[17] Belong to Me

8.4K 868 39
                                    

HENING menjadi teman keduanya. Setelah Andra berhasil menceritakan kebenaran yang ada, Adel tidak bisa berkata apa-apa, hanya menatap gamang Andra yang sedari tadi tampak enggan menatap dirinya selama mencurahkan masa lalunya yang begitu kelam.

“Kak Bhima berhasil nemuin kita berdua yang udah nggak sadarkan diri. Dia yang bawa kita ke rumah sakit terdekat dan ternyata waktu itu kakak lo lagi tugas di UGD. Dari situlah, gue kenal sama kakak lo, dan gue merasa berhutang sama dia yang udah bersedia nyelamatin gue. Kalau bukan dia, raga gue mungkin udah nggak di sini.”

Andra menggerakkan satu tangannya ke atas, menyentuh bahu lebarnya sekaligus meremasnya.

“Gue cerita sama lo kemarin kalau gue punya cedera. Di sini, hasil yang gue dapet dari berantem hebat gue sama dia. Bisa kambuh kalau gue berani ngeluarin sifat ganas gue ini kayak waktu ngadepin Dhanu terakhir kali itu,” ujarnya pelan.

Adel merasakan matanya memanas, tenggorokannya begitu sakit karena harus tercekat beberapa kali, sedari tadi tangannya tidak berhenti membekap mulutnya yang tak sanggup untuk dikatup. Batinnya terguncang, mendengar masa lalu seorang Abiandra dari mulut si tokoh itu sendiri.

Masa lalu Andra merupakan beban separah ini. Berawal dari perceraian, muncul orang ketiga bahkan anak dari luar pernikahan kedua orangtuanya, sudah berhasil mengubah seorang Abiandra yang berwatak tenang menjadi beringas seperti ini. Membentuk pribadi yang begitu dibenci banyak orang akibat suatu bentuk kekecewaan dan kebencian yang begitu kental.

Dan mungkin begitu juga dengan Abiansyah.

Adel tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Abiansyah yang juga menjadi korban. Tetapi dia tidak bisa menerima bahwa Abiansyah sampai tega menyakiti Andra lebih dalam lagi dengan mencelakai bundanya. Bagaimana bisa lelaki itu masih berani mencari keberadaan Andra di saat Andra memilih untuk membuang semua kenyataan pahit itu jauh-jauh?

“Terus ... apa alasan lo menghilang dan pindah kemari itu ... karena lo mau berubah?”

Adel mengamati bagaimana raut wajah Andra yang sudah meredup, dan Adel amat mengerti bahwa Andra membutuhkan waktu. Abiandra kini tengah menyimpan keguncangan yang rawan bak istana pasir. Sekali saja ada yang menebas, hancur sudah pertahanannya.

“Gue cuma mau memenuhi permintaan terakhir Bunda. Beliau, menginginkan gue untuk berhenti ngerusak diri sendiri dan hidup semestinya sama Kak Bhima. Tapi karena gue sadar bahwa gue nggak bakal bisa berhenti kalau dia masih ada di sekitar gue, gue sama Kak Bhima memilih pindah dan ngilangin jejak,” jelas Andra sebelum mendengus disertai seringai tipis. “Tapi tuh anak kayak nggak ada kapoknya. Masih aja gangguin gue sampai sekarang.”

Adel akhirnya menundukkan kepala, memilih menatap nanar botol kemasan yang baru disadarinya masih tergenggam di tangannya-tangannya yang saling meremas. Menyadari ada rasa sesak di dalam dadanya berkat cerita kehidupan Andra. Mendengarnya saja sungguh memilukan, bagaimana dengan Andra sendiri yang jelas mengalaminya? Tidak terbayang jika Adel berada di posisi lelaki itu dan bisa bertahan seperti sekarang ini.

Abiandra, tidaklah seburuk yang orang-orang luar sana kira. Andra tidak bisa sepenuhnya disalahkan karena tabiatnya yang begitu buruk seperti ini. Mereka semua tidak mengerti apa yang sudah membuat Andra menjadi seperti ini. Dia hanyalah korban dari kegagalan rumah tangga kedua orangtuanya.

“Sekarang lo ngerti kenapa gue nyeremin dan diperlakukan kayak sampah masyarakat, 'kan?”

Adel kembali menengok Andra yang ternyata sudah menatapnya, menunjukkan sorot kekelaman di mata tajamnya, tidak seperti yang biasa Adel lihat di mana mata itu selalu melemparkan sorot dingin padanya. Tanpa bisa dikendalikan batin Adel mencelos seperti ada yang terjun ke dasar perutnya, mengaduk-aduk di sana sampai Adel tak kuasa menahan air matanya. Karenanya ia buru-buru mengusap mata dengan punggung tangannya, menarik napas dalam.

Two People - Nerd and InnocentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang