Hagia 13 - Kebenaran Dalam Toilet

8.7K 513 6
                                    


Tuhan memang punya cara sendiri untuk menunjukan kebenaran.

Itu terjadi ketika Debi, Sarah, Ana dan Dina berada di toilet kampus. Keempatnya kompak kebelet buang air kecil. Masuklah mereka ke bilik kamar mandi secara serentak. Saat keempatnya di dalam toilet, ada yang masuk lagi ke dalam toilet. Sepertinya numpang ngaca aja.

"Lo semua pada tau gak kalo Andien masuk rumah sakit?" suara Laudia memecahkan keheningan dalam toilet.

Sarah tau itu suaranya Laudia. Dia hafal banget! Dia gak mungkin salah dengar atau keliru. Apalagi dia menyebut nama Andien. Langsung saja Sarah mengeluarkan ponselnya dan merekam obrolan Laudia.

"Lo gak takut kalo sampe dilaporin macem-macem sama Andien, Sa?" tanya Laudia pada Sasa. "Omongan lo kejam banget lagi waktu itu ke Andien. Sampe ngatain kalo Andien udah hancur karena udah gak punya harga diri. Kacau sih kalo semuanya tau! Lo yang abis, Sa!"

"Kalo gue khawatirin baby yang ada di dalam perut Andien. Waktu itu lo neken perutnya gak kenceng kan, Sa? Dorongnya juga? Sumpah, itu doang yang gue takutin." tambah Farah, membuat Laudia makin panik.

Sarah terkejut mendengar obrolan mereka. Astaga, jadi mereka sekejam itu sama Andien. Sampai-sampai perutnya Andien di tekan dan di dorong. Gila emang tiga cabai ini. Tidak ada suara pintu terbuka. Sarah yakin kalau Debi, Dina dan Ana ikut mendengarkan juga obrolan tiga cabe ini.

"Santai aja sih! Gakpapa pasti si Andien. Lo berdua gak perlu takut!" komen Sasa. "Kalo Andien ngelaporin, emang dia punya bukti? Kalo bukti yang dia keluarin hasil tes dari rumah sakit, kita bisa ngelak kalau itu bukan karna kita. Andien gak bisa apa-apa selain diam. Karena dia gak punya bukti yang konkrit!" kata Sasa dengan gagah berani.

"Siapa bilang Andien gak punya bukti?"

Suara Debi terdengar menantang. Pintu bilik toiletnya sengaja dia buka secara kasar. Agar tiga cabe ini tau kalau sekarang merekalah yang akan hancur. Tentu, mendengar suara Debi, tiga cabe ini langsung kalang kabut ketakutan. Apalagi Farah dan Laudia yang awalnya memang sudah ketakutan.

Sarah, Ana dan Dina pun ikut keluar. Debi lalu mengeluarkan ponselnya dan memainkan rekaman suara tiga cabe jahat ini. Debi, Sarah, Ana dan Dina mengulum senyum ketika memandangi wajah Sasa, Laudia dan Farah yang pucat.

"Lo bertiga emang gak punya hati sama sekali ya! Tega banget berbuat jahat sama Andien. Padahal lo semua tau kalo sekarang Andien lagi hamil." ujar Ana berang.

"Gue bakal kasih ini ke Yoga. Lo bertiga tunggu aja apa yang bakal Yoga lakuin ke kalian!" seru Debi.

Sarah mengeluarkan ponselnya dan menunjukan rekaman miliknya. "Kalo Debi bakal ngasih rekamannya ke Yoga. Gue beda. Gue bakal sebarin rekaman ini ke sosial media. Biar lo dapet hukuman yang setimpal!"

Sasa menarik sudut bibirnya. Kedua tangannya dia simpan didepan dada. Menatap satu-persatu keempat cewek yang mengancamnya lewat rekaman suara. "Lo pikir gue takut?" Dia terkekeh geli. "Gue gak takut sama anceman kalian! Gue bahkan gak peduli sama sekali."

Farah dan Laudia menatap Sasa tidak percaya. Mereka tidak menyangka kalau Sasa tidak takut sama sekali dengan ancaman Debi dan Sarah. Padahal Farah dan Laudia sudah takut dan panik sekali. Apalagi kalau Sarah benar-benar ingin menyebarkannya di sosial media. Abislah mereka! Bayangan bully langsung menghantui mereka.

"Sa, lo gila ya! Kalo sampe mereka sebarin rekaman itu kita bisa abis tau gak! Bahkan kita bisa langsung di keluarin dari kampus!" kata Farah. Tatapannya beralih dari Sasa ke Sarah. "Sar, gue mohon jangan sebarin rekaman itu. Gue mohonn!!"

"Gue gak bakal sebarin rekaman ini kalau ketua genk lo minta maaf sama Andien!"

"Gak usah mimpi!" Lagi-lagi Sasa menarik sudut bibirnya. Kemudian, dia keluar dari toilet. Farah dan Laudia bingung harus terus memohon pada Sarah agar rekaman itu tidak disebar atau ikut keluar bersama Sasa. Namun, memohon pada Sasa kayaknya lebih penting sekarang! Maka, keduanya keluar juga dari toilet.

HAGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang