BAB 05

32 3 0
                                    

[Hukuman membawa berkah]

"I'm afraid when you start to care about me,but this only a truck illusion of felling. And you know what? I feels like to die"


Soyu (Sistar) - Should i Confess

"Dhean! Karin!"

Dhean menoleh ke belakang. Bima sedang berlari menuju tempat duduk kami yang di dekat ruang lab IPA. Dhean dan Karin memang sedang menongkrong di tempat itu. Karena katanya bakal ada cogan yang nyantol kalau kita ngedipin mata untuk mereka. Tapi,nyatanya tidak ada sama sekali cogan yang nyantol pada mereka. Malah yang ada hanya seonggok bulu burung yang hinggap di sepatu mereka. Miris.

"Apa Bim?"

"Kalian..duh--" Bima mencoba untuk bernafas karena tadi ia berlari layaknya atlet marathon.

Sedangkan Karin sudah menggigiti kuku-kuku nya--saking greget nya. "Kalian berdua di panggil sama guru BK--menurut gue sih gara-gara kalian berdua udah bikin aki-aki jantungan"

"Maksud lo--pak Agus ngadu ke guru BK cuman gara-gara kemarin?" Dhean menganga tak percaya.

Dan sialnya,Bima mengangguk mantap.

Dhean dan Karin saling pandang-memandang. Dan mulailah musik Roma Irama yang berjudul pandangan pertama mengalun merdu.

"APAAA???!!" Kedua sahabat itu berteriak bersamaan saking kagetnya.

Lagi-lagi Bima si ketua kelas 10 IPS-1 itu mengangguk mantap.

"Yuk,sebelum gue malah di hukum bareng kalian berdua!" Bima dengan teganya menyeret kedua sahabat itu hingga ke ruang BK.

Dhean dan Karin bisa apa?

• • •

Bu Mega menatap kedua sahabat itu dengan tatapan penuh selidik membuat si Upin-ipin itu tak bergerak.

Bu Mega mengelus tongkat kayu andalannya dengan bibir membentuk seringai.

"Kalian tahu apa masalah kalian?" Yang di tanya hanya bergidik ngeri. Karena sama sekali tidak ada jawaban Bu Mega menatap kedua sahabat itu dengan tatapan mata elang.

"I-iya Bu" Dhean dan Karin akhirnya bisa membuka suara meski suaranya terdengar seperti cicitan tikus.

"Menurut laporan,kalian tidak memperhatikan guru yang sedang menerangkan juga kalian kabur di saat jam pelajaran--coba jawab kenapa?"

Dhean dan Karin saling senggol-senggolan tangan. "Elu duluan"

"Elu aja"

"Elu lebih tua sebulan"

"El--"

"DIAM!"

Dhean dan Karin terdiam.

"Kami tidak kabur,tapi pak Agus yang menyuruh kami untuk keluar jadi--"

"Permisi" Suara berat dari ambang pintu ruang BK membuat ketiga orang tersebut menengok.

Dhean menahan nafas sedangkan Karin melongo. "Ardhan masuklah"

Ardhan masuk diikuti oleh Angga,Bara,Dimas dan Wildan.
"Ibu memanggil kami?" Ardhan dan keempat sohib nya duduk di sofa berwarna merah marun.

WeightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang