私は恋に落ちる (I Fall in Love)

Start from the beginning
                                    

"Tidak perlu di lebih-lebihkan begitu" kataku, malu. Akhirnya, aku pun menjaga bagian kemeja laki-laki sendirian. Sungguh menyedihkan. Tapi aku juga tidak bisa menyalahkan Harumi. Dia sudah bekerja keras untuk menghidupi hidupnya dan juga adik-adiknya.

Beberapa jam kemudian, saat aku masih sendirian menjaga kemeja-kemeja yang digantung, saat itulah keajaiban terjadi. Pria yang duduk di sebelahku di cafe waktu itu, sedang berada di mall tempat aku bekerja. Dia sepertinya sedang sibuk mencari-cari kemeja yang pas untuknya. Dia pun lalu menghampiriku.

"Permisi, saya ingin kemeja warna hitam ini, tapi dengan ukuran yang lebih besar. Ada, tidak?" tanya pria itu.

Bodohnya aku, aku malah terus memperhatikannya saat ia sedang bertanya padaku. Astaga, ganteng sekali pria ini. Seperti pangeran. Tubuhnya, wajahnya, rambutnya, semuanya indah, batinku.

"Permisi? Mba?" tanya nya lagi.

"Iya, kenapa?" kataku saat aku tersadar dari lamunanku.

"Saya ingin kemeja warna hitam ini, tapi dengan ukuran yang lebih besar. Ada, tidak?" tanyanya lagi.

"Oh iya, sebentar. Saya carikan dulu ya" kataku sambil mengambil kemeja dari genggamannya perlahan. Ah.. aku merasa malu sekali. Setelah aku akhirnya menemukan barang yang ia cari, aku langsung bergegas kembali padanya. "Seperti inikah ukuran yang anda inginkan?" kataku lagi.

"Iya benar" lalu dia mencoba kemeja yang aku tawarkan. Ketika dia keluar dari ruang ganti, dia kelihatan keren sekali dengan kemeja itu. Sangat keren. Aku pun menahan rasa semangatku dengan senyuman. Dia pun akhirnya berterima kasih dan membeli kemeja yang ia inginkan itu.

Dua puluh menit kemudian setelah pria ganteng itu pergi...

​"Sakura, shift mu sudah selesai. Kau boleh pulang dan istirahat, ya" kata Yuko. Yuko sangat bertanggung jawab atas semua pegawai-pegawai wanita di mall ini.

"Ah.. akhirnya aku bisa pulang" kataku saat aku sedang berada di ruang staff.

"Enak sekali kau, Sakura-chan. Bisa pulang lebih cepat. Kalau aku harus bekerja satu shift lagi" kata Harumi dengan lesunya.

"Harumi-san, semangat! Aku akan selalu mendukungmu" kataku, menyemangatinya.

"Terima kasih Sakura-chan. Oh iya, di luar hujannya deras sekali. Kau bawa payung, kan?"

"Bawa kok, tenang saja" kataku lagi.

Dan aku lupa bawa payung, batinku saat aku sedang berdiri di depan pintu masuk mall tanpa harapan. Aduh, bagaimana aku bisa pulang? Semua taksi juga kelihatannya penuh. Kalau pulang naik bis, aku sedang irit uang. Bagaimana ini? batinku.

"Butuh bantuan?" tiba-tiba ada suara seorang pria terdengar dari belakang dan dia sambil menawarkan sebuah payung untukku. Ketika lelaki itu maju satu langkah agar bisa berdiri di sebelahku, aku tak menyangka, aku bertemu pria itu lagi. Pria yang duduk di sebelahku di cafe. Pria yang memintaku untuk mengambilkan kemeja untuknya. Ya Tuhan, apakah ini yang dinamakan jodoh?

"Kebetulan aku pulang ke arah selatan. Kalau kau?" tanyanya.

"A-aku juga pulang ke arah selatan" kataku, terbata-bata.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita pulang bareng? Daripada kau menunggu di sini terus" katanya lagi.

"Ba-baiklah" kataku akhirnya, dan kami pun pulang jalan kaki bersama.

Aku tak menyangka ini. Pria yang sungguh aku tidak kenal mengajakku untuk pulang bersama. Tapi ini tidak hanya sekedar pria biasa, dia sepertinya adalah pria yang populer. Dilihat dari wajahnya juga, sepertinya dia hanya satu tahun atau dua tahun lebih tua dari ku. Dan lagi, sepertinya dia seorang atlit basket saat waktu itu aku melihatnya datang ke cafe dengan pakaian olahraganya.

Dalam perjalanan pulang, walaupun kami tidak saling kenal, tetapi kami mengobrol dengan baik. Obrolan kami nyambung satu sama lain, seperti tidak ada lagi kecanggungan diantara kami. Oh... aku sangat senang hari ini, batinku.

- -

Beberapa hari kemudian, keajaiban lainnya terjadi. Kami selalu saja tidak sengaja bertemu di Cafe Romansu, padahal kami tidak membuat janji bersama. Kami juga selalu duduk di tempat yang sama, yaitu dekat jendela yang mengarah langsung ke jalan raya. Setiap kali kami tidak sengaja bertemu, kami selalu berbicara sesuatu yang menarik. Seperti... apa lagu kesukaanku, apa buku favoritnya, apa makanan favoritku dan sebagainya.

Cafe Romansu juga menjadi seperti tempat bermain kami. Kami sangat nyaman bercerita satu sama lain. Lama-kelamaan aku sudah merasa tidak lagi sendirian sejak diputuskan oleh pacarku. Setelah akhirnya kami semakin akrab, mungkin sudah cukup untuk mencapai status 'teman', tetapi ada satu yang mengganggu pikiranku. Aku belum mengetahui namanya. Begitu juga dengannya, dia belum mengetahui namaku. Ah.. kenapa sesuatu yang seperti ini selalu saja terlewatkan? batinku. Lain kali, jika aku bertemu dengannya lagi, aku akan menanyakan namanya.

- -

Tiga hari kemudian, tidak tahu kenapa, aku jarang bertemu dengannya. Selama tiga hari itu, dia seperti menghilang ditelan bumi. Aku ingin sekali mengetahui kabarnya tapi bodohnya aku, aku tidak punya kontaknya sama sekali.

Begitu juga di hari-hari berikutnya. Dia jadi jarang datang ke Cafe Romansu. Di situ aku merasa khawatir terhadapnya. Aku takut ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Dengan tiadanya pria yang selalu membuatku tertawa itu, aku kembali ke situasi ku yang semula, yaitu duduk sendirian di dekat jendela yang langsung menghadap ke jalan raya sambil menikmati milkshake cokelatku.

"Eeehh... dia masih menghilang tanpa kabar!?" kata Harumi saat kami sedang di ruang staff.

"Iya. Aku takut ada sesuatu yang terjadi padanya" kataku, khawatir.

"Jangan khawatir begitu. Dia pasti baik-baik saja kok. Mungkin dia sedang sibuk dengan pekerjaanya, makanya dia tidak bisa bertemu denganmu. Tidak usah khawatir" kata Harumi.

- -

Dua minggu berlalu dan aku masih menunggu pria itu. Aku masih menunggu pria itu untuk datang ke cafe setiap hari. Tidak peduli berapa lama aku menunggu, tetapi aku masih ingin menunggu pria itu.

Langit pun akhirnya gelap dan waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sebaiknya aku pulang saja, batinku. Saat aku ingin beranjak berdiri dari tempat dudukku, tiba-tiba dari luar cafe, aku melihat pria yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. Dia berlari sekencang-kencangnya untuk bisa mencapai cafe, dan akhirnya dia pun sampai juga.

Dia kelihatan capek sekali. Keringat-keringat yang keluar dari tubuhnya terlihat sangat jelas sekali. Nafasnya pun juga masih belum terkontrol, tetapi dia sudah mulai berjalan menghampiriku. "Aku telat ya?" tanyanya.

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Pikiranku tiba-tiba kosong, aku tidak bisa berpikir apa-apa sekarang. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan berkata: "Tidak, kamu tidak telat kok"

Dan dia pun akhirnya tersenyum padaku. Senyuman itulah yang membuatku melupakan segalanya sekarang. Dengan aku melihat senyuman itu, aku jadi lupa berapa lama aku menunggunya dan betapa aku sangat mengkhawatirkannya. Kami pun akhirnya bisa mengobrol bersama seperti biasa. Aku sangat senang sekali. Aku sungguh, sangat senang sekali.

"Aku senang akhirnya kita bisa bertemu lagi" kata pria itu.

"Iya, aku juga senang" kataku.

"Hm.. mungkin aku sedikit tidak sopan untuk berbicara ini tapi, sepertinya selama ini kita belum berkenalan secara resmi, ya? Baiklah, kalau begitu. Perkenalkan, nama ku Harada Youta" katanya sambil tersenyum.

"Aku Kichida Sakura. Senang berkenalan dengan anda, Harada Youta-san" kataku, bermaksud bercanda.

Saat itulah... saat itulah... aku merasa aku tidak perlu menunggunya lagi.

THE END

YOMIKOMI - Collection of Short Japanese StoriesWhere stories live. Discover now