kecewa

306 17 0
                                    

"Iya tan.. Ziko kelasnya bersebelahan sama kelas aku"
Jawab Rossie sambil tersenyum menatap Ziko.

Aku hanya diam ditempat.
Seperti tak dianggap kehadirannya.

"Lah.. ini siapa Ziko?"
Tanya mamanya yang akhirnya menatapku heran.
Mamanya baru sadar kalau aku berdiri disebelah anaknya.

"Dia Bella ma. Teman aku"
Ziko merangkul pundakku dan terlihat Rossie mendengus kesal.

"Dia mantan sahabat aku juga tante"
Kata Rossie menatapku sinis.

"Mantan sahabat?"
Aku bertanya-tanya dalam hati sekaligus bingung dengan maksud perkataan Rossie.

"Sepertinya mama pernah lihat temen kamu ini Zik.. tapi dimana yah"
Kata mama Ziko mencoba mengingat sambil terus menatap wajahku.

"Ma.."
Ziko memberikan sebuah foto ke mamanya.

Tanpa suara. Perlahan-lahan airmata membasahi wajah mamanya.

"Vio..."
Kata mamanya serak.

"Iya.. benar kamu mirip dengan Viola kakaknya Ziko"
Mamanya kembali menatapku lama, tatapan yang penuh rindu. Berkali kali mamanya mengusap airmata.

"Tante, jadi Ziko punya kakak?"
Rossie bingung.

"Iya sayang.. Ziko punya kakak tapi udah meninggal"
Jawab mamanya yang mencoba menenangkan dirinya kembali.

"Ma.. kenapa bawa orang asing ke rumah sih?"
Ziko bertanya penasaran.

"Jadi Rossie ini anaknya tante Vika dan om Haris Zik.. itu loh teman dekat mama yang sering mama minta kamu anterin kerumahnya dan, hari ini dia datang karna mama minta.. habisnya mama kesepian. Gak ada temen buat ngobrol papa sibuk dan kamu juga kadang dirumah sih lagian dia kan bakalan jadi calon istri kamu"

"Oh yah kita duduk yuk. Nyicipin kue buatan mama dan Rossie tadi"
Sambung mamanya kemudian duduk bersama Rossie dan Ziko yang kebingungan, sementara aku masih berdiri.

"Tante kalo gitu Bella pamit dulu"

"Loh kok buru buru banget sih?"

"Iya tante. Ada yang perlu Bella urus.. permisi assalamualaikum"

"Bel.. tunggu!"
Ziko menahan tanganku namun aku mencoba melepaskannya dia mengikutiku sampai diteras rumahnya dia berhasil membuatku berhenti dengan berdiri didepanku.

"Kamu kenapa main pergi aja sih? Kamu tau gak kenapa aku ajak kamu kerumahku? Karna aku mau bantu kamu nyelesain masalah kamu"

"Gak perlu!"

"Kamu kenapa berubah pikiran sih? Tadi kan kita udah sepakat kamu bakalan ikut aku."
Ziko menggenggam tanganku.

"Zik.. udah sana masuk ke dalam, pasti mama kamu dan Rossie nungguin kamu. aku bakalan pulang sekarang"
Setelah melepaskan tangan Ziko aku pergi, aku tidak bisa memendam airmata ku lebih lama lagi. Aku menangis sejadi-jadinya saat sudah melewati pagar rumah Ziko, jujur saja rasanya begitu sakit saat harus menerima kenyataan kalau Ziko dan Rossie telah dijodohkan.

Skip.

Aku terus saja mengintip dari balik jendela berjaga-jaga apakah ibu Irma akan datang atau tidak, aku begitu takut jika ibu Irma datang karna jujur saja aku belum punya uang untuk membayar sewa kontrakan.

"Bella! Buka pintunya!"
Suara itu terdengar lagi didepan rumahku.

"Aduh gimana nih ma? Bella takut ibu Irma bakalan usir kita dari sini dan kalau sampai itu terjadi kita bakalan tinggal dimana?"
Aku berpikir keras.

"Bella! Keluar! Saya tau kamu didalam!"
Suara ibu Irma dari luar membuatku semakin takut dan berpikir alasan apa yang harus dipakai untuk membujuknya.

"Sudah. Temui saja, ibu Irma pasti akan mengerti"
Kata mama mencoba menenangiku.

"Iya ma"

Aku membukakan pintu dengan senyum paksa.

"Eh bu' Irma?"
Kataku basa basi.

"Bella? Mana uangnya?"
Ibu Irma menatapku sadis.
Aku menelan liur.

Sialan! Orang seperti ini mana mau mengerti keadaanku?"
Umpatku dalam hati.

"Assalamualaikum"
Suara seorang laki-laki cukup membuat ibu Irma yang tadinya berkicau pedas terdiam.

"Waalaikumsalam. Ziko?"

"Berapa bu' yang harus dibayar?"
Kata Ziko to the point ke ibu Irma tanpa menghiraukan panggilanku.

"Semuanya tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu"
Kata ibu Irma sambil menatap Ziko heran.

"Ini pacar kamu Bella?"
Tanya ibu Irma yang membuatku terdiam.

"Cuma temen kok bu'.."
Kataku tanpa senyum ke bu' Irma.

"Ini. Sekalian sama sewa 5 bulan ke depan jadi saya harap ibu' jangan ganggu Bella lagi!"
Kata Ziko dengan wajah yang sama sekali tidak bersahabat.

"Nah gini dong.. kalo gini kan enak gak perlu maksa-maksa nagih lagi!"
Kata ibu Irma yang kemudian pergi.

"Bel.. aku.."

"Makasih"
Kataku dengan menunduk tak mau menatap wajahnya.

"Sebelumnya makasih.. Lagian kamu gak perlu bayar sampe segitunya! Aku yang bakalan sulit buat kembaliinnya!"
Sambungku yang masih merunduk.

"Hei.. kamu kok jadi kayak gini sih?"
Ziko menyentuh kedua pundakku.

"Kamu suka berteman sama aku karna aku mirip aja sama kakak kamu kan? Tapi kamu harus tau.. aku lebih suka dilihat sebagai Bella daripada dilihat sebagai kakak kamu Viola"
Kataku bersamaan dengan itu tangisku pecah.

"Aku sadar diri kok aku ini siapa.. dan kamu siapa.. aku kaya' aib buat kamu kan? Dan sudah sewajarnya kamu bergaul dengan Rossie bukan aku!"
Aku pergi meninggalkan Ziko diteras dan aku menutup pintunya agak keras.

"Bel.."
Kata Ziko yang kemudian mengacak rambutnya kesal.

Dibalik pintu aku menangis, hanya air mata yang terus mengalir di pipiku.
Sesaat kemudian kulihat dari jendela Ziko pergi.

Tak lama kemudian Rossie datang kerumahku mengedor pintu dengan keras sambil berteriak kesetanan.

"Bella! Keluar loh!"

Aku membukakan pintunya
Dan plakk!.

Aku kaget dengan apa yang dilakukan Rossie.
Aku memegang pipiku yang merah karna tamparannya yang cukup keras.

"Eh dasar cabe! Bisa-bisanya loh rayu calon suami orang? Sampe meras dia buat bayar sewa kontarakan rumah loh? Loh pikir loh siapa? Loh paling cantik? Ziko deketin loh karna loh cuma mirip doang sama kakaknya! Gak lebih! Gak usah baper alay-alayan! Awas yah loh sampe nemuin Ziko lagi, loh tau akibatnya kalau berurusan sama gue"
Rossie kemudian pergi setelah mengatakan hal yang membuatku semakin hancur dan sakit.
Ternyata Rossie yang selama ini kukenal bukan Rossie yang sebenarnya, Rossie yang periang ternyata adalah gadis yang kejam dan ambisius.
Dimanjakan orangtuanya ternyata membuat Rossie berkembang menjadi gadis yang kejam.

"Aku kecewa sama Rossie ma kok dia bisa kayak gitu sih ma.. dia dari dulu memang tau kalau aku suka sama Ziko dan dia diam aja.. tapi kenapa sekarang dia kayak gini sih ma? Dia berubah banget"
Curhatku ke mama yang hanya bisa dibalas dengan elusan-elusan penuh kasih sayang di rambutku.
Akupun tertidur dalam tangisku.

Haihai
Yang masih baca sampai chapter ini. Kali ini agak panjang kan?
Jangan lupa voment yah demi terciptanya cerita yang lebih seru di part berikutnya.

Salam penuh cinta dari Ziko.
Ups.. gak mau ditampar Rossie juga kan? Hehehe..

Give Me A Knife (Completed)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt