[18] Backstreet

8.7K 748 25
                                    

TAMPAK Selly tengah mondar-mandir di depan gerbang utama SMA Cakrawala yang tertutup. Wajah cantiknya terbalut raut kecemasan yang begitu kentara di mana dirinya sesekali memeriksa jam tangan mungilnya. Tak lupa dengan ponsel pintarnya yang terus digenggam sebagai jaga-jaga.

Setelah mendapat kabar dari rekan dekatnya, Ferris, yang mengatakan bahwa adiknya sudah mulai kembali bersekolah hari ini, Selly mulai dirundung panik lantaran justru mendapat kabar dari salah satu teman Adel bahwa gadis itu tidak terlihat wujudnya di mana pun. Selly harus beberapa kali mencoba menghubungi nomor ponsel Adel tanpa berniat mengabari kakak gadis itu hanya agar Ferris tidak kelimpungan. Butuh waktu yang cukup lama hingga panggilan Selly dijawab oleh Adel yang mengatakan bahwa gadis itu akan terlambat datang.

Di kejauhan sana, Selly melihat sebuah sedan berhenti tepat di dekat taman depan sekolah ini, muncul seseorang yang ditunggunya sedari tadi dari dalam mobil tersebut. Kini Selly bisa sedikit bernapas lega melihat Adel tampak baik-baik saja bahkan berlari-larian menuju ke arahnya disertai raut wajah sumringah.

“Ya ampun, Adel, kamu itu ke mana sampai telat dateng, sih?”

Adel hanya menunjukkan cengiran sebagai respon teguran Selly. Ia menyempatkan diri menengok ke belakang sebelum mengatakan, “Kakak nggak bilang ke Kak Ferris 'kan, kalau Adel bolos sebentar?”

“Sebentar apanya? Kamu udah lewatin empat jam mapel, Adel!” Selly merengut tidak suka pada adik rekannya ini. Ia juga sempat melirik apa yang sudah dipastikan sedang diperiksa Adel pula tadi. “Keluyuran sama siapa kamu, hah?”

Kini Adel meringis tampak memohon dari raut wajahnya, meraih tangan Selly sambil berkata, “Adel cuma nggak sengaja pergi, Kak. Kalau Adel ceritain sekarang bakalan panjang. Pokoknya, Kakak jangan bilang-bilang sama Kak Ferris, ya? Ya?”

Selly menghela napas panjang. Mau tidak mau dia mengabulkan permohonan Adel kalau tidak mau membiarkan gadis ini terus mengabaikan waktu sekolahnya.

“Ya udah, keluarin surat dokter yang Kak Ferris titipin ke kamu. Kakak antar kamu ke guru piket.”

Adel mengangguk antusias tentu saja. Selly yang memilih masuk lebih dulu ke dalam arena sekolah memberi kesempatan pada Adel untuk menengok sekali lagi ke belakang sembari melambaikan tangan pada mobil yang masih berhenti di sana.

Dan Andra tidak bisa menyembunyikan senyumnya melihat kelakuan Adel yang tentu masih bisa dilihat olehnya dari dalam mobil. Setidaknya Andra tahu bahwa gadis itu mendapat akses untuk masuk ke dalam tanpa kesulitan apapun. Sedangkan di sisi lain, ia menertawai diri sendiri karena menyadari kesalahannya sudah menculik Adel karena emosi sesaatnya tadi.

Tapi jika hal itu tidak terjadi, mereka tidak akan berakhir seperti sekarang, bukan? Itulah mengapa, sepertinya Adel tidak menyesali hal tersebut, jadi Andra tidak perlu menyalahkan dirinya sendiri untuk kali ini.

Melajukan mobilnya, Andra memilih pergi dari sana dengan suasana hati yang begitu ringan. Seperti beban yang selama ini memberatkan kedua bahunya menguap dan itu berkat Adel. Gadis itu benar-benar berhasil menembus kekebalan yang selama ini dibangun sedemikian rupa oleh Andra dan hampir membuat Andra gila jika saja tidak ingat bagaimana watak seorang Adelina. Andra hanya berharap bahwa dirinya bisa memertahankan perubahan ini, dalam kurun waktu yang sangat lama.

Meski di sisi lain, masih ada satu urusan yang entah kapan akan terselesaikan.

Sebab Abiansyah yang sedari tadi menyaksikan di posisi tak terlihat dari area taman, hanya mampu menunjukkan sorot tak terbaca untuk gerak-gerik Adel yang mudah sekali terbaca olehnya.

Two People - Nerd and InnocentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang