Hagia 12 - Trio Cabe

9.5K 504 5
                                    


Andien mendengus kesal dalam hati. Lift kampus lagi rusak. Sedangkan, dia ada bimbingan dengan Ibu Saminem di lantai lima. Karena lift rusak otomatis dia harus ke lantai lima dengan naik tangga. Kalau kondisinya sedang gak hamil gak masalah. Lah, sekarang dia gempor naik sampai lima tangga dalam kondisi hamil! Apalagi sekarang dia membawa banyak bawaan. Laptop, proposal yang ingin diperiksa oleh Bu Saminem dan perintilan lainnya.

Namun, semesta kayaknya gak sejahat itu dengan Andien. Baru dia jajaki tiga anak tangga, Dimas menyapanya. Ternyata dia mau bimbingan juga tapi di lantai tiga. Untungnya, Dimas baik hati dan menawarkan bantuan untuk membawakan barang-barang Andien.

"Lagian lo sendirian aja. Gak ada yang nemenin?"

"Tadinya udah minta temenin Debi. Tapi dia belum dateng. Sedangkan, Bu Saminem udah nelfon gue buat segera bimbingan." jelasnya. "Lo sama Bu Nandang, Dim?"

"Yooii." jawabnya. "Kalo Debi belum dateng, lo telfon gue aja. Nanti gue temenin turunnya." kata Dimas. "Ngeri gue ngeliat lo turun tangga sendirian. Engap juga. Udah perut gede, bawa banyak barang pula."

"Makasih, Dimdim!!" seru Andien kesenengan.

Saat di lantai empat, keduanya bertemu dengan Sasa dan dayang-dayangnya. Laudia dan Farah. Ternyata Si Sambel dan teman-temannya satu pebimbing dengan Andien. Sama-sama dengan Bu Saminem. Dan mereka akan bimbingan juga hari ini. Huft, Andien males banget!

"Lo katanya mau bimbingan, Dim, sini, barangnya Andien gue bawain aja." tawar Laudia.

Dimas menolak. Semenjak dapat cerita dari Sarah tentang Sasa yang mulutnya minta di sambelin, Dimas jadi gedeg banget sama tiga dayang ini! Awas aja kalo sampe mereka bertiga atau si Sasa gangguin Andien lagi. Dimas yang bakal nyikat ini cewek gantiin Yoga. Pasalnya, dia tidak terima temannya dibilang seperti itu.

Sampai di lantai lima, Dimas mengembalikan barang-barang Andien. Setelah Andien bilang makasih, kemudian Dimas langsung turun lagi ke lantai tiga. Andien juga langsung masuk ke dalam ruangan tanpa mengajak Sasa dan dua dayangnya.

Semua proposal skripsi sudah di tangan Bu Saminem untuk dia koreksi. Keempatnya menunggu dengan harap-harap cemas. Semoga saja tidak banyak yang direvisi. Pertama, yang dikoreksi punya Laudia. Lanjut punya Farah lalu proposal punya Sasa. Ketiganya tidak terlalu banyak revisi. Bu Saminem hanya menyuruh mereka untuk menambah teori, data dan jurnal untuk memperkuat isi. Andien harap ketiganya langsung keluar setelah mendapat koreksian. Nyatanya, ketiganya tetap di tempat dan ikut mendengar koreksian Bu Saminem terhadap proposalnya.

Saat Bu Saminem memberi tahu apa saja yang salah terhadap proposal Andien, Sasa dan dayangnya saling cengengesan. Pasalnya, ternyata Andien suruh ganti judul dengan alasan beberapa hal. Padahal kemarin saat dia konsul mengenai judulnya, Bu Saminem mengatakan OK. Lalu, sekarang di suruh ganti judul!

Karena Bu Saminem memberikan alasan kenapa dia harus ganti judul, jadi Andien tidak bisa memberikan komentar. Ya, lagian mahasiswa bisa apa sih?

"Udah, Ndien, lo cuti aja. Nyusun skripsinya semester depan. Mending sekarang lo fokus aja sama kehamilan lo." Sasa memberi saran. Andien meliriknya.

"Andien lagi hamil?" tanya Bu Saminem pada Andien. Cewek itu hanya mengangguk malu-malu. "Ya ampun.. kamu gak bilang, Ndien. Benar katanya Sasa, mending kamu cuti dulu dan lanjut nyusun skripsi kalau kamu sudah lahiran. Ibu hamil gak boleh banyak pikiran loh, Ndien. Harus happy terus. Ngerjain beginian pasti bikin kamu stress, kan?"

Seneng nih pasti si Sasa karena sarannya disetujui oleh Bu Saminem. Makin besar kepala aja si Sambel ini! Andien yang makin terpuruk. Semangatnya untuk segera lulus makin anjlok ketika Bu Saminem, dosen pebimbingnya sendiri, bilang begitu. Padahal kemarin-kemarin Andien sudah yakin dan semangat 45 untuk segera lulus. Eh, sekarang malah di buat down begini!

HAGIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang