”

“Kamu mengetahuinya?”

Aku mengangguk. “aku mengikutinya. Ketika ia bilang pergi makan dengan temannya ia pergi dengan Kayla, dan berbohong. Aku tau Heng.” Ucapku lirih. Aku mencoba menahan tangisanku.

“Bima hanya menemani Kayla untuk menghilangkan depresi nya. Sepupu Bima berselingkuh dan meninggalkan Kayla begitu saja.”

“ apa kah Kayla tau kalau Bima sudah menikah?”

“Ia tau, percayalah pada Bima, nasz.”

“Apakah menemani menghilangkan depresi harus bergandengan tangan? Pergi makan siang setiap hari? Bukankah psikolog kuliah sampai s2 untuk membantu mereka yang sedang depresi? Bahkan aku tidak tau jika Bima merangkap sebagai psikolog.” Ucapku lemah.

Aku melihat muka Hengky yang merasa bersalah. Lalu aku tersenyum padanya “Aku tidak apa-apa. Makasih sudah memberiku informasi aku akan meneraktirmu. Ohya, jangan katakana pada Bima jika aku mengetahuinya ya! Atau aku tidak akan jadi meneraktirmu.”

Aku keluar dari ruangan Bima, tidak menangis. Aku mencoba menguatkan diriku sendiri untuk tidak berpikir negative. Mungkin benar kata Hengky, Bima hanya ingin membantu Kayla.

Ketika aku sampai di mejaku, aku melihat ponsel ku berbunyi. Mami’s calling. “hallo mi?”

Kamu dimana nak?”

“di kantor mi. ada apa?”

“Ya sudah mami tunggu di bawah ya, mami sedang ingin mencari sepatu.”

“iya mi aku turun ya.”

Ketika aku sudah bersama mami di mobil, mami banyak bercerita. Sekarang ia memintaku untuk menemaninya pergi mencari sepatu untuk pergi ke acara reuni. Mami itu ibu-ibu yang sangat sibuk. Sibuk dengan acaranya. Berbeda dengan mama yang jarang sekali pergi mengikuti acara-acara seperti itu. Mungkin karna derajat mereka memang berbeda.

Ketika sampai di toko sepatu, mami memilih sepatu yang sesuai dengannya. Aku? Hari ini aku hanya merenung, memikirkan Bima. Apakah Bima bisa setia padaku? Atau pada akhirnya aku yang akan kalah? Aku yang akan dicampakkan? Aku harus apa?

“Nasz.. Nasz… Anasz!” aku langsung kaget melihat mami sudah berdiri didepanku, “Ah ya ada apa mi?”

“Kamu kenapa kok melamun?”

“Ah tidak ma, aku hanya sedang tidak focus saja nih. Kenapa mi?”

“Kamu pilih sepatu gih, dari pada kurang focus. Belanja, belanja adalah obat paling mujarab menghilangkan depresi. Kamu keliatan depresi banget. Kurusan lagi. Sedang bertengkar dengan Bima?”

“Ah tidak, masa sih mi aku kurusan? Aku terlihat depresi mi?” jika ia, aku akan meminta Bima untuk membantu menghilangkan depresiku. Suamiku sedang membantu wanita lain menghilangkan depresi, sedangkan aku? Aku mulai depresi Bim.

**

Ketika sampai dirumah, aku tidak menemukan Bima. Padahal ini sudah pukul 7 malam. Pasti Bima sedang bersama dengan Kayla. Mungkinkah ia masih mencintai Kayla? Ketika Bima sudah menyatakan cintanya padaku dan ketika Kayla kembali cintaku sudah hilang?

Ketika aku sedang mandi aku mendengar pintu terbuka. Pasti Bima. Ketika aku selesai mandi aku melihat ia sedang berbaring di kasur.

“Kamu kok baru pulang?” tanyaku

“Iya tadi ada urusan.” Jawabnya tanpa memandangku. Hari ini ia berbeda, sedikit lebih dingin. Bahkan matanya tidak ingin melihatku. Tatapan dingin ini tidak pernah aku melihatnya, bahkan awal kami bertemu ia tidak memberikan tatapan ini. aku menghela napas, apakah sebentar lagi aku akan di buang? Tidak, uang 100M nya masih di tanganku. Maksudku aku adalah uang 100M nya, ia tidak akan membuangku. Bodoh, ia adalah mengusaha sukses, jika hanya 100M ia bisa mendapatkannya dengan mudah, tidakkah kau tau bahkan jika ia menjual anak perusahaannya itu sudah melebihi angka itu. Batinku berdebat lagi.

Ketika ia sudah mandi, ia langsung tidur dan memunggungiku. Kemarin-kemarin Bima masih memelukku, tapi sekarang. Ia tidak memelukku. Bahkan tidak melihatku.

“Bim, sudah tidur?”

Ia hanya berdeham dan aku tidak melanjutkan. Aku melihat punggungnya dan menangis dalam diam. Aku menahan isakaanku, agar ia tidak mendengarnya. Tapi rasanya sakit, aku tidak tau sakit itu aku rasakan karna menahan isakan atau merasa di buang oleh Bima.

Rasa sakit ini, berpuluh-puluh lipat ketika aku dihina oleh keluarga Vincent dan menerima kenyataan Vincent akan menikah. Akankah aku bisa bertahan dengan rasa sakit ini? apakah aku harus jujur dengannya? Bertanya kebenaran nya? Di satu sisi, aku ingin bertanya tapi disisiku yang lain aku tidak ingin mendengar penjelasan dari bibirnya. Bahkan mendengar dari Hengky sudah membuatku sakit, apa lagi harus mendengar langsung dari bibirnya. Tapi sampai kapan aku bisa bertahan dengan rasa sakit ini? aku menjadi Anasztazia yang lemah saat ini. maju tidak bisa mundur apa lagi, tapi aku tidak ingin jalan di tempat.

Kenapa aku jatuh terlalu dalam untuk Bima? Jika tau akan seperti ini aku tidak akan jatuh untuknya. Dulu aku sudah berjanji tidak akan tersakiti oleh cinta lagi, sekaran bahkan aku sudah tidak bisa bangkit. Aku melanggar janjiku sendiri. Kenapa mencintai Bima sangat menyakitkan? Apa karna bersama dengannya aku sudah mendapat banyak kebahagiaan? Tidakkah aku pantas bahagia? Kenapa selalu aku yang di campakkan? Kenapa selalu aku yang kalah? Kenapa?!?!

Every New Step to Make a New JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang