Bagian 24 : Koma (2)

4.1K 180 6
                                    

Happy Reading!

Sudah dua minggu lamanya Cirra masih terbaring di rumah sakit. Tidak ada perubahan. Cirra masih saja tertidur. Sebenarnya apa yang membuat Cirra tertidur begitu lama? Apakah Cirra bermimpi indah sehingga dia tidak ingin bangun?

Rey dengan sabar dan setia selalu menjaganya, menemaninya. Rey ingin menebus kesalahannya. Terkadang Rey selalu bercerita seperti mendongeng kepada Cirra, karena Rey yakin walaupun Cirra tertidur dia masih bisa mendengar.

Sudah dua minggu juga Rey tidak bekerja. Bunda dan ayahnya memaklumi itu, mereka bilang Cirra sekarang hal yang terpenting untuk Rey. Cirra tanggung jawab Rey, jadi Rey harus selalu ada disampingnya disaat apapun dan kapanpun. Dan ibu dari Cirra selalu menemani anaknya itu, terkadang dia selalu menginap di rumah sakit untuk menjaga Cirra. Ibunya tidak pernah menyangka jika anaknya itu akan dirawat di rumah sakit seperti ini dengan kondisi yang bisa terbilang koma.

Ketika ibu Cirra dan kedua orang tua Rey menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, Rey berbohong, ia bilang Cirra kecelakaan saat pergi berjalan-jalan sendiri dengan mobilnya. Dan pada saat itu Rey sedang bekerja. Saat Rey beralasan seperti itu tentu ia diomeli oleh ayahnya, mengapa ia tidak menjaga istrinya itu dengan benar. Dan Rey hanya diam ketika diomeli seperti itu, menurutnya memang dialah yang salah.

"Mengapa masih disini?" Tanya Rey saat melihat Sheila yang terus membaca majalah di ruangan Cirra. Sudah dua minggu juga Sheila disini bersama Rey.

"Memang kenapa? Kan kamu sudah tahu jika aku telah berkhianat ke ayah sendiri. Aku tidak mungkin pulang." Kata Sheila tanpa melirik kearah Rey. Sheila memang dari awal, waktu itu kenapa dia bisa di lab karena ia ditugaskan oleh ayahnya untuk mengawasi dan melaporkan jika Cirra sudah ditangkap. Tapi, saat sudah sampai di lab Sheila malah melihat Darel yang terluka dan diikat, bahkan amarah Darel tidak dapat dihentikan. Sheila tidak tega, sampai akhirnya ia membantu Darel dan Cirra. Dan sekarang Sheila tidak bisa pulang karena ayahnya pasti sudah tahu. Dan mungkin sekarang Sheila sedang dalam pencarian ayahnya juga.

"Dan aku juga sudah janji ke kakakku, kalau aku akan melindungi gadis itu apapun yang terjadi. Jadi, sampai kak Darel belum kembali aku harus mengawasi gadis itu. Karena janji artinya harus ditepati" Sheila menutup majalah dan menatap Rey. Ia perlahan berdiri dan mendekati Rey dengan tangan yang dilipat.

Rey menghela napas menatap Sheila yang berbicara seperti itu. Awalnya Rey tidak suka dengan keberadaan Sheila. Karena ia takut jika Sheila akan menyakiti Cirra. Tapi, mungkin dugaan Rey salah, Sheila justru bermaksud berniat baik.

Rey berdiri dari duduknya dan mendekati Sheila, lalu ia merogoh saku celananya untuk mencari sesuatu.

"Nih, pulanglah. Mandi dan ganti pakaian" Rey menarik tangan kanan Sheila lalu menaruh kunci ditelapak tangannya. Rey memberikan kunci rumahnya, menyuruh Sheila untuk pulang ke rumahnya, karena Selama dua minggu Sheila belum mandi dan belum mengganti pakaian.

"Oke, thanks" tanpa bertanya apapun Sheila menerima kunci itu, lalu melangkah pergi keluar dari ruangan. Tapi, sebelum itu Sheila menghentikan langkahnya lalu membalikan badannya menatap Rey lagi. "Jika aku belum kembali, kamu jangan kemana-mana, oke? Jangan tinggalkan gadis itu sendiri. Ngerti kan? Harus ngerti, karena Cirra masih belum aman, ia masih diincar, oke bye"

Tanpa menunggu balasan dari Rey, Sheila dengan cepat pergi dan menutup pintunya. Rey yang mendengar dan melihat Sheila begitu hanya diam, dia tidak menyangka jika Darel memiliki adik yang sangat bawel. Tapi, untunglah Sheila ada dipihak Rey dan Cirra. Jika tidak, mungkin Cirra tidak akan pernah selamat dan Rey tidak akan pernah melihatnya lagi.

"Ra, aku harap kamu cepat bangun. Memangnya mimpi kamu indah banget ya ra? Sampai nggak mau bangun? Emangnya kamu nggak mau ketemu aku lagi? Ngeliat aku lagi? Aku tahu mungkin kamu marah atas tindakan aku seenaknya ke kamu. Tapi, aku janji kalau kamu bangun aku nggak akan pernah meminta dan memaksa cerai ke kamu lagi bahkan aku nggak akan lagi ngebentak kamu dan nggak akan buat kamu nangis lagi. Karena aku sayang kamu ra, aku nggak mau ngulang kesalahan aku lagi untuk kesekian kalinya. Aku nggak peduli kamu cinta aku atau enggak yang pasti aku akan selalu disampingmu ra"

Perlahan Rey kembali meraih dan menggenggam tangan Cirra. Rey menciumnya lembut. "Dan aku juga akan ngelindungin anak yang kamu kandung ra, karena anak itu anugerah titipan Tuhan, aku nggak peduli kalau anak ini anak Darel, asalkan kamu disamping aku. Aku akan terus menjaganya sampai anak ini lahir"

Rey mengelus perut Cirra dengan lembut. Rey tersenyum sendiri melihat wajah cantik Cirra. "I love you, ra"

****

"APAAA?! Itu tidak mungkin! Ka-kak Darel....." Sheila terasa lemas saat mendengar berita tentang Darel. Sheila tidak percaya akan hal itu.

"Tenanglah Sheila ka--"

"Tenang bagaimana?! Kak Renza harusnya tolong kak Darel! Kakak harusnya tolong dia kak!!" Teriak Sheila penuh penekanan. Saat Sheila sudah sampai didepan rumah Rey ia tak sengaja bertemu dengan Renza kakak keduanya setelah kak Varel.

Saat Renza melihat Sheila ia hanya menghela napas. Dengan tatapan yang mengartikan sesuatu.

"Aku harus ke kak Darel! Aku har--"

"Tenanglah Sheila!" Renza menggenggam erat lengan Sheila. Ketika Sheila akan pergi untuk menemukan Darel. Sheila tidak percaya dengan apa yang dikatakan Renza. Sheila ingin bertemu Darel sekarang, ia ingin bertemu!

"Lepasin kak! Aku harus ke ka Darel aku yakin kak Darel mas--"

"Sheila! Tenang Sheila! Okay?" Sheila terus memberontak kepada Renza. Sedangkan Renza mencoba untuk menahan Sheila agar tidak melakukan hal gegabah. Karena itu sangat berbahaya.

"Kak lepasin aku harus ke--"

Bruk!

Dengan satu tarikan Renza menarik Sheila kedekapannya. Mencoba menenangkan Sheila sebisa mungkin. Sheila yang dipeluk erat oleh Renza terdiam. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Renza tentang Darel. Sheila tidak percaya. Karena Sheila selalu yakin Darel kakaknya adalah yang terkuat tidak ada yang bisa menandinginya. Dia tidak mungkin kalah seperti ini. Itu tidak mungkin.

Tak terasa air mata Sheila turun dengan secara perlahan. Ia tidak bisa membayangkan keadaan Darel untuk saat ini.

"Kak Darel"

Perlahan kedua tangan Sheila membalas pelukan Renza. Ia sedikit meremas pakaian yang dipakai oleh Renza. Sheila menangis didalam pelukannya. Renza yang merasakannya ia tidak bisa berbuat apa. Ia hanya bisa memeluk adik perempuannya itu dengan sangat erat.

Renza sendiri untuk menemui Sheila seperti ini dan memberitahukan keadaan Darel sekarang sangat sulit. Ia harus diam-diam menemui adiknya ini. Karena Renza tahu jika Sheila sudah menentang ayahnya. Renza tidak ingin Sheila kenapa-kenapa. Renza tidak ingin Sheila bernasib sama dengan Darel.

Sheila terus menangis dipelukan Renza. Renza sangat memaklumi sikap Sheila seperti ini, karena Sheila sangat dekat dengan Darel ketimbang kakak kakak yang lainnya. Dan tentunya Sheila tidak percaya akan hal ini. Dan ini kali pertamanya Sheila menangis lagi dihadapan Renza. Renza selalu benci jika adik perempuan satu-satunya ini menangis. Renza tidak suka. Tapi, kali ini biarkanlah Sheila mengeluarkan semua perasaannya.

Bersambung..
Next? Vote and comment
Maaf bagian ini pendek.
Maaf banyak typo.
Maaf ancur.

Follow ig : destii97
Thanks.

After marriage [ SELESAI ]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें