06

1.7K 248 13
                                    

Meskipun cerita ini udah tamat vomment masih berlaku yaa!!^^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Aku tidak mau dijodohkan Ma, Pa!" Nada suara lelaki ini semakin meninggi.

"Tapi kau harus! apa kau mau kami berdua berpisah hanya karenamu? Berhentilah bersikap egois Taeyong, kasihanilah adikmu, apa dia menginginkan Eomma dan Appa berpisah?" gertak seorang wanita paruh baya yang diteriaki sebagai Eomma.

Taeyong melihat ke arah Mark yang berdiri mematung.

"Akan kupikirkan." Taeyong beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan keluarganya ke tempat yang hanya ia tahu.

~

Taeyong mematung di depan pintu bertuliskan no. 013, ia tidak tahu harus bagaimana jika melihat Jooeun dalam pelukan seorang laki-laki, jauh didalam hatinya ia merasakan ada yang mengganjal. Ia ingin marah, tapi otaknya berputar 'atas apa aku marah?'. Taeyong meninggalkan rumah sakit itu dan pergi ke bukit.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!" Taeyong berteriak mengeluarkan semua beban yang mengganjal dadanya.

"APA YANG AKAN KULAKUKAN?!!"

"AKU TIDAK MAU!!!!"

"Mereka tidak pernah memperdulikanku, mereka juga seperti tidak mau aku ada, ini seperti aku diperalat saja, ARGHHHH, AKU TIDAK MAUUUU!!!!!!"

"Pikirkanlah, bukan hanya kakak yang berfikiran seperti itu, aku juga." Seorang lelaki menyodorkan minuman kaleng bersoda.

"M.. Mark? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Taeyong.

"Mencegah pita suaramu putus," jawab Mark dengan ulasan senyum.

"Apa yang akan kau lakukan jika aku menolak perjodohannya?" Taeyong menolehkan wajahnya ke arah Mark.

"Aku akan menerimanya, karena kau yang paling berpengaruh kedepannya." Mark tersenyum masam.

"Aku rasa April masih lama, kenapa kau mau mengorbankan keluarga demi aku?"

"Ya aku berbohong tentang menerimanya, tapi apa kau rela mengorbankan masa depanmu demi orangtua yang dulu pernah menjadikan masa lalumu menjadi masa yang menyulitkan? Apa kau rela seluruh kehidupanmu hanya untuk orangtuamu? Lalu yang mana yang benar tentang dirimu? Kalau aku sendiri, sudah pasti tidak rela," jelas Mark bertubi-tubi.

"Aku tidak bertanya tentang itu."

"Baiklah, aku mau mengorbankannya kenapa? Itu karena selama ini aku hidup dengan mereka tidak ada kesan, mereka memang ada, tapi rasanya berbeda. Ada atau tidak, mereka tetap menomor satukan pekerjaannya. Berbeda dengan adanya kau, kau merawatku dan menjagaku. Kau kakak yang baik. Tapi bisakah kau kali ini pikirkan dirimu saja? Kau tak seharusnya memikirkanku yang menyusahkanmu, Eomma dan Appa yang mementingkan bisnis, pikirkan tentang dirimu sekali saja."

"Entahlah, apa benar aku egois?" tanya Taeyong sekali lagi.

"Apa kau tidak salah bertanya seperti itu? Kalau aku jadi kau, aku akan bertanya balik kepada mereka, aku tidak mengerti. Memangnya mereka tuhan yang bisa mengatur hidup kami? Tapi aku tidak ingin menjadi kau, terlalu lemah," kata Mark diselingi tawanya.

"Bicaramu tidak sopan sekali yaa, aku jadi ingin mendorongmu agar kau jatuh."

"Terserah, toh kau hanya menaiki bukit terpendek."

~

08.00

"Apa Taeyong benar akan mengajakku ke taman bermain? Bagaimana menurutmu Jaemin?"

Cotton Candy  [Completed ✔️]Where stories live. Discover now