Bima hanya memberikan senyum padaku. Aku tau dia bukan tidak menyukai makananku tapi gengsi!

Aku dan Bima semakin dekat. Aku rasa aku mulai menyukainya, tapi aku tidak tau bagaimana dengan perasaan Bima. Aku tidak mau berharap jauh karna aku takut kecewa. Perasaan yang aku rasakan untuk Bima beda dengan rasa yang ada pada Vincent. Dengan Bima aku takut dia meninggalkanku, takut jika dia marah padaku, takut kecewa padaku.

"Minggu depan kita ada acara lagi loh. Peluncuran produk terbaru. Seluruh karyawan di undang. Tapi di ballroom gedung ini."

Aku hanya menganggukan kepala. Perusahaan ini sering sekali mengadakan acara dan membiarkan seluruh staff mengikutinya. Termasuk OB.

"Acara formal?"

"Semi formal." aku mengangguk dan melanjutkan makanku.

Selama 3minggu ini aku dan Bima masih berangkat ke kantor dengan mobil yang berbeda. Hubungan kami masih tersembunyi dengan baik. Itu juga aku memohon pada Bima. Kalau Bima dia sudah ingin membongkar sejak awal aku bekerja.

***
Saat ini aku akan pergi ke pesta dengan Riani. Meskipun sudah berbeda gedung tapi hubungan pertemanan kami masih berjalan dengan baik. Aku masih belum menceritakan apa-apa padanya. Bukan karna aku tidak percaya tapi belum ada waktu yang pas.

Aku melihat mobil Riani sudah sampai di lobby aku kangsug menghampiri dan duduk di tempatnya.

"Kenapa lu mau jemput gue sih, kan kantor gue deket ke apartemen trus lebih jauh dari tempat lu."

"sengaja nasz. Biar ada temennya. Lagian lu tinggal duduk trus ga buang bensin."

Tidak lama kita sampai di kantor. Sudah banyak orang berlalu lalang. Aku tidak pernah masuk ke dalam ballroom gedung ini. Aku yakin ballroom gedung ini sangat besar.

Aku menggunakan dress bodycone selutut berwarna maroon, heels yang hanya 7cm, aku biarkan rambut ku mengurai karna aku habis mengkritingnya dan polesan makeup yang tidak tebal tapi pas.

Aku tidak berhenti takjub melihat ballroom ruangan ini. Sangat besar dan mewah. Makanan, minuman dan dessert di tata dengan rapi.

Aku berdiri di samping gedung ini. Tidak jauh aku melihat Bima yang sedang menyapa staff nya. Bima bukan tipe boss yang sombong, ia selalu tersenyum ketika staffnya memberi salam meskipun itu OB. Aku semakin bangga dengan priaku ini. Priaku? boleh lah aku mengakuinya, toh dia suamiku.

"Gila, pak Bima ganteng ya nasz."

What?? bisa-bisanya si Riani memuji suamiku. "Iya ganteng ya."

"Tapi sayang udah nikah dia. pernikahan nya juga tiba-tiba. Sampai sekarang sih belum ada yang tau istrinya siapa gimana mukanya"

Aku!! Aku istrinya Akuu!! teriakku dalam hati. "Memang nya itu penting?" tanyaku

"Ga juga sih. Habisnya selama gue kerja disini ya. Pak Bima ga sama sekali keliatan punya pacar atau tunangan. Lagian kalo ada pun pasti udah pada gosip. Sedangkan kalo Pak Viko, Pak Vincent atau Pak Igo mah udah banyak gosipnya."

Ohya aku dan Vincent bekerja di 1 gedung yang sama. Tapi jelas aku tidak bicara dengannya. Aku sangat marah dengan perlakuan mama dan adiknya itu. Vincent bekerja di perusahaan utama sebagai manager.

mungkin menjadi manager di perusahaan utama lebih tinggi derajatnya daripada harus menjadi direktur di perusahaan cabang. Karna sudah jelas Viko sangat ingin berada di perusahaan utama sedangkan dia sudah menjadi direktur di perusahaan cabang.

MC sudah memulai acara. Tiba-tiba wanita galak itu menghampiriku lagi. Astaga tidak kah dia puas dengan semua yang dia lakukan. Aku tidak akan sabar jika harus di maki lagi hari ini.

Every New Step to Make a New JourneyWhere stories live. Discover now