04. Effortless

1.8K 197 62
                                    

"Seungcheol!"
Lana memanggil riang ke arah seorang bartender yang terlihat sibuk bersih-bersih di belakang meja counter.
Pemuda itu mendongak, menatap ke arah Lana dengan matanya yang bening, lalu tersenyum hangat. Menunjukkan lesung pipinya yang menawan.
"Hai,"
Lana buru-buru duduk di atas kursi Donati Cerry, lalu melipat tangannya ke atas meja, sambil menatap Seungcheol dengan ramah.

"Aku minta satu gelas bir," ucapnya.
Seungcheol menghentikan sejenak aktifitasnya melap meja. Pemuda yang telah bertahun-tahun bekerja di bar tersebut mendesah.
"Lana, bar sudah tutup sejak sepuluh menit yang lalu. Lihatlah, sekarang waktunya bersih-bersih, aku tak bisa melayanimu," ucapnya.
Bibir Lana manyun. "Ayolah, Seungcheol. Hanya segelas bir," ia merajuk.

Seungcheol menggeleng lirih. Tapi toh akhirnya ia melipat lap, meletakkannya di atas meja, lalu bergerak mengambil gelas. Dan tak berapa lama segelas bir terhidang di depan Lana.
"Terima kasih, sayang. Kau yang terbaik," Lana bangkit sejenak demi untuk mencubit kedua pipi Seungcheol.
Setelah itu ia menenggak bir dari gelasnya.
"Jangan lama-lama ya? Aku bisa dimarahi bosku kalau ketahuan menerima tamu ketika bar sudah tutup," pinta Seungcheol.
Lana tersenyum. "Beres," sahutnya.

Seungcheol melipat kedua lengannya di atas meja bar seraya memperhatikan gadis cantik di hadapannya yang tengah sibuk menikmati bir.

Sudah bertahun-tahun mereka bersahabat baik.
Seungcheol tak ingat kapan tepatnya mereka mulai menjalin persahabatan ini.
Kalau tidak salah, tiga tahun yang lalu. Ketika Lana datang ke bar dalam keadaan stress, ia mabuk, kemudian terlibat keributan dengan salah satu pengunjung bar.
Seungcheol yang sukarela membantunya, melerai keributan di antara mereka. Ketika Lana tak sadarkan diri karena pengaruh alkohol, Seungcheol membawa pulang gadis itu ke rumahnya karena ia tak tahu di mana ia tinggal. Sebagai lelaki normal, bisa saja Seungcheol mengambil kesempatan untuk menyentuh Lana. Nyatanya tidak.

Ia biarkan Lana menginap, merawatnya ketika muntah, membuatkannya teh madu keesokan harinya. Dan setelah Lana sadar, Seungcheol bahkan menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang.
Dan setelah itu mereka saling berkenalan, lalu akhirnya bersahabat.

Sebagai sesama yatim piatu, ikatan batin diantara mereka tumbuh kuat. Saling membuka diri, bercerita tentang hal-hal remeh yang mereka alami. Tak ada rahasia yang bisa disembunyikan Lana dari Seungcheol, begitupula sebaliknya.

"Ngomong-ngomong, selamat atas pertunanganmu. Maaf aku tak bisa datang," Seungcheol membuka suara.
"Aku tahu kau sengaja tak datang ke pesta pertunanganku walau aku sudah memintanya langsung padamu," Lana menyahut.
Seungcheol tersenyum masam.
Lana benar, ia memang sengaja tak datang ke pesta pertunangan sahabatnya. Ia merasa minder. Keluarga besar tunangan Lana dari kaum berada. Sementara dia? Bartender miskin yang tinggal di rumah sempit dan nyaris tak punya barang-barang mewah.
Ia bahkan tak punya setelan jas yang bisa ia gunakan untuk datang ke pesta.

"Aku senang akhirnya kau berlabuh, Lana."
"Berlabuh? Seolah aku suka pergi kemana-mana."

Seungcheol mendesah lirih.
"Lana, aku serius. Sudah waktunya bagimu untuk hidup dengan benar. Jangan tersesat terlalu jauh. Atau kau akan kesulitan menemukan jalan pulang,"
"Gampang. Jika aku tersesat, cari aku, temukan diriku, dan bawa aku pulang."
"Aku sudah mencoba melakukannya berkali-kali, Lana. Kau yang menolak untuk ku temukan."

Lana menatapnya, dalam.
Seungcheol adalah satu-satunya pria sekaligus sahabat terbaik yang pernah ia punya.
Betapa pemuda ini begitu baik padanya.  Tanpa pamrih.
Ia juga satu-satunya orang yang tahu kisah hidupnya, tahu penderitaannya. Dengan jalan hidup yang ditempuh Lana, lelaki itu tetap saja mendampinginya, memperlakukannya dengan manis, tak menghakimi.
Sosok ini juga yang kerap membuatnya takjub.

KAU UNTUKKU [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now