Kejutan

36.4K 2.6K 14
                                    

Sesampainya di gedung utama, aku takjub melihat design kantor ini. Terlalu mewah, kantor seperti hotel.  Tidak lama ada seorang pria paruh baya menghampiri ku.

"Anasztazia?" tanya nya sopan. Aku menganggukan kepalaku. "Mari ikut saya."

Setelah di bawa oleh pria ini ke lantai tertinggi. Lagi-lagi aku akan menepuk tangani orang yang mendesign ini. Aku berada di lantai 25. Lift yang aku gunakan berubah menjadi lift transparant dengan pemandangan ibu kota setelah lantai 20.

Ketika sampai, seluruh lantai ini di hiasi kaca. Kaca yang bisa membuat kita melihat pemandangan dan kepadatan ibu kota. Aku sampai membuka mulutku takjub, seperti orang norak memang tapi ini sungguh luar biasa.

Aku sampai di pintu transparant tetapi di lapisi tirai hingga tidak bisa melihat dalamnya. Aku mengetuk 3kali lalu masuk. Alangkah kaget nya aku melihat Bima duduk disana. Apa sebenarnya rencana dia.

"Duduk di sofa dulu. Saya lagi cek berkas ini." Aku langsung duduk di sofa. Kantornya sangat nyaman dan bersih. Kantor Bima bernuansa putih abu meskiphn terlihat maskulin dan dingin tetapi ruangan ini sangat nyaman.

Setelah 15 menit menunggu akhirnya Bima menghampiriku. "Sekarang kamu akan bekerja digedung ini. Menjadi sekretaris saya."

"Kenapa? kenapa harus saya?" tanyaku heran. Kenapa Tiba-tiba dia menyuruhku menjadi sekretarisnya.

"Karna sekretaris lama saya berhenti. Saya tidak sempat untuk mencari pengganti jadi kamu saya. Toh lebih baik kan, kalo seorang istri tau jadwal suami." ucap nya santai.

"Hanya itu? Kamu tau saya sudah di gosipkan aneh-aneh di kantor sebelah. Di tuduh menggoda direktur dan bisa di pindahkan kesini. Saya memang tidak perduli dengan apa yang mereka ucapkan tapi.. ah sudahlah. Kamu yakin saya jadi sekretaris kamu? saya tidak tau apa-apa."

"Nanti saya ajarin kamu. Tenang saja. Meja kamu ada di sana. Kamu bisa duduk disana."

Mejaku dan ruangan Bima hanya di pisahkan kaca besar. Dari tempatku aku bisa melihat Bima begitupun sebaliknya. Tapi sekaranh ruangan ku sudah di tutup tirai jadi aku tidak bisa mencuri-curi melihat Bima. Ya ampun apa yang sedang aku pikirkan.

Aku tidak tau maksud dari Bima melakukan ini semua. Tidakkah dia bosan melihatku di sekelilingnya? Dirumah ada aku, di kantor ada aku juga.

Tapi aku senang dengan keadaan seperti ini. Aku bisa memperhatikan Bima 24jam non stop.

***
Sudah hampir 3 minggu aku bekerja dengan Bima. Pria itu sangat sibuk. Jika aku jadi Bima mungkin aku sudah mati kelelahan. Tapi tidak dengannya. Bima begitu segar dan selalu fresh. Apa rahasia nya?

Selama 3 minggu ini pula aku memaksanya memakan bekal yang aku buat. Selain lebih sehat dari pada makanan restaurant, ini juga bisa membuat pengeluaran semakin kecil kan. Aku tau dengan makan di restauran tidak akan membuatnya kehabisan uangnya tapi apa salahnya menghemat.

Aku mengetuk pintu Bima. Saat ini jam makan siang. Aku kembali memaksanya. Selama 3 minggu ia seperti terpaksa memakan lunch dariku. Mungkin terlihat cupu membawa bekal dari rumah tapi percayalah ini lebih sehat di banding harus makan di luar.

"Waktunya makannnnn" aku mengangkat lunchbox dan duduk di sofa.

"Astaga, kamu membuat saya seperti anak sekolah nasz. Harus memakan bekal." ucapnya datar.

"Lebih sehat Bim dan lebih hemat. Lagian masakan saya tidak terlalu buruk kan? saya sudah banyak belajar masakan Indonesia kok. Kalau kamu mau request juga boleh." Senyumku. Aku hanya ingin membalas kebaikan Bima. Selama aku bekerja jadi sekretarisnya aku tidak mendengar orang membicarakanku. Ya jelas hanya ada aku dan Bima di lantai ini. Bahkan Hengky saja berada 1 lantai di bawah kami.

Every New Step to Make a New JourneyWo Geschichten leben. Entdecke jetzt