Hagia 16 - (Not) Sharing

8.8K 505 11
                                    


Pulang kantor, Yoga disambut oleh wangi masakan Andien. Istrinya itu sedang memasak bareng mertuanya. Saking asiknya keduanya memasak sampai tidak sadar dengan kedatangan Yoga. Ketika Yoga memberi salam barulah keduanya ngeh dengan kehadirannya.

"Eh, kamu udah pulang?"

"Iyaa." Yoga menyalimi tangan Ibu mertuanya dan Andien menyalimi tangan suaminya. "Lagi masak apa nih?"

"Lagi bikin ayam geprek." jawab Andien. "Sama tadi aku buat tiramisu. Kalo kamu mau cobain tiramisunya ada di kulkas."

"Nanti deh. Aku mau bersih-bersih dulu."

"Okeee."

**

Selama makan, Papa dan Yoga tidak henti-hentinya memuji masakan dua perempuan ini. Ayam gepreknya enak. Sambelnya mantap! Tiramisunya juga enak! Komplit banget! Bahkan Yoga sampai nambah nasi saat makan ayam gepreknya.

Setelah makan, Yoga ikut nonton bersama di ruang TV bersama Papa mertuanya. Tak lama, dia masuk ke dalam kamar. Andien sedang berduaan dengan laptopnya. Katanya, besok dia akan bimbingan. Makanya sekarang dia sedang buru-buru menyelesaikan proposalnya.

"Belum selesai?"

"Sedikit lagi nih." jawab Andien, masih fokus menatap laptopnya. "Ohya, kamu kapan bimbingan lagi sama Bu Yesi?"

"Udah bimbingan kok. Tadi aku izin setengah hari dari kantor karena mau bimbingan sama Bu Yesi." jelasnya. "Proposal aku tinggal revisi soal teknis penulisan aja kok. Abis itu udah bisa ngajuin sidang proposal."

Andien berpaling dari laptop ke Yoga. Tiba-tiba raut wajahnya berubah manyun. "Kok kamu gak bilang kalo hari ini ke kampus?" tanyanya pelan. "Kenapa sih kamu gak mau sharing sama aku? Kata kamu kita harus saling sharing?"

Yoga mendekati istrinya. Ketika dia mengatakan kalau semuanya harus di sharing, kadang dia dan Andien tidak melakukan itu. Banyak cerita yang tidak dibagikan oleh keduanya. Mungkin niat awalnya ingin bercerita tapi ada beberapa faktor yang membuat cerita itu tidak jadi disampaikan hingga akhirnya niat sharing itu jadi terlupakan. Ini memang salah.

"Kayaknya emang ada yang salah, Ndien." Andien menatap Yoga bingung. "Kamu nyadar gak kalau ada beberapa cerita yang gak kita sharing. Awalnya satu cerita, dua cerita, kemudian jadi banyak cerita yang gak kita ceritakan. Nanti, nanti, nanti, kebanyakan nanti jadi lupa. Itu yang buat kita jadi melupakan misi sharing yang udah dibuat."

Andien menelan ludahnya sendiri. "Apa karna kita kurang percaya? Aku kurang percaya ke kamu. Kamu sebaliknya. Iya ya, Ndien?" Andien menggigit bibir bawahnya. "Jujur, waktu kamu gak ceritain tentang apa yang Sasa lakukan, kamu gak kabarin aku saat pulang dari rumah sakit, aku ngerasa kamu gak percaya sama aku. Ada yang kamu tutupi tapi aku gak tau apa itu. Apa aku salah?"

"Maaf yaa, Yo.."

"Ssst! gak perlu minta maaf sayang." Yoga mengusap lengan Andien. "Kita sama-sama salah. Karena itu kita harus bicarain soal ini biar kedepannya kita gak salah lagi." ujarnya pelan. "Apa yang buat kamu gak percaya sama aku?"

Apa yang membuatnya tidak percaya pada Yoga? Bukan, Andien bukannya tidak percaya pada Yoga. Andien hanya takut cerita deritanya membebani Yoga. Karena sejujurnya sampai saat ini Andien masih merasa kalau dia membawa beban untuk Yoga. Padahal Andien sering mensugestikan dirinya kalau dia bukanlah beban untuk Yoga. Suaminya pun tidak merasa dibebani olehnya. Tapi ketika insecurenya datang perasaan itu muncul kembali dan menghancurkan segalanya.

"Salahnya ada di aku, Yo." serunya seraya menatap Yoga. "Entah, kenapa aku masih merasa kalau aku beban untuk kamu. Jadi, ketika aku punya masalah bukan aku gak mau cerita ke kamu. Cuma aku takut kalau itu semua jadi tambah beban untuk kamu. Maaf, Yo.."

HAGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang