SEMBILAN

1.8K 191 20
                                    

"Jangan lo pikir, hanya karena lo bayarin makanan gue barusan. Gue bakalan mau ikut lo ke sekolah."

Alessia dan Dearly menyelesaikan makannya dan kini keduanya melangkah masuk kembali ke komplek perumahan. Dearly tertawa mendengar prasangka Alessia pada dirinya.

"Nenek gue bilang, kalau ngebantuin orang itu musti ikhlas. So, tenang aja. Gue ga ada maksud buat nyogok lo dengan lima mangkok bakso yang barusan."

Dearly menyeringai pada Alessia, sementara perempuan itu tidak menanggapi seringai Dearly. Memfokuskan perhatiannya pada langkahnya.

Alessia menyipitkan kedua matanya.

"Gue nyuruh lo pergi tadi. Lalu ngapain lo masih di sini?"

Dearly tidak menjawab, laki-laki itu hanya mengangkat bahunya. Menatap pada langit-langit biru di atas sana.

"Lo tuli ya?"

Dearly menoleh pada Alessia dan meringis pelan sambil berkata, "Kayaknya lo benci banget sama gue."

Alessia memutar bola matanya dan membalas ucapan Dearly.

"Bagus kalau lo tau."

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa lo benci sama gue?"

Pertanyaan Dearly membuat langkah Alessia terhenti. Alessia emutar tubuhnya untuk menghadap pada Dearly, sebelah tangan Alessia berkacak di pinggang kirinya.

"Demi apa pun yang ada di dalam kepala lo. Apa gue punya alasan buat gak benci sama lo?"

"Gue bayarin makanan lo. Dua kali."

Alessia menyipitkan sebelah matanya dan kemudian meringis pelan.

"Katanya sih ikhlas."

"Gue ikhlas. Jadi makanya jangan balas gue pakai air tuba. Pakai acara benci-bencian, kayak kisah-kisah sinetron aja ya. Dari benci malah jadi cinta nantinya."

Kali ini Dearly menyeringai dan memainkan kedua alisnya yang rapi dengan gerakan naik turun kepada Alessia yang sontak menatap aneh kepada laki-laki itu.

"Najis, anak sinetron."

Alessia melanjutkan langkahnya tanpa memerperdulikan Dearly yang masih mengekor padanya seperti anak bebek.

Alessia menaikkan tudung jaketnya karena matahari sudah di atas kepala sedangkan langkahnya tidak berhenti, Alessia terus melangkah menyusuri jalan kompleknya tanpa sekalipun berniat untuk menoleh.

"Nih."

Dearly menyerahkan selembaran kertas kecil ada Alessia, perempuan itu menerimanya dengan malas dan melihat apa isi di atasnya kemudian matanya menyipit.

"Ini nomor apa? Togel?"

Dearly tertawa geli sebelum dia berkata, "Nomor hape gue. Seneng gak?"

Alessia sontak melebarkan kedua matanya dan perempuan itu hendak membuang lembaran kertas itu sebelum Dearly menahan tangan Alessia.

"Tahan dulu. Lo emosian amat jadi cewek."

"Terima kasih pujiannya. Bagus kalau lo udah bisa tau hal itu."

Dearly melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Alessia karena merasakan timing-nya yang buruk saat ini.

"Jangan dibuang, kalau memang lo ga butuh ya simpan aja siapa tau suatu hari lo bakalan butuh."

Alessia menurunkan tangannya saat cekalan itu terlepas dan menyipitkan matanya pada Dearly. Hendak membuka mulutnya untuk berkata-kata namun kemudian gadis itu mengurungkan niatnya.

ERRORISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang