Hagia 18 - Graduation

9.3K 481 2
                                    


Beberapa bulan kemudian...

Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua para mahasiswa tiba. Wisuda! Para mahasiswa dengan sabar menunggu nama mereka disebut beserta gelar masing-masing. Selagi menunggu, Andien terus memegang ponselnya untuk kabar-kabaran dengan Mama dan Karina. Pasalnya, tadi Hagia ikut masuk bersama Mamanya ke dalam. Namun karena bocah itu bosan dibawalah oleh Karina ke luar ruangan.

Andien

Kar, kalo hagia nangis susuin ajaa

soalnya ini udah jam tidurnya dia

Karina

iyaa mbak..

mbak andien tenang ajaa.. nikmatin aja wisudanya

hagia aman sama aku

Andien

makasih yaa tante karinaa 

Setelah tiga jam, barulah acara wisuda selesai. Para mahasiswa berhamburan keluar untuk menemui keluarga mereka sekaligus berfoto-foto. Andien dan Yoga tidak ketinggalan. Keduanya langsung menghampiri keluarga mereka yang kini telah bersatu. Saat Andien dan Yoga datang, Hagia baru bangun tidur. Begitu melihat Ibunya, bayi itu menangis. Andien segera menggendongnya.

"Oh, sayang..."

Sebisa mungkin Andien membuat Hagia tenang dan nyaman. Melihat istrinya kepanasan, lantas saja Yoga mencopot topi toganya untuk dijadikan kipas dan mengipasi Andien. Begitu mendapat angin Hagia pun diam.

"Panas ya, nak? Ibu sama Ayah lama yaa selesainya? Maaf yaa, nak." ucap Andien pada anaknya.

Hagia hari ini mengikuti baju yang sama dengan orang tuanya. Andien khusus membuat baju toga untuk Hagia. Hasilnya, Hagia jadi lucu sekali. Masih bayi udah pake baju toga! Karena Andien sudah lumayan gerah, dia menyerahkan Hagia pada Yoga.

Disaat yang bersamaan, teman-temannya datang. Bukan, alasan sebenarnya teman-temannya datang bukan untuk menghampiri Yoga dan Andien. Tapi mau ketemu sama Hagia. Sekarang pusat perhatian mereka adalah Hagia. Si bayi lucu yang kini makin gembul, lucu dan menggemaskan. Tidak lupa, bayi murah senyum. Makanya orang-orang pada gemas padanya. Karena Hagia mudah senyum dan tertawa.

"Anak akuuuu!!!!!" sapa Dimas, merentangkan tangannya. Hendak menggendong Hagia. Hebatnya, bayi itu langsung mau digendong oleh Dimas. "Uluhh.. kangen Papa Dimas yaa.."

Teman-temannya ini memang ingin sekali menjadi bagian dari hidupnya Hagia. Dimas selalu mengaku Papanya Hagia. Marsel mengaku Papinya Hagia. Ben, Ditto, Wisnu pun sama. Mereka suka mengaku-ngaku. Untungnya Yoga gak marah. Bagaimanapun dia tetap Ayahnya.

"Hagia lucu banget sih pake baju togaa gini. Kayak udah remajaa." seru Dina seraya menjawil hidung Hagia.

"Lucu ya, Di. Kamu gak mau punya kayak gini?" kode Dimas.

"Cari duit dulu yaa, sayang." balas Dina, membuat semua teman-temannya ketawa puas.

"Hahahahahahaa cari duit dulu, Dim. Baru ngajak anak orang kawin." cibir Ben.

"Nikah kalii! Emang kucing, kawin!" sahut Dina.

Kemudian Marsel mendekati Dimas dan hendak mengambil Hagia dari pelukan Dimas. Dengan cara mengiming-imingi membelikan es krim. Padahal Hagia aja belum ngerti apa itu es krim. Belum bisa juga makan es krim. Namun Hagia seakan mengerti dan percaya kalau akan dibelikan es krim oleh Marsel, makanya dia langsung mau digendong dengan Marsel.

"Hagiaa, besok-besok jangan mudah tergoda yaa kalo diiming-imingin es krim." seru Yoga mengelus pipi anaknya. "Soalnya kalo es krim gak bikin om-om ini bangkrut sayang."

HAGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang