tak disangka!

359 20 0
                                    

"Hei kamu"
suara berat itu mengagetkanku yang tengah melamun saat itu.

"Iya.. sebentar"

Aku melangkah goyah berjalan kearah meja tempat lelaki itu duduk bersama 2 temannya sambil membawa menu makanan.

"Zi...ziko?"
Aku tergagap.

"Ehh kamu cewek yang kemarin kasih aku minuman kan disekolah? Namanya kalau gak salah..ehh..engg"
Kata ziko mencoba mengingat namaku.

"Bella. Namaku Bella Adisti Hanoko"
Aku memotong kalimatnya karna kurasa dia mungkin tak ingat namaku. Atau mungkin tak tau.

"you work here?"
Dia menatapku aneh.
Yah. Tatapan kasihani.
Aku benci tatapan seperti ini.

"Ya. Mau pesan apa? Silakan dilihat dulu?"
Aku memberikan beberapa menu kepada Ziko dan temannya.
Tanpa kusadari aku yang tadinya stres dan banyak pikiran merasa lebih baik saat didekat Ziko, dia memang moodboster.

Ketika mereka selesai makan, aku melihat kedua temannya telah pergi dari kafe sedangkan Ziko masih duduk sendiri ditempat duduknya sambil mengotak-atik gadget ditangannya, aku berinisiatif ingin mendekatinya.

"Ziko.. belum pulang?" Kataku berdiri didepannya.

"Bisa kau temani aku?"
Pertanyaan itu keluar dari mulut Ziko begitu saja.
Ada apa yah. Batinku.

"Ya boleh.. tapi aku masih bekerja, jika kau mau 15 menit lagi jam pulangku"

"No problem"

Setelah berganti pakaian dan mengambil tasku aku menemui Ziko yang masih duduk manis menungguku, aku takut membuatnya menunggu lama, walau dia telah menatapku aneh tadi, tapi dia tetap pangeran dihatiku. Lelaki yang kusukai selama ini.

"Hai. Maaf nunggunya lama"

"Gak apa-apa, abis ini kamu ada acara gak?"

"Gak ada sih... emm.. emangnya kenapa?"
Aku gugup, tak kusangka keringat dingin menetes di dahiku.

"Are you okay?"
Ziko menatapku kebingungan.
Dia mengambil sapu tangannya dan mengelap keringat di dahiku.
Ya tuhan, perasaan apa ini. Rasanya aku tak bisa bernafas saat didekatnya, aku gugup luar biasa.

"Kamu gugup yahh.. gak apa-apa kok santai aja lagi.."
Ziko tertawa kecil memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi.

So handsome. Batinku.

Aku lalu duduk didepannya.

"Jadi kamu kerja disini udah berapa lama?"

"Kira-kira sudah 2 tahun"

"Kenapa kamu kerja? Bukankah kamu masih sekolah? Dan.. kamu masih punya orangtua kan?"
Tanya Ziko dengan wajah mengasihaniku.
Ya Tuhan. Tatapan itu lagi.

Aku tersenyum pahit, jika saja aku masih bisa bergantung kepada kedua orangtuaku seperti anak lainnya, pasti tak akan sesulit seperti sekarang ini aku mencari uang, membanting tulang sampai larut malam. Aku meremas dadaku yang terasa sesak.

"Ayahku.. meninggal 7 tahun yang lalu, tak ada yang ditinggalkan ayah selain hutang, dan mamaku sekarang sakit-sakitan.. aku bergantung pada diriku sendiri. Dan mama adalah kekuatanku untuk mencari uang lebih banyak lagi, kamu pasti bingung kan mana bisa orang sepertiku bisa masuk disekolah elite..? itu karna beasiswa"
Aku tertawa tawar. Tawa menahan pilu.
Tak kusangka aku meneteskan air mata aku menutupi wajahku dengan kedua tanganku.
Aku lelah dengan semua ini. Lagi-lagi aku hanya bisa bersuara dalam hati.

"Bella? Apa kau baik-baik saja. Maaf aku telah menyinggung kedua orang tuamu. I'm sorry to hear that"
Ziko menggenggam tanganku.

Apa? Menggenggam tanganku? Aku tersadar. Ziko mengelus tanganku lembut, untuk pertama kalinya aku merasa ada seseorang yang memberikanku kekuatan layaknya seorang ayah.
Genggamannya hangat mampu menenangkanku.

"Tidak apa-apa"
Lirihku.

Halo. Ikutin terus ceritanya yah...
Mau tau apa yang sebenarnya maksud Ziko mendekati Bella?
Voment jgn lupa

Give Me A Knife (Completed)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora