Hagia 6 - Yoga As Secretary

14.5K 737 12
                                    


Andien kira, ketika teman-temannya tau kalau dia sedang mengandung, mereka akan menjauhinya dan tidak mau berteman lagi. Dugaannya salah. Sikap mereka malah lebih dari biasanya. Lebih perhatian, lebih lembut dan lebih lebih lainnya. Bahkan, Si cowok-cowok ini jadi gak pernah ngegas lagi kalo bicara padanya. Sebesar apapun salahnya. Sengeselin apapun tingkahnya. Gak marah atau ngegas sih! Cuma ngedumel aja.

Seperti saat ini, saat Andien tidak sengaja muntah di dalam Jeep Marsel. Sumpah, bener-bener gak disengaja. Dia kurang cepat untuk mengeluarkan kantong dari dalam tasnya dan muntahnya juga sudah tidak bisa di tahan. Jadinya, keluar semua deh. Sungguh, Andien jadi tidak enak hati.

"Sorry, Sel."

Ana mengusap lengan Marsel. Cowok itu menarik nafas. "Untung lo lagi hamil, Ndien!" Andien hanya terkekeh sendiri dan membersihkan mulutnya menggunakan tissue.

Ketiganya dari kampus. Mereka sedang menuju ke sebuah Mall. Andien dan Ana sudah janjian dengan para cewek untuk nonton bioskop bareng. Ada film drama romance yang diperankan oleh aktor ganteng kecintaan semua para cewek. Mungkin kalau cewek-cewek ini nonton film action atau horror, para cowok akan ikut. Sayangnya film yang mereka akan tonton drama. Romance pula!

Marsel hanya nge-drop keduanya di lobby Mall. Setelahnya, dia langsung pergi. Ana menuntun Andien pelan-pelan. Pelannya sama kayak jalannya siput. Lamaaaa banget! Andien sampai kesel sendiri.

"Na, jalannya gak perlu selama itu. Kalo begini gak nyampe-nyampe kita ke bioskop!" Ana terkekeh ketika Andien mendumel.

"Abis gue ngeri jalan sama Ibu hamil."

"Yaudah, yuk, cepetan. Bentar lagi filmnya mulai nih."

"Iya, iya."

Keduanya lalu berjalan lebih cepat untuk sampai di bioskop. Begitu sampai, Debi mengajaknya untuk segera masuk karena pintu teater sudah di buka. Selama menonton, di bagian tertentu, Andien menangis sesegukan. Entah, menurutnya filmnya sangat bagus dan menyentuh. Sedangkan, menurut teman-temannya seusai keluar dari bioskop mengatakan kalau filmnya memang bagus tapi sayangnya tidak menyentuh perasaan mereka. Bagus, tapi tidak mempan membuat pertahanan air mata mereka hancur seperti Andien.

Usai menonton, mereka mampir dulu ke sebuah restoran untuk makan sebelum pulang. Andien pikir mualnya tidak akan datang hari ini. Pasalnya sejak pagi memang dia tidak muntah-muntah. Tapi nyatanya, mualnya datang juga ketika pesanan mereka datang. Secepat mungkin, Andien berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan is perutnya. Selalu lemas setelah habis muntah. Untungnya, Andien sekarang sudah lebih terbiasa kali ini.

Kemudian, ponselnya berdering. Menampilkan nama Mamanya. Mamanya menelfon dan menanyakan keberadaanya. Setelah memberitahu sekarang dia ada di mana, Mamanya menyuruhnya untuk menunggu. Malam ini, Papanya mengajak untuk makan malam bersama di luar.

Andien balik lagi ke meja teman-temannya. Agar tidak terlalu merasa mual, Andien sudah berjaga-jaga memegang minyak kayu putih untuk dia hirup. Keberadaan minyak itu cukup membantu untuk mengurangi rasa mualnya.

"Mual ya, Ndien?"

"Iyaa." jawabnya. "Kalian lanjut makan aja."

Selagi mereka makan, teman-temannya tidak banyak bertanya pada Andien. Gak tega juga nanyanya. Wong, muka Andien udah pucat dan kelelahan begitu. Kasihan sekali kalau harus ditanya-tanya. Saat teman-temannya makan, Andien memandang kemana saja. Hingga akhirnya pandangannya berhenti pada seorang perempuan yang baru datang dan duduk di meja yang tidak jauh dari mejanya.

Tidak, Andien tidak kenal dengannya. Pandangannya berhenti pada perempuan itu karena dia sedang hamil juga. Terlihat dari perutnya yang buncit. Mungkin perempuan itu sedang jalan-jalan sendirian dan makan di restoran ini. Namun, Andien jadi membayangkan jika dia ada di posisi perempuan itu. Jalan sendirian dalam keadaan hamil besar. Pada saat itu terjadi, teman-temannya masih setiakah padanya?

HAGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang