S.G 19

134 12 0
                                    

Suara tepuk tangan menggema di dalam ruang musik yang kini dihuni oleh kelas 12 Ipa 4. Baru saja lagu The Scientist milik grup band asal inggris Coldplay telah selesai dibawakan oleh Azka dan Diandra. Tak tanggung-tanggung sampai pak Remi memberikan standing applause kepada mereka berdua karena sejak tadi menurutnya penampilan dari beberapa kelompok tidak ada yang memukau sama sekali.

"Suara lo bagus." Ucap Azka pada Diandra. Pada saat mereka latihan memang tidak ada terfikir oleh mereka siapa yang akan bernyanyi jadi mereka memutuskan untuk membawakan instrumennya saja. Tapi siapa sangka, ketika diatas panggung Diandra mengeluarkan suaranya yang ternyata sangat bagus menyanyikan lagu tersebut dan tak lama Azka pun ikut bernyanyi juga.

"Thanks." Jawab Diandra kemudian mereka kembali ke kursi masing-masing.

Vanya menghampiri Diandra.

"Lo tadi kemana?" Tanya Vanya penasaran.

"Toilet." Ucap Diandra terpaksa berbohong takut kalau nanti Vanya khawatir padanya.

"Ohh.. btw penampilan lo bagus banget tadi. Piano lo bagus, suara lo juga bagus."

"Thanks."

Raut wajah Vanya tiba-tiba murung membuat Diandra bingung.

"Ternyata banyak yang gak gue ketahui dari lo." Ucapnya.

"Mungkin lama-lama sama gue lo bisa tau,"

Vanya mendongak tak percaya. Kemudian ekspresinya langsung berubah menjadi ceria. Apakah baru saja Diandra menawarkan persahabatan padanya? Tanpa basa-basi Vanya langsung memeluk Diandra. Diandra tampak bingung dengan perubahan sikap Vanya yang sangat drastis tapi tak urung dia membalas pelukan itu.

Dan pada akhirnya dia memiliki seorang teman. Bukan, dia memiliki seorang sahabat.

Azka menuruni anak tangga hendak ke dapur mencari makanan.

Saat melewati kamar orang tuanya, Azka mendengar suara Boby di dalam.

Azka melirik jam di tangannya masih menunjukan pukul setengah enam.

'Tumben papa cepat pulang?' Tanyanya dalam hati kemudian berjalan mendekat kearah kamar orang tuannya yang sedikit terbuka.

"Kita harus memberitahukan keberadaan Diandra pada keluarga Geraldine, kalau tidak keadaan Bryan akan semakin parah. Papa baru dapat laporan dari tangan kanan Perusahaan G. Corps kalau Bryan sudah tidak lagi mau bekerja, Semangatnya sudah tidak ada, bahkan dia sudah seperti orang bisu karena selalu melamun. Papa jadi prihatin." Ucap Boby pada Sofie.

"Iya pa, mama tau. Tapi kita harus tanya juga pada Diandra. Jangan gegabah dulu. Nanti kita rundingkan baik-baik dengan Diandra. Mungkin dia akan memaafkan kedua orang tuannya." Ucap Sofie menenangkan.

"Semoga saja," ucap Boby.

"Apa yang mama sama papa maksud Diandra temannya Azka yang kemarin datang kerumah?" Tanya Azka bingung dengan percakapan kedua orang tuanya.

"Azka?" Sofie terkejut mendapati Azka berdiri di depan pintu kamar mereka.

"Sejak kapan kamu di situ nak?" Tanya Boby.

Strange GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang