6. Bad and Apathetic

191 11 9
                                    

Laura baru saja pulang dari rumah Gio dengan pikiran yang kacau. Saat ini ia dalam perjalanan, dan jalanan cukup padat sehingga menyebabkan kemacetan. Sambil menunggu macet, Laura mengambil sebungkus rokok yang berada di dalam tasnya dan mengambil sebatang rokok serta menyalakan pematiknya yang berada di dashboard mobil. Merokok adalah salah satu hal favorit yang Laura lakukan jika ia sedang kacau.

***

Akhirnya Laura tiba di depan rumahnya yang mewah dan berwarna putih. Ia mengambil remote otomatis yang berada di dashboard mobil untuk membuka gerbang rumahnya dan memakirkan mobil hitam miliknya tepat di belakang mobil merah milik Bianca. Setelah selesai, ia turun dan bergegas masuk ke dalam rumahnya.

"Pergi dari siang dan sekarang baru pulang. Kamu tuh kayak perempuan nakal." ucap seseorang membuat Laura yang baru saja akan menaiki anak tangga berhenti melangkah dan memutar badannya untuk melihat ke belakang.

"Apa kabar dengan lo? Gak sadar?" tanya Laura ketus sambil menatap tajam perempuan itu yang tak lain adalah mamanya.

"Bisakah kamu bicara sopan sama saya? Saya ini--"

"Apa? Mama? Lo itu bukan siapa-siapa disini " bisik Laura dengan sinis di telinga mamanya dan menaiki tangga dengan berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua

Setelah sampai di kamarnya, Laura langsung merebahkan diri di kasur empuk kesayangannya. Sambil memejamkan matanya sejenak.

Bantu gue untuk ubah sifat dia.

Satu kalimat yang membuat ia kembali tersadar dan membuka matanya. Permintaan sahabatnya itu sangat simple tapi sulit untuk dilakukan. Laura bukanlah tipe cewek yang gampang dekat dengan lelaki. Ia bingung harus bagaimana.

***

Saat ini Brandon dan teman-temannya sedang berkumpul di rumah Jovan. Seperti biasa saat berkumpul, mereka akan mulai membicarakan hal yang tidak penting, mengambil makanan dan minuman di dapur dan berakhir dengan bermain playstation. Untung saja orang tua Jovan tidak marah dengan kelakuan mereka karena sudah terbiasa. Hanya Brandon yang tidak seperti para sahabatnya itu.

"Bro, diem aja daritadi, kayak lagi ada yang di pikirin." ucap Ridho secara tiba-tiba.

"Brandon 'kan emang pendiem." celetuk Adit, salah satu dari mereka. Adit adalah teman mereka semasa SMP, lalu saat masuk SMA mereka berpisah karena Adit masuk SMA Negeri Bangsa, salah satu sekolah unggulan di Jakarta.

Brandon hanya mendengus dan mengabaikan mereka. Ia beralih untuk mengambil ponselnya yang berada di dalam saku celana. Menyalakan ponselnya, ada beberapa notifikasi yang masuk lalu setelahnya ia kembali meng-lock ponselnya dan kembali menaruhnya di dalam saku celana dan pergi ke halaman belakang. Jovan yang melihat itu langsung menyusul sahabatnya.

"Lo lagi mikirin sesuatu? Gue perhatiin daritadi lo kayak gelisah gitu." ucap Jovan saat tiba di halaman belakang. Brandon yang sedang memandang kolam ikan tanpa minat hanya menggeleng sebagai jawaban.

Jovan tahu jika Brandon sedang berbohong, terlihat dari ekspresi wajahnya yang sedang memikirkan sesuatu. "Lo berubah semenjak kejadian beberapa tahun lalu. Dia udah bahagia disana, seharusnya lo bisa lupain dan mulai buka lembaran baru." Penuturan Jovan membuat Brandon menoleh sebentar ke arah Jovan.

"Gak segampang itu untuk lupain." Ujar Brandon dengan suara kecil seperti bisikan.

***

Brandon memikirkan perkataan Jovan sore tadi. Saat ini ia berada di balkon kamarnya sambil mendengarkan lagu dengan earphone yang ia pasang di kedua telinganya.

Are you somewhere feeling lonely even though he's right beside you?

When he says those words that hurt you, do you read the ones I wrote you?

Sometimes I start to wonder, was it just a lie?

If what we had was real, how could you be fine?

'Cause I'm not fine at all

I remember the day you told me you were leaving

I remember the make-up running down your face

And the dreams you left behind you didn't need them

Like every single wish we ever made

I wish that I could wake up with amnesia

And forget about the stupid little things

Like the way it felt to fall asleep next to you

And the memories I never can escape

'Cause I'm not fine at all

Brandon tak sadar jika lagu yang ia dengarkan sekarang mengingatkan dirinya dengan seseorang yang membuatnya menjadi seperti ini. 4 tahun lalu, semuanya telah berubah. Tak ada lagi senyum, canda, dan tawa yang ia buat.

***

"Mama selalu minta aku untuk turutin kata mama. Tapi kali ini, please jangan paksa aku. Aku gak mau." ucap seorang lelaki dengan nada memohon pada mamanya.

"Mama gak peduli. Kamu mau atau enggak kita harus tetap pindah." jawab sang mama.

"Ma, tapi--"

"Gak ada bantahan. Kamu harus nurut sama mama dan papa."

"Nurut mama bilang? Selama ini aku sama Lio selalu turutin kemauan mama. Aku selalu ngikutin apa yang mama minta, tapi mama apa? Apa pernah mama peduli sama kita? Yang kalian peduliin cuma kerjaan dan kerjaan doang." ujar lelaki itu panjang lebar, membuat perempuan yang sedang berdebat dengannya terdiam. Seluruh perkataan lelaki itu benar adanya.

"Xel, mama minta maaf."

TBC!

Hamdulillah bisa update hehe. Sorry is too late bcs i have some exam. Maklum gue udah kls 12, 3 minggu lg sekolah berakhir. Senin-selasa bsk simulasi, rabu-jumat try out. Abis itu us+usbn trs libur hari tenang baru unbk. Doain semuanya lancar yaa biar gue bisa update lg kay. :")

Vote and comment pls.

Bad and Apathetic [New Version]Where stories live. Discover now