マッチメイ キング (Matchmaking)

308 17 1
                                    

*Disarankan sambil mendengarkan lagu berjudul Kimi ni Todoke by Tanizawa Tomofumi

Beginilah nasib ku sekarang. Aku, Hasegawa Fumiko, sekarang sudah dijodohkan dengan anak teman ayahku yang bernama Kiyomizu Naoki. Saat ini, keluarga kami sedang berdiskusi tentang perjodohan ku dengan dirinya dan Naoki duduk tepat dihadapanku dengan pakaian rapihnya. Jas, kemeja putih, lengkap dengan dasi hitamnya. Tampang sih oke, sifat? Aku belum mengetahui itu. Walaupun sepertinya dia adalah lelaki yang sangat pas dan sempurna, tetapi aku tidak setuju kalau harus dijodohkan dengannya. Masalahnya, dia sudah berumur dua puluh tiga tahun! Sedangkan aku masih duduk di bangku SMA. Beda jauh, sangat tidak cocok. Aku sudah beritahu ayahku kalau sebenarnya aku tidak ingin dijodoh-jodohkan seperti ini, tetapi ayah tetap memaksaku untuk bertemu dengannya. Kenapa harus seperti ini sih? Lagipula, aku sudah mempunyai seseorang yang aku sukai, tapi kenapa aku malah dijodohkan dengannya?!

Setelah kami mengobrol cukup lama, ayahnya Naoki akhirnya menyarankan Naoki untuk mengajakku jalan-jalan ditaman yang tidak jauh dari kantor ayahku. Oh, kenapa aku merasa kalau ada sesuatu yang janggal yang akan terjadi?

"Wah, cuacanya panas sekali ya, tapi aku yakin nanti malam pasti akan turun hujan" kataku, mencoba untuk memulai percakapan. Kami sudah jalan-jalan ditaman selama lima menit dan Naoki tidak berbicara sama sekali. Dia hanya diam, menikmati pemandangan. Ini orang bisu atau gimana ya?

"Dengar, aku sebenarnya sama sekali tidak tertarik dengan dirimu. Aku disini hanya menuruti kemauan ayahku saja. Jadi, kalau kau mencoba untuk baik padaku, sebaiknya jangan. Lagipula, kau sebenarnya bukan tipeku, kau hanya anak kecil yang mencoba untuk merusak kehidupanku"

APA?! Apa yang dia katakan? Anak kecil?! Bukan tipenya?! batinku dengan kesal. "Hei, Tuan Sempurna, memangnya hanya kau yang menderita disini? Aku juga sangat menderita. Kau pikir aku mau dijodohkan denganmu karena aku suka? Aku yakin dengan wajahmu yang seperti itu, kamu sebenarnya adalah seorang playboy, kan?"

"Apa kau bilang?! Playboy? Hey, aku bukan seorang playboy ya. Dasar kau anak kecil!" teriak Naoki dengan wajah marahnya yang bagaikan Godzilla.

"Aku bukan anak kecil! Dasar kau pemain perempuan!" teriakku lagi. Kita saling bertengkar untuk beberapa menit. Aku sempat marah sekali karena dia bilang aku adalah anak kecil. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk kembali lagi ke kantor ayahku. Aku dan Naoki, mencoba untuk menjelaskan kepada kedua orang tua kami betapa kami sangat tidak menginginkan perjodohan ini. tetapi ayahku dan ayahnya Naoki sepakat untuk memberi kami waktu dua bulan untuk mempertimbangkannya lagi dan memberi kesempatan untuk aku dan Naoki untuk mengenal satu sama lain. Ah, kenapa hal-hal yang seperti ini terjadi padaku?

- -

Dua minggu pun berlalu dan belum ada kemajuan diantara perjodohanku dengan Naoki. Bagaimana kami bisa mengenal satu sama lain kalau kami selalu bertengkar? Setiap pulang sekolah, dia selalu menungguku digerbang sekolah dan disitulah, dia malah menggoda murid-murid perempuan disekolahku. Setiap kami jalan-jalan dihari sabtu, Naoki selalu memperlakukanku seperti pembantu dengan membawa belanjaannya. Dan pada hari minggu lalu, saat kami semestinya bertemu, Naoki malah asik berpacaran dengan pacarnya di mall. Ah, sungguh menyebalkan. Kalau saja aku tidak dijodohkan dengannya.

- -

"Bagimana? Makanannya enak kan?

"Iya enak sekali" kataku dengan wajah merah, malu. Akhirnya aku bisa berduaan saja dengan pria yang aku sukai. Namanya Endo Eiji, dia kakak kelasku. Dia baik, pintar, ramah, dia segalanya. Kami mulai jalan bersama sejak seminggu yang lalu. Dia baik sekali padaku, aku tidak menyangka kalau dia juga, mungkin merasakan hal yang sama. "Endo-senpai, aku—"

"Terima kasih sudah menemaniku makan hari ini. kau memang teman yang baik, Fumiko-chan" kata Endo-senpai dengan senyuman hangatnya.

Teman? Apa aku tidak salah dengar? Endo-senpai bilang kalau aku teman yang baik? Selama ini, aku mencoba untuk menyatakan perasaan cintaku padanya, dan Endo-senpai ternyata hanya menganggapku sebagai teman? Kenapa aku jadi terperangkap dalam friendzone seperti ini? Endo-senpai jahat! Jahat!, batinku. Akhirnya aku hanya menjawab pernyataan Endo-senpai tadi dengan senyuman. Senyum bahagia yang diselimuti kesedihan.

YOMIKOMI - Collection of Short Japanese StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang