1 problem CLEAR

41.7K 2.4K 10
                                    

Keesokannya, aku terbangun jam 8 pagi. Aku lari turun kebawah dan melihat mama sedang menonton Tv.

“ma, papa mana?” tanyaku langsung pada mama.

“udah berangkat kantor nasz. Tadi papa sempet ke kamar kamu. Tapi kayaknya kamu masih capek jadi papa ga bangunin. Langsung ke kantor. Anne sama Arsherie juga udah berangkat. Kamu sarapan dulu gih” mama berdiri dan menemaniku di ruang makan.
Aku menyantap makanan ku dengan lahap. “Kangen nasi goreng mama ini” rengekku manja setelah memakan sesuap nasi goreng buatan mama. Nasi goreng buatan mama paling enak. Apa lagi kalau di New York kan nasi goreng tidak selezat nasi goreng Jakarta. Jadi beginilah suara makan ku di isi dengan kebarbar-an ku. Mama hanya senyum melihatku.

“Oh iya ma, hari ini aku mau pergi ketemu Vincent” ucapku santai, tapi aura mama langsung berubah dan terkejut. “Ngapain lagi kamu ketemu dia sih nak? Dia tuh sudah menikah, dia juga yang bikin kamu kabur ke New York. Kamu harus melihat kedepan, dia aja bisa bahagia kamu juga dong. Lagian udah cukup deh ya kita di hina sama keluarga dia. Hati mama udah ga sanggup buat di hina sama mamanya yang galaknya kaya singa. Jangan-jangan kamu gagal moveon ya makannya balik kesini. Udah deh nasz mama gamau ya kamu jadi perusak rumah tangga orang. Dosa ih” ucap mama berentet tanpa tau alasanku bertemu Vincent.

“Yeh, siapa juga yang masih cinta ma. aku tuh udah ga ada apa-apa lagi sama dia. Aku ketemu sama dia itu justru mau nolongin dia. Aku juga ga ngerti gimana ceritanya intinya dia mau aku ketemu sama istrinya. Bukan karna masih cinta-cinta. Hih, di NYC banyak bule ma, yang lebih kece dari dia. Dan maaf ya ma aku udah buat mama dihina sama mamanya Vincent.” Ucapku tulus.

Memang sebelum aku putus keluargaku di hina habis-habisan oleh keluarga Vincent. Keluarga Vincent yang kekayaan nya tidak akan habis itu, merasa tidak sudi untuk menyandingkan anak laki-lakinya denganku yang hanya kelas menengah.

Alasan itu juga yang membuat aku pergi ke NYC, aku merasa tidak enak karna keluargaku dihina karnaku.

“oh, yasudah. Kamu mau mama antar aja? Mama udah lupain kejadian itu. Jadi jangan membuat luka yang sudah sembuh sakit lagi nak. Kamu lakuin aja apa yang baik menurut kamu.” Ucap mama tulus.

Mama memang ibu terhebat yang ada. Meskipun sudah dihina, mama masih bisa tersenyum indah di depan mamanya Vincent yang super galak itu. Kalau papa sih, tidak usah di bilang. Marah padaku sudah bukan kepalang saat kejadian itu. Dan sewaktu aku pergi ke NYC makin murka lah dia.

**

Jam 10.30 aku sudah sampai di Taman Anggrek. Aku bukan tipe orang yang suka ngaret saat janjian. Jadi disinilah aku, mengitari mall ini. Sudah lama tidak berkeliling mall. Jadi aku memanfaatkan waktu untuk melihat-lihat. Maklum, sewaktu di NYC aku hanya focus kerja dan kuliah.
Tidak lama iphoneku berbunyi, sebuah chat masuk dari Vincent.

Vincent : aku sudah ada di starbucks ya..

Aku tidak membalas pesannya. Lalu berjalan ke sbucks. Bukannya sombong tidak membalas, tapi apa penting nya membalas pernyataan nya, toh bukan pertanyaan yang dia berikan.

Sesampainya di sbucks aku memesan kopi ku dan menunggu pesananku jadi. Lalu aku melihat Vincent sedang melambaikan tangannya ke arahku.

Aku menghampirinya dan Callista yang duduk di sebelahnya. Aku memberikan senyum manisku agar terkesan ramah. Hemm, mungkin memang aku ramah.
Setelah duduk di sebrang nya, Vincent langsung menyapaku “hai”

“hello” ku berikan senyuman lagi. “hai” sapaan dari Callista, cukup hangat. Setidaknya bukan aura ingin menerkamku hidup-hidup.

“kapan sampai?” Callista bertanya padaku. Memang sebelumnya aku dan Callista pernah bertemu. Sebelum aku pergi ke NYC dan sebelum mereka menikah. Tapi hubungan kami dulu sangat sengit.

“Kemarin sore nih” ucapku sambil meminum ice coffee yang ku pesan. “Gimana nikah?” tanyaku.

“jadi aku meminta bantuan kamu nih kesini karena si Callista tuh cemburu sama kamu, dia masih pikir kita masih ada hubungan nasz. Inget ga waktu itu kita sempet chat-chat nah si Callista baca dan pikir kita tuh masih ada hubungan dan sekarang ini aku lagi di gugat cerai sama dia nasz. Makannya aku minta kamu kesini buat jelasin. Callista kira aku sama kamu selingkuh” Kata Vincent panjang lebar. Oh jadi ini toh permasalahannya. Pantas saja Vincent memintaku kembali dan membantunya. Memang masalah besar sih. Mala sudah sampai cerai-ceraian lagi. Aku menatap Callista. Matanya hanya sendu. Tidak mengelak tidak membela juga.

“jadi gitu, pantes aja gue di terror sama lu!” ucapku. Aku tidak mau ber aku-kamuan dengan nya, karna tidak ada alasan saja. Ini pertama kali nya aku bertemu dengan Vincent lagi setelah 2 tahun tidak bertemu. Aku memang memutuskan untuk pergi ke NYC lebih dahulu, sebelum pernikahan mereka.
“Cal” panggilku, dan Callista langsung menatapku. “gue dulu emang punya hubungan sama Vincent.” Aku menekan kan kata dulu padanya. “tapi setelah dia nikah sama lo, gue sama sekali ga tertarik sama Vicent lagi. Emang awal lu nikah sama dia, kita masih suka bertukar kabar. Tapi Cuma sebulan. Gue ga berniat untuk menjadi orang ketiga. Apa lagi jadi selingkuhan. Lagian kalo gue mau jadi selingkuhan, gue ga usah tuh pergi ke NYC.” Jelasku.

Callista hanya diam mendengarkan semua kata-kataku. “Kami murni temenan, dan tanpa embel-embel apapun. Setelah gue sama dia udah memutuskan berpisah. Yah kami benar-benar pisah. Ga ada kata-kata masih tersisa. Mau 2 tahun lalu atau sekarang, gue udah ga ada apa-apa atau perasaan sedikitpun sama Vincent. Gue Cuma anggep dia temen aja. This is true and I don’t lie.”

“Tapi gue kan yang bikin kalian pisah. Kalian bisa balik kok. Vincent Cuma cinta sama lu doang nasz. Kita Cuma dijodohin dan Vincent ga cinta sama gue, dia masih harepin lu” Ucap Callista lirih.

“Gue sama dia udah ga ada apa-apa lagi. Gue ga cinta dan ga ada pikiran buat balik ke dia lagi. Lu jangan kebanyakan nonton sinetron atau baca novel cal. Yang cowoknya dijodohin sama cewek trus cowok nya masih ada hubungan sama mantanya. Gue ga akan kaya gitu. Masalah cinta, Vincent pasti cinta sama lo. Buktinya dia terror gue trus-trusan suruh gue kesini buat jelasin beginian ke lo. Lo tau kan gue kudu berjam-jam dari NYC kesini? Kalo dia ga cinta sama lo, ga mungkin dia minta tolong ke gue.” Ucapku sebal. Ada aja pikiran si Callista ini. Bisa-bisanya dia berpikir seperti itu. Aku menatap dia yakin, dan Callista masih mendengarkan ku dengan baik.

“Dulu gue ke NYC emang buat kabur, buat lupain si Vincent ini dan gue ga enak sama keluarga gue. Lo tau sendiri kan gimana suasana saat itu, keluarga gue dan keluarga Vincnet.” Kataku lembut, dan Callista menganggukam kepala. Aku yakin dia sangat tau gimana suasana waktu itu. Karna sewaktu penghinaan itu terjadi Callista ada di TKP.
“dan gue mau ngejamin kalau gue ga akan balik lagi sama Vincent. Masalah kalian itu Cuma kurang komunikasi aja sama kurang jujur. Dan ini terakhir kalinya ya, gue ketemu lu orang sebagai mediasi. Next time kita ketemu jadi temen bukan begini keadaannya. And u can keep my words Cal.”

“sorry ya nasz, gue berburuk sangka sama lo. Dan lo kudu jauh-jauh kesini buat kaya gini. Gue jadi ngerasa kaya anak kecil banget. Seharusnya gue udah dewasa dan bisa mencerna semuanya.”

“Nope, orang cemburu memang suka ketutup kok matanya. Haha” tawaku dan Vincent menggenggam tangan Callista. “maafin aku ya, mungkin salah aku juga bikin kamu cemburu. Tapi aku sama Anasz memang udah ga ada hubungan apa-apa. Kita Cuma temen kok.” Kata Vincent tulus ke Callista. Dan Callista tersenyum tulus. Aku menganggap senyuman itu, senyuman baikan.

Suasana macam apa ini? Dulu, aku dan Vincent kekeh mempertahankan hubungan kami. Dengan menentang semua perkataan orang tua. Sekarang aku membantu Vincent untuk mempertahankan rumah tangga nya bersama Callista.

“Lo juga, ini terakhir kali y ague bantuin lo! Gatau apa tiket ke Jakarta tuh mahal.” Sewotku pada Vincent.

“Sorry-sorry. Tapi lo ga balik kesini buat bantu gue doang kan? Kalo iya gue bener-bener ga enak.”

“Lo emang seharusnya ngerasa ga enak sama gue! Tapi gue balik karna ada urusan kok.” Ucapku ada Vincent.

Akhirnya kami mengobrol 2 jam bertukar cerita. Ya aku menganggap masalah dengan Vincent Callista sudah selesai. Dan aku senang bisa membantu mereka.

“Gue duluan ya? Mau balik nih, takut kesorean.” Pamitku pada mereka berdua.
Aku rasa memang mereka sudah berbaikan, karna Callista sudah memberikan lampu hijau pada Vincent. Dan biarkan lah mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri. Toh, aku sudah menyelesaikan tugasku dengan baik.

Every New Step to Make a New JourneyKde žijí příběhy. Začni objevovat