TIGA

3.4K 321 7
                                    

Alessia melangkah dengan langkah tenang, menelusuri pandangannya ke sekeliling seakan menikmatinya. Tersenyum simpul pada guru-guru yang berlalu-lalang di sekitarnya, ekspresi terkejut yang diberikan oleh guru-guru itu membuat Alessia terhibur.

Setelah seminggu di-skors dan seminggu berikutnya dihabiskan dengan bolos, itu tidaklah buruk. Ia tidak main-main saat mengancam kakak kelasnya barusan, laki-laki itu harus merasakan akibat yang sebenarnya karena kata-katanya yang sudah menyinggung Alessia.

Laki-laki itu boleh saja mengatainya, apa pun.

Tapi tidak dengan keluarganya. Mungkin keluarganya memang tidak sempurna, namun tetap saja tidak ada yang boleh mengatai tentang mereka. Tidak seorang pun. Ia akan membuat laki-laki itu menyesal karena sudah pernah hadir di hadapannya.

"Le!"

Suara panggilan itu kembali terdengar dari arah belakang Alessia. Itu adalah Rea.

Alessia tidak menghentikan langkahnya dan juga tidak mempercepat langkahnya. Ia membiarkan Rea menyusulnya dan perempuan itu tampak terengah-engah saat berhasil mencapai sebelah Alessia.

"Tungguin gue dong!" Rea kembali berkata.

"Lo kelamaan," bals Alessia dengan nada lempeng.

"Ya iyalah, orang lo jalannya cepet banget kayak ada api di pantat lo aja."

Rea membalas dengan gerutuannya, sementara Alessia hanya menelengkan kepalanya pada Rea kemudian kembali mengamati langkahnya ke depan.

Kedua perempuan itu melangkah beriringan, lorong sudah mulai sepi meski masih ada beberapa murid yang berlalu-lalang dan tidak berapa lama kemudian suara bel tanda masuk berbunyi, membuat murid-murid yang tadinya berjalan santai kini mulai berlaru.

Terkecuali Alessia yang bukannya mulai terburu-buru, Rea bisa merasakan langkah Alessia perlahan-lahan mulai lambat hingga Rea kini berada selangkah lebih maju dari Alessia.

"Le, cepet atuh. Udah bel, nanti kita telat masuk kelas. Pelajaran pertama Sosiologi lagi."

Rea terlihat kalut dengan bel yang sudah berbunyi namun tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan meninggalkan Alessia yang melangkah begitu pelan di belakangnya.

"Yaudah, kalau gitu lo lari duluan aja ke kelas. Nanti gue nyusul." Alessia berkata ringan. Namun Rea langsung menggeleng kuat atas perkataan temannya itu.

"Kita lari sama-sama, ayo."

Rea menggenggam pergelangan tangan Alessia, nyaris saja, sebelum Alessia mengangkat tangannya.

"Tunggu. Tunggu dulu."

Alessia memberi tanda berhenti pada Rea dengan sebelah tangannya yang terangkat.

Kemudian Alessia meringis pelan sambil memegangi perutnya.

"Duh, perut gue mules. Kayaknya karena gue kebanyakan makan mie instan deh sealam," kata Alessia sambil mengusap pelan bagian perutnya dan menatap Rea dengan tatapan memelas. "Gue ke toilet dulu ya."

Rea tampak terkejut. "Eh, Le.."

Alessia melambaikan tangannya pelan pada Rea sambil menggeleng pelan.

"Udah, lo ke kelas duluan aja ya. Entar gue nyusul masuk pake surat ijin," kata Alessia memotong Rea, tersenyum pada temannya itu.

Setelah itu Alessia membalik tubuhnya, berlari menjauh dari Rea yang mematung di belakangnya. Menatapnya cukup lama sebelum teringat bahwa kemungkinan ia akan telat jika terlalu lama di sini.

"Sosiologi!"

Rea berseru pelan saat membayangkan gurunya yang mungkin sudah masuk ke dalam kelas dan mulai berlari ke arah kelasnya yang berada di ujung lorong.

ERRORISTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang